Oleh: Helmiyatul Hidayati, S. Ikom
Dunia Islam terluka lagi. Palestina mengalami serangan militer tidak berprikemanusiaan yang dilakukan oleh tentara Israel di jalur Gaza yang di blockade. Sedikitnya 139 warga Palestina tewas dan 950 orang lainnya terluka (cnbcindonesia.com 15/05).
Sebenarnya konflik ini memang bukan yang pertama kalinya. Bahkan usaha pendudukan tanah Palestina telah dimulai sejak zaman Kekhilafahan Islam. Hingga dunia Islam dikhianati pada tahun 1917 dalam deklarasi Balfour yang menyebutkan tanah Palestina adalah tanah air warga Yahudi.
Bahkan menteri Hak Asasi Kemanusiaan (HAM) Pakistan; Shireen Mazari mengatakan bahwa serangan Israel ke Palestina tidak lagi sekedar konflik, tapi pembantaian. Beliau menghimbau agar PBB segera menegakkan pertanggungjawaban dan melindungi rakyat Palestina karena sudah banyak sekali warga sipil yang menjadi korban dan berpotensi meningkatkan radikalisme dan ekstrimisme di berbagai wilayah.
Hal ini menimbulkan banyak reaksi dunia mulai dari para pemimpin negara yang memberi kecaman, para public figure yang bersimpati dan mengalirkan banyak donasi sebagai bentuk dukungan bagi rakyat palestina, dan adanya beberapa demonstrasi di berbagai belahan negara sebagai bentuk protes terhadap kekejian Israel.
Gal Gadot, seorang aktris Israel yang merupakan pemeran utama dalam film box office Superwoman mendapat kecaman dari berbagai pihak karena dianggap tidak peka terhadap penderitaan rakyat Palestina. Ia mengharapkan agar para pemimpin menemukan solusi atas konflik yang terjadi dan hidup berdamaian dengan tetangga. Penyebutan Palestina hanya dengan kata “tetangga” membuat netizen mampu membaca ketidaktulusannya. Hal ini bisa dimaklumi karena ia termasuk salah satu warga Israel yang hidup dengan merampas tanah yang bukan miliknya.
Reaksi dunia ini sudah terjadi pula sejak zaman dahulu kala. Meskipun berbagai komunitas internasional tidak mengakui kependudukan Israel atas Palestina dan menentangnya. Namun pada dasarnya tidak ada reaksi yang bisa menghentikan penjajahan Israel terhadap Palestina, bahkan PBB sekalipun. Karena itu bisa disimpulkan bahwa solusi yang tersedia bagi Palestina saat ini terkategori dalam 3 (tiga) hal yakni mengkhianati, meringankan, dan menyelesaikan.
Solusi yang Mengkhianati
Telah banyak dilakukan oleh berbagai pemimpin terutama pemimpin-pemimpin negara muslim. Mereka menyatakan kecaman terhadap kekejian Israel melalui siaran pers yang diumumkan pada dunia namun tidak memiliki cukup keberanian untuk mengirimkan tentara bantuan dalam rangka mengusir tentara Israel dari Palestina. Kesulitan ini terjadi karena terganjal paham nasionalisme, aturan internasional, kepentingan politik dan kungkungan barat. Konflik Palestina dianggap sebagai urusan dalam negeri Palestina sendiri. Seperti yang memang diharapkan oleh Barat, sehingga Israel tetap berlenggang dengan kejamnya di atas tanah Palestina tanpa takut adanya serangan balik dari negara lain.
Tak hanya sampai di situ beberapa negara justru mengadakan normalisasi hubungan diplomatik dengan Israel yang dilakukan oleh empat negara Arab yaitu Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, Sudan, dan Maroko serta satu negara non-Arab Bhutan pada tahun 2020 kemarin. Hal ini merupakan kado pahit bagi Palestina.
Indonesia, meski tidak secara langsung menerima normalisasi dari Israel, namun melalui seorang tokoh keagamaan yang telah berada di panggung Israel menyuarakan perdamaian dengan kata-katanya yang terkenal “we choose rahma”.
Padahal di dalam Islam telah jelas, bahwa Israel di sebut Negara muhariban fi’lan atau dengan Negara tersebut hanya ada hubungan perang. Maka terhadap Negara tersebut harus diperlakukan sikap dalam keadaan darurat perang sebagai dasar setiap perlakuan dan tindakan, baik terdapat gencatan senjata atau tidak (Nidhomul Islam, hal 194).
Solusi yang Meringankan
Hal ini telah dilakukan oleh banyak orang, organisasi dan gerakan. Bahkan banyak yang terorganisir dengan baik dan massiv, banyak pula orang ternama yang ikut serta. Gerakan ini adalah gerakan penggalangan bantuan dana. Banyak sekali dana bantuan yang telah terkumpul baik dari umat muslim itu sendiri maupun dari non-muslim yang ikut prihatin dan simpati pada tragedi yang terjadi di Palestina.
“Tidak perlu menjadi muslim untuk memahami penderitaan rakyat Palestina. Tapi cukup jadi manusia untuk melihat penderitaan mereka.” Narasi ini banyak beredar di media social dan grup-grup komunitas, menandakan bahwa tanpa melihat agama manapun, apa yang dilakukan oleh Israel sudah melampaui batas kemanusiaan.
Selain dukungan dana, melakukan demonstrasi di kedutaan-kedutaan Israel dan atau sekutunya juga merupakan salah satu bentuk dukungan moril bagi palestina. Viralisasi dukungan pada Palestina di social media juga merupakan salah satu bentuk dukungan pada Palestina.
Solusi ini patut kita apresiasi dan memang sangat dibutuhkan oleh rakyat palestina yang kehilangan tanah, harta dan banyak fasilitas umum di sana. Namun solusi ini tidak bisa menyelesaikan konflik yang terjadi. Palestina akan terus dalam keadaan perang tanpa ada solusi yang benar-benar menyelesaikan dari akarnya.
Solusi yang Menyelesaikan
Pertarungan Israel VS Palestina sejatinya bukanlah pertarungan antar 2 (dua) negara yang sekedar memperebutkan batas negara namun pertarungan ini melibatkan pertarungan ideology yakni pertarungan ideology barat dengan kapitalismenya dan ideologi Islam.
Dunia barat perlu menguasai negeri-negeri muslim agar melanggengkan kekuasaannya terhadap hegemoni politik dan ekonomi di Timur Tengah dan menempatkan Israel sebagai antek mereka. Karena itu pemimpin-pemimpin negara muslim tak akan banyak berkutik meskipun kekejaman Israel terpampang nyata.
Tidak ada cara lain. Palestina dan dunia Islam membutuhkan kembali junnah yang telah hilang. Yakni satu kepemimpinan atas seluruh umat Islam, yakni khilafah. Khilafah yang akan mempersatukan kaum muslimin di seluruh dunia dan khalifah akan memberikan komando jihad membebaskan Palestina.
Namun ketiadaan khilafah saat ini tak lantas membuat kita berdiam diri. Sebagai gantinya, kaum muslimin wajib menyerukan kembali tegaknya syariat Islam dan membangkitkan kembali kehidupan Islam. Dakwah ini merupakan yang bisa dilakukan dalam rangka menyikapi penjajahan Israel terhadap Palestina dan merupakan solusi yang akan meyelesaikan masalah langsung dari akarnya. Ketika Islam telah ditegakkan, maka Islam Rahmatan Lil Alamin akan tercipta.
“Palestina itu dibuka oleh Sayyidina Umar bin Khattb, dimerdekakan oleh Shalahuddin Al Ayyubi, dipertahabkan oleh Abdul Hamid II dan akan kembali dibebaskan oleh kita” (Azam Izzul Haq).
ILustrasi: Google