JAKARTA (voa-islam.com)--Pegiat sejarah Tiar Anwar Bachtiar menganggap simbol ajaran Sunda Wiwitan yang saat ini gencar ditonjolkan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi salah alamat. Pasalnya, apa yang ditonjolkan Dedi di Purwakarta adalah simbol Hindu Bali.
Seperti halnya patung Bima yang berdiri tegak di tengah kota Purwakarta. Menurut Tiar, jika ingin memunculkan simbol Sunda, Dedi mestinya membangun patung Petruk atau Gareng, bukan Bima.
“Tapi salah alamat. Kalau sunda patung Petruk gitu yah,” ujar Tiar saat mengisi diskusi terkait aliran kebatinan di Indonesia, di Kantor Pusat Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), Jakarta, Rabu (10/8/2016).
Anggota Majelis Intelektual Ulama Muda Indoensia (MIUMI) itu juga menganggap bahwa aliran kebatinan tidaklah memiliki ajaran yang murni. Dalam prakteknya, nampak ada sinkretisme anatara animisme dengan ajaran Hindu, Budha, dan Islam.
Sementara itu, menanggapi upaya legitimasi negara terhadap aliran kebatinan oleh penganutnya, Tiar mengatakan hal tersebut adalah agenda pluralisme agama.
“Mereke mendompleng pluralisme untuk mensejajarkan,” tegas dia.* [Nizar/Syaf/voa-islam.com]