Oleh: Fatimah Azzahra, S. Pd
Wabah corona sukses membuat dunia mati gaya. Beberapa negara lock down. Banyak juga yang meminta pendatang untuk self karantina 14 hari jika baru datang dari LN. Ekonomi ikut limbung. Sekolah, universitas, juga beberapa kantor dirumahkan selama 2 pekan ini.
Agar tidak bosan diam di rumah selama 2 minggu, orang-orang memutar otak untuk mengisi waktunya, salah satunya menonton film. Ada yang membongkar koleksi filmnya, ada yang mendownload tontonan terbaru. Ternyata, situs porno pun ikut berbagi donasi dan menggratiskan akses PornHub. Akses gratis nonton bokep premium dari situs porno yang setiap bulannya dikunjungi sebanyak 42 miliar sepanjang tahun 2019 lalu, berlaku hanya untuk Italia yang sudah menetapkan lock down (malangtimes.com). Ini dilakukan dengan alasan agar masyarakat tidak terlalu khawatir, tidak terlalu cemas, dan tidak stress.
Innalillahi wa innailaihi roji'un. Beginilah kapitalisme sekuler memberikan solusi yang tak solutif. Padahal tontonan sangat berpengaruh pada perilaku penontonnya. Baru saja kita dikejutkan oleh kasus remaja yang tega menghabisi balita, salah satunya karena ia senang menonton film yang sarat dengan kekerasan. Sekarang malah disuguhi ide yang sungguh merusak otak generasi.
Hal ini sangat jauh berbeda dengan Islam. Islam tak hanya mengatur hubungan kita untuk beribadah pada Allah, tapi juga mengatur hubungan antar sesama dan hubungan dengan diri sendiri. Ia diturunkan sebagai sistem kehidupan.
Islam memandang wabah sebagai pengingat diri, bahwa kita ini lemah dan terbatas, Allah lah yang Maha Besar, Maha Kuasa. Dalam islam ikhtiar harus tetap dilaksanakan, bersamaan dengan doa yang terus dipanjatkan. Self karantina, isolasi, lock down, menjaga daya tahan tubuh, mencari obat dari penyakit harus dilakukan secara optimal sebagai bentuk usaha/ikhtiar kita. Semua bentuk usaha kita insyaallah akan dihitung sebagai amal sholeh. Karena sungguh, Allah lebih senang dengan insan yang kuat daripada yang lemah.
Dari Abu Hurairah Radiyallahu anhu ia berkata: Rasulullah Sallallahu Alayhi Wasallam bersabda: “Orang mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada orang mukmin yang lemah, namun pada masing-masing (dari keduanya) ada kebaikan." (HR. Muslim)
Selain itu, doa dan muhasabah pun harus senantiasa dilakukan. Berdoa agar kita dilindungi, dijauhkan dari penyakit buruk, termasuk corona. Muhasabah diri dan muhabah massal atas segala maksiat yang dilakukan.
Sebagaimana sejarah mencatat, berkata Al-Imam Al-Muhaddits Al-Mufassir Ibnu Katsir Rohimahullah:
"Pada tahun 478 H di wilayah Iraq, Hijaz dan Syiria pernah tersebar penyakit seperti demam panas (tho'un), banyak binatang buas dan hewan ternak mati, kemudian datang angin hitam yang kencang yang hitam membuat pohon-pohon bertumbangan ditambah dengan halilintar.
Melihat fenomena itu,maka khalifah saat itu Al-Muqtadi bi amrillah (423-487 H/ 1075-1094 M) memerintahkan kepada rakyatnya agar kembali menegakkan amar ma'ruf nahyi munkar, memecahkan alat-alat musik yang melalaikan dari dzikrullah, [ketika rakyat mengikuti dan mentaati perintah khalifahnya] maka saat itu pula lenyap penyakit tho'un dan hilang pula wabah penyakit tersebut" [Kitab Al-Bidayah Wan Nihayah 16/93].
Masyaallah. Allahuakbar. Adanya wabah penyakit menyadarkan betapa tak berdayanya kita terhadap virus yang tak kasat mata. Betapa Maha Kuasanya Allah, yang bisa membolak-balikkan keadaan. Kemarin bisa jadi baik saja, tapi hari ini bisa jadi bencana. Maka, sebagai makhluk, sebagai hamba, sebagai muslim, sebagai mukmin, sudah sewajarnya kita kembali pada Allah. Bertaubat atas semua dosa. Memohon ampunan pada Nya. Kembali menerapkan aturan Allah sebagai aturan kehidupan.
Itulah solusi Islam, bukan malah menyuguhkan tontonan tak senonoh. Kalaupun mau mengisi waktu selama dirumahkan, isilah dengan hal-hal bermanfaat. Seperti membaca buku yang sarat pengetahuan, menulis tentang kebaikan, membantu membereskan rumah, dan kalaupun ingin menonton, tontonlah yang memotivasi kita berbuat baik. Semoga Allah hilangkan tho'un corona dari kita semua. Wallahu'alam bish shawab. (rf/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google