Menyoroti kasus jamaah umrah Banser 999 NU yang ramai-ramai berjalan di tempat sa’i di Masjidil Haram sambil bersura keras menyanyikan lagu mars “Ya Lal Wathon”
Sekarang baru nyanyian “Ya lal wathon”. Bagaimana pula kalau sampai nyanyian mereka, “Singir Tanpo Waton” (syair tanpa landasan) berbahasa Jawa, tinggalan junjungan mereka, sampai diteriakkan ramai-ramai di Masjidil Haram? Toh selama ini sudah biasa mereka teriak-teriakan di rumah-rumah Allah (masjid-masjid) di kalangan mereka. Ya memang judulnya: “Tanpo Waton” (tanpa landasan). Na'udzubillahi min dzalik
Nyanyian lagu mars Itulah yang diteriakkan jamaah umrah Banser 999 NU ketika berada di tempat sa’i di Masjidil Haram, Makkah. Teriakan ramai-ramai sambil sa’i itu berupa nyanyian lagu berjudul Ya Lal Wathon. (Lagu itu diantaranya dapat dijumpai juga dinyanyikan boneka Upin Ipin yang beredar di media online disertai musik). Mereka berumrah pada kisaran 21 Februari sampai 1 Maret 2018, menurut poster yang terbaca dari postingan pentolan Banser.
Apa itu lagu mars?
Musik mars merupakan komposisi musik yang tertatur dan kuatnya suatu irama didalam sebuah lagu. Mars bisa juga disebut marcia adalah bentuk lagu yang umumnya dipakai untuk mengiringi suatu parade atau prosesi. Dan lagu mars sering juga digunakan untuk gerak jalan, seperti yang sering diterapkan pada drum band atau marching band. (lihat nexusmebius.blogspot.co.at).
Ibadah bukan menieriakkan nyanyian lagu mars dan semacamnya
Perlu diketahui dan diingat, ibadah apalagi di Tanah Haram (Tanah Suci), sama sekali bukanlah teriak-teriak nyanyi lagu mars golongan tertentu ciptaan manusia golongan tertentu. Tetapi semua ibadah dalam Islam sudah ada utusan yang diutus oleh Allah Ta’ala untuk menyampaikan kepada umat, dan untuk diikuti. Siapa yang membuat-buat masukan baru, mereka sama dengan mengada-ada dalam ibadah. Itu sama sekali tidak dibolehkan dalam Islam, karena Islam sudah sempurna. Allah Ta’ala berfirman:
{...الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا... } [المائدة: 3]
... Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu... [Al Ma"idah3]
Umat Islam cukuplah mengikuti, taat kepada Rasul. Dengan taat kepada Rasul itu berarti sudah taat kepada Allah, karena memang segala yang diajarkan Rasul adalah untuk beribadah kepada Allah saja.
{مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ...} [النساء: 80]
80. Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah.... [An Nisa"80]
Dalam mentaati Rasul itu perlu sekali umat Islam menjaga segala akhlaq dan mengikuti tata cara yang diajarkan Rasul. Dalam hal haji dan Umrah, Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
خُذُوا عَنِّي مَنَاسِكَكُم
"Ambillah dariku tata cara haji (dan umrah) kalian." (HR. Muslim)
Ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberikan tatacaranya, bahkan mempraktekkannya dengan memimpin para sahabatnya, maka Umat Islam tinggal mengikutinya belaka.
Dalam mengikuti tata cara ibadah yang dituntunkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam itu senantiasa umat Islam wajib pula menjaga akhlaq.
Umat Islam wajib menjaga akhlaqnya. Di manapun berada, apalagi di tempat ibadah, apalagi di Masjidil Haram lebih-lebih lagi, maka wajib menjaga adab-adab yang berkaitan dengan ibadah dan rumah Allah itu. Di antaranya, tuntunan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam penting diperhatikan:
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ اعْتَكَفَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْمَسْجِدِ فَسَمِعَهُمْ يَجْهَرُونَ بِالْقِرَاءَةِ فَكَشَفَ السِّتْرَ وَقَالَ أَلَا إِنَّ كُلَّكُمْ مُنَاجٍ رَبَّهُ فَلَا يُؤْذِيَنَّ بَعْضُكُمْ بَعْضًا وَلَا يَرْفَعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَعْضٍ فِي الْقِرَاءَةِ أَوْ قَالَ فِي الصَّلَاةِ
Dari Abu Sa'id dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam beri'tikaf di Masjid, lalu beliau mendengar para sahabat mengeraskan bacaan (Al Qur'an) mereka. Kemudian beliau membuka tirai sambil bersabda, 'Ketahuilah, sesungguhnya kalian tengah bermunajat dengan Rabb. Oleh karena itu janganlah sebagian yang satu mengganggu sebagian yang lain dan jangan pula sebagian yang satu mengeraskan terhadap sebagian yang lain di dalam membaca (Al Qur'an) atau dalam shalatnya.'" (HR. Abu Daud dan Ahmad)
Adanya praktek segolongan manusia yang ramai-ramai teriak-teriak menyanyikan lagu mars yang biasa dilakukan di golongannya, lantas dipraktekkan di saat ibadah (dalam hal ini ibadah umrah), maka mengandung beberapa pelanggaran sekaligus.
Pertama, teriak-teriak ramai-ramai itu sendiri sudah menyelisihi hadits tersebut:
أَلَا إِنَّ كُلَّكُمْ مُنَاجٍ رَبَّهُ فَلَا يُؤْذِيَنَّ بَعْضُكُمْ بَعْضًا وَلَا يَرْفَعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَعْضٍ فِي الْقِرَاءَةِ أَوْ قَالَ فِي الصَّلَاةِ
'Ketahuilah, sesungguhnya kalian tengah bermunajat dengan Rabb. Oleh karena itu janganlah sebagian yang satu mengganggu sebagian yang lain dan jangan pula sebagian yang satu mengeraskan terhadap sebagian yang lain di dalam membaca (Al Qur'an) atau dalam shalatnya.'" (HR. Abu Daud dan Ahmad).
Sayang sekali kebiasaan di masjid-masjid di Indonesia dapat dilihat, belum tentu sesuai dengan petunjuk Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ini. Dan sayangnya lagi, ada golongan Banser NU yang mempraktekkan masalah itu di Masjidil Haram.
Kadua, ibadah yang dituntunkan Rasulullah itu sudah sempurna, tidak perlu ditambah apa-apa lagi. Menambahkan sesuatu pada ibadah itu merupakan penyelisihan pula, karena seharusnya umat Islam ini hanya mengikuti tata cara Rasul, bukan membuat hal baru lagi.
Ketiga, yang diteriakkan ramai-ramai itu berupa nyanyian mars yang biasa dinyanyikan di golongan mereka, kemungkinan dengan rasa bangga atas apa yang ada pada golongan mereka. Sedangkan ibadah bukanlah nyanyian, dan Allah Ta’ala memperingatkan akan bahaya sikap bangga mengenai apa yang ada pada golongan.
{ وَإِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاتَّقُونِ (52) فَتَقَطَّعُوا أَمْرَهُمْ بَيْنَهُمْ زُبُرًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ (53) فَذَرْهُمْ فِي غَمْرَتِهِمْ حَتَّى حِينٍ (54) أَيَحْسَبُونَ أَنَّمَا نُمِدُّهُمْ بِهِ مِنْ مَالٍ وَبَنِينَ (55) نُسَارِعُ لَهُمْ فِي الْخَيْرَاتِ بَلْ لَا يَشْعُرُونَ } [المؤمنون: 52 - 56]
52. Sesungguhnya (agama tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu, dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku
53. Kemudian mereka (pengikut-pengikut rasul itu) menjadikan agama mereka terpecah belah menjadi beberapa pecahan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing)
54. Maka biarkanlah mereka dalam kesesatannya sampai suatu waktu
55. Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa)
56. Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar
[Al Mu"minun,52-56]
Keempat, dikhawatirkan, teriak teriak ramai-ramai menyanyikan lagu mars golongan ataupun bangsa ataupun semacamnya itu merupakan contoh buruk yang akan menular atau ditiru oleh orang lainnya. Bila demikian, maka betapa pentingnya ancaman Rasulullah jauh-jauh hari sebelum ini:
وَمَنْ سَنَّ فِيْ الإِسْلاَمِ سُنَّةً سَيِّئَةً كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَىْءٌ.
Dan barangsiapa yang memulai perbuatan jelek dalam Islam, maka ia akan memperoleh dosanya dan dosa orang-orang yang melakukannya sesudahnya tanpa dikurangi sedikitpun dari dosa mereka.” (HR. Muslim [1017]).
Bila demikian, bukankah yang namanya ibadah umrah itu untuk mendapatkan pahaladan ridho Allah Ta’ala? Lantas, ketika yang dipraktekkan justru kemungkinan akan mencemari tujuan semula semacam itu, bagaimana bila hasilnya justru dosa dan murka? Semoga saja tidak. Dan semoga saja kejadian yang memprihatinkan bagi umat Islam yang menyayangi agamanya itu tidak terulang lagi sampai kapanpun.*
Hartono Ahmad Jaiz