Oleh: Ummu Naira Asfa
(Forum Muslimah Indonesia)
Bulan Ramadan 1442 H sudah hampir di penghujung hari. Rasanya keagungan dan kemuliaannya membuat kita tidak ingin berpisah dengan bulan mulia ini. Bulan Ramadan, bulan penuh ampunan, rahmat dan dibukanya pintu-pintu surga.
Kita perlu mengetahui bagaimana kaum muslimin dulu menjalanani bulan Ramadan dibawah naungan Khilafah Islamiyah. Suasana Ramadan di masa Khilafah Islamiyah seperti suasana Ramadan di masa Rasulullah Saw masih hidup juga seperti masa kepemimpinan Khulafaur Rasyidin di mana suasana keimanan begitu kental, semua orang bersemangat untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah. Lingkungan masyarakat dan negara sangat kondusif mendukung seorang muslim beribadah dengan khusyuk.
Kaum muslimin tidak hanya memperbanyak ibadah mahdhah seperti salat tarawih, zikir, dan amalan yang lain tapi juga fokus pada penjagaan negara dari ancaman musuh (militernya selalu dijaga agar senantiasa siap sewaktu-waktu diperintahkan berjihad). Dilansir dari muslimahnews.com (02/05/2020) berikut beberapa suasana Ramadan di masa Khulafaur Rasyidin:
- Para sahabat Rasulullah Saw memantau hilal untuk memulai dan mengakhiri puasa Ramadan pada setiap akhir bulan Syakban dan Ramadan, sesuai perintah Rasulullah saw. (HR Imam Abu Dawud)
- Para Khalifah berkhotbah di hadapan masyarakat pada malam pertama bulan Ramadan. Jika malam pertama bulan Ramadan telah masuk, Khalifah Umar bin Khaththab ra segera salat Maghrib dan berkhuthbah di hadapan masyarakat. (Mushannaf ‘Abdur Razaq, juz 4/264)
- Pada masa Umar bin Khaththab, kaum muslim menyelenggarakan salat tarawih di masjid secara berjamaah dipimpin seorang imam. Beliau juga mengirim surat kepada para wali agar mereka menyelenggarakan salat tarawih secara berjamaah di masjid. (Imam Nawawiy, al-Majmuu’, juz 3/527). Adapun pada masa Nabi saw dan Abu Bakar ra, kaum Muslim mengerjakan salat tarawih secara beragam, ada yang sendirian dan ada pula yang berjamaah.
- Umar bin Khaththab ra menyalakan pelita di masjid sepanjang malam pada bulan Ramadan. (Imam Suyuthiy, Tarikh al-Khulafaa`, hal. 128).
- Para khalifah dan kaum Muslim menyediakan makanan untuk berbuka puasa bagi orang-orang yang berpuasa. Tidak hanya itu, mereka juga memperbanyak sedekah di bulan Ramadan. Umar bin Khaththab ra membangun sebuah rumah untuk tamu, orang yang kehabisan bekal di jalan, serta orang-orang yang membutuhkan. (Majalah al-Khilafah al-Islaamiyyah, hal. 7).
- Mengkhatamkan Al Qur'an. Di bulan Ramadan, para sahabat dan sebagian tabi’un mengkhatamkan Al Qur'an, selepas Isya’ hingga 1/4 malam. Dalam sehari mereka bisa mengkhatamkan Alquran sekali atau dua kali. Utsman bin ‘Affan, Tamim ad Dariy, dan Sa’id bin Jabir mengkhatamkan Al Qur'an dalam waktu satu hari satu malam. Mujahid mengkhatamkan Al Qur'an antara waktu magrib dan isya, setiap malam bulan Ramadan. Manshur bin Zadan mengkhatamkan Al Qur'an dari zuhur hingga asar, dan pada bulan Ramadan beliau mengkhatamkan Al Qur'an antara magrib dan isya sebanyak dua kali.(Imam Nawawiy, At Tibyan fi Adab Hamlat Alquran, hal. 47-48).
- Berburu lailatul qadar di sepuluh hari terakhir Ramadan. Sejak masa Nabi saw hingga sekarang, tradisi berburu lailatul qadar dengan cara iktikaf di dalam masjid, dan memperbanyak ibadah dan taqarrub kepada Allah terus berlangsung dan terjaga. (Al-Mudawwanah al-Kubra, juz 1/237).
- Mengeluarkan zakat fithrah dan menghidupkan malam Idulfitri. Pada masa Nabi saw dan Khulafur Rasyidin, kaum Muslim mengeluarkan zakat fithrah pada pagi hari sebelum dilaksanakannya salat Idulfitri.
- Melaksanakan salat Idulfitri di tempat tertentu. Pada masa Nabi saw dan khulafur rasyidin, salat Idulfitri dilaksanakan di lapangan terbuka di depan pintu masuk kota Madinah sebelah timur. Mereka tidak menyelenggarakan salat Idulfitri di dalam masjid. Namun, pada masa Umar bin Khaththab ra, kaum muslim salat Idulfitri di dalam masjid dikarenakan hujan. (Sunan Baihaqiy, juz 3/310)
- Kaum muslim bersuka ria dan mengisi Idulfitri dengan aneka ragam permainan dan nyanyian yang mubah. (Ibnu Hazm, Al-Muhalla, juz 5/81)
MasyaAllah tabarakallah, begitulah puasa Ramadan dalam penjagaan Islam Kaaffah dengan institusinya yang betul-betul menerapkan syariat Islam dengan lurus dan benar. Selama bulan puasa juga tidak ada perilaku masyarakat yang sengaja melanggar syariat puasa karena umat senantiasa dipahamkan tentang ilmu Islam oleh negara. Hal itu berjalan baik melalui halqah-halqah intensif atau pengajian-pengajian umum ditengah masyarakat. Tentu kita merindukan suasana yang aman dan nyaman untuk beribadah puasa seperti itu. Semoga institusi Khilafah Islamiyah milik umat di seluruh dunia bisa tegak kembali suatu saat, dengan izin Allah Swt. Wallahu a'lam bish-shawwab. (rf/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google