Oleh:
Ana Nazahah
Pemerhati Remaja, Revowriter Aceh
YOUTUBER asal Bandung Ferdian Paleka, resmi dijadikan tersangka. Akibat ulahnya yang viral di media sosial, yakni aksi prank-nya berkedok bagi-bagi sembako di bulan Ramadhan, yang nyatanya berisi sampah sayur-sayuran.
Entah apa tujuan Ferdian sebenarnya. Video yang dishare terkahir kali itupun telah dihapus Youtobe karena mengandung konten melecehkan. Namun salah satu akun instragram @lambe_turah sempat mengabadikannya.
"Di sini kita mau bagi-bagiin, jadi gini kita itu mau mensurvei dulu bencong-bencong yang ada di pinggir jalan, apakah bulan puasa ini mereka ada atau enggak," ucap Ferdian di awal videonya.
Aksi Ferdian itu pun mendapat kecaman, sehingga berujung dilaporkan ke polisi. Kabid Humas Jawa Barat, Kombes Saptono Erlangga menkonfirmasinya, Ferdian telah dilaporkan akibat aksi prank-nya yang tidak terpuji. Dilansir kompas.com. Selasa, 5 Mei 2020.
Berbicara tentang perbuatan terpuji dan tidak terpuji maka jelas perbuatan Ferdian di sini adalah masuk sebagai perbuatan tercela. Menipu dan merendahkan sesama yang tengah kesulitan ekonomi di tengah pandemi. Tidak patut ditiru, apalagi oleh pribadi Muslim.
Di dalam Islam, setiap manusia diperintahkan saling menghargai, tidak merendahkan orang lain dan senantiasa berakhlak terpuji. Dalam konteks ini Rasulullah saw. pernah memperingatkan betapa pentingnya akhlak terpuji, beliau bersabda:
كَرَمُ الرَّجُلِ دِينُهُ وَمُرُوْءَتُهُ عَقْلُهُ وَحَسَبُهُ خُلُقُهُ
"Kemuliaan orang adalah agamanya, harga dirinya (kehormatan) adalah akalnya, sedangkan ketinggian kedudukan adalah akhlaknya." (HR. Ahmad dan Al-Hakim).
Hanya saja, perlu digarisbawahi di sini. Bahwa waria sebagai korban Ferdian tetaplah tersangka juga. Pada kasus lainnya. Yaitu pelanggaran terhadap kodratnya sebagai hamba. Mengubah gender di dalam Islam bahkan lebih tercela, dari perbuatan Ferdian dengan makanan 'sampah'nya itu.
Hadits Ibnu Abbas yang mengatakan :
لَعَنَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُتَشَبِّهِينَ مِنَ الرِّجَالِ بِالنِّسَاءِ، وَالْمُتَشَبِّهَاتِ مِنَ النِّسَاءِ بِالرِّجَال
"Rasulullahh Shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat para lelaki yang menyerupai kaum wanita, dan para wanita yang menyerupai kaum lelaki"
Hadits ini jelas menunjukkan bahwa tindakan menyerupai lawan jenis adalah haram, apalagi mengganti kelamin (di luar konteks yang dibolehkan), merupakan dosa yang teramat besar. Pelakunya mendapat laknat Allah dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Namun sayangnya, transpuan bukanlah hal yang tercela di negeri ini. Hukum sekulerisme yang kita adobsi, memberikan peluang individu untuk berekspresi, kebebasan berprilaku, termasuk mengubah gender.
Kendati ulah transgender ini sangat meresahkan masyarakat, terlebih di tengah bulan ramadhan. Sudah menjadi rahasia umum, waria, transgender dekat sekali dengan dunia malam dan prostitusi. Membuktikan bahwa negara kita belum serius menjaga ketentraman umat Islam dalam menjalankan ibadahnya.
Sekulerisme telah menciptakan jurang pemisah antara hak dan batil. Halal dan haram bukan lagi landasan dalam berbuat. Melainkan manfaat dan kesenangan duniawi. Itulah yang paling dikejar dan ditargetkan oleh ideologi ini.
Karena itulah Rasulullah saw juga mengingatkan kita akan hal ini, sebagaimana sabdanya:
يَأْتِي عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ هِمَّتُهُمْ بُطُوْنُهُمْ، وَشَرَفُهُمْ مَتَاعُهُمْ وَقِبْلَتُهُمْ نِسَاءُهُمْ، وَدِيْنُهُمْ دَرَاهِمُهُمْ وَدَنَانِيْرُهُمْ، أُولَئِكَ شَرُّ الْخَلْقِ، لاَخَلاَقَ لَهُمْ عِنْدَ اللهِ
Akan tiba suatu zaman atas manusia dimana perhatian mereka hanya tertuju pada urusan perut dan kehormatan mereka hanya benda semata-mata, kiblat mereka hanya urusan wanita (seks) dan agama mereka adalah harta emas dan perak. Mereka adalah makhluk Allah swt yang terburuk dan tidak akan memperoleh bagian yang menyenangkan di sisi Allah swt. (HR. Adailami).
Semoga Allah senantiasa menjaga kita dan keluarga kita dari berbuat tercela dan merendahkan. Senantiasa menjadikan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai panutan. Alquran dan Assunnah sebagai landasan dalam berfikir dan berbuat, bukan yang lain. Wallahualam.*