Oleh: Novriyani, M.Pd.
Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai keragaman dan kekayaan budaya, suku bangsa, agama, dan bahasa. Indonesia sendiri memiliki keragaman agama yang terdiri dari Islam, Kristen, Katolik, Hindu Budha, dan Konghucu. Namun, adanya keragaman ini justru mengantarkan pada makna toleransi yang berlebihan. Sehingga, kebanyakan dari mereka menganggap bahwa ikut merayakan hari besar non-muslim dihalalkan dengan dalih toleransi.
Pemahaman inilah yang akhirnya tertancap di masyarakat. Sehingga, setiap tahunnya mereka ikut mengucapkan dan merayakan hari besar non-muslim. Bahkan jajaran pemerintah pun menghimbau untuk memasang spanduk ucapan hari natal dan tahun baru. Seperti yang disampaikan Kanwil Kemenag Sulsel dalam surat edarannya yang menghimbau semua satker pasang spanduk dan ucapan Natal dan Tahun Baru. (Republika, 18/12/2021)
Hal serupa juga disampaikan oleh Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) bidang dakwah dan ukhuwah, Muhammad Cholil Nafis menyebut bahwa mengucapkan selamat Natal itu boleh dalam konteks saling menghormati dan toleransi. Beliau menambahkan yang tidak boleh dilakukan seorang muslim adalah mengikuti upacara dan serangkain kegiatan perayaan Natal tersebut. (fajar.co.id, 17/12/2021)
Negeri ini merupakan negeri yang berpenduduk mayoritas Muslim. Namun, ajaran Islamnya tidak tampak ke permukaan. Wajar saja jika perkara-perkara yang diharamkan dalam Islam justru dihalalkan. Dengan mengatasnamakan toleransi, mereka harus menjual aqidahnya dengan ikut mengucapkan hari Natal kepada non-muslim yang jelas-jelas membenci Islam.
Jelas, ini merupakan strategi yang telah disiapkan sedemikian rupa oleh kelompok sekuler yang diusung negeri ini. Berbagai cara dilakukan untuk menyerang dan menggoyahkan aqidah umat Islam dengan mengangkat isu persamaan agama. Dengan menganggap bahwa agama itu sama, tidak boleh ada yang mengklaim bahwa agamanya yang paling benar.
Tidak hanya itu, pemerintah dan jajarannya yang seharusnya memiliki tugas menjaga Islam, justru menjadi tombak terdepan dalam proyek barat yaitu moderasi beragama. Belakangan, ide moderasi ini gencar dikampanyekan di tengah-tengah masyarakat guna merusak aqidah mereka. Moderasi beragama mengklaim makna toleransi dalam beragama, yakni membaurkan pemahaman agama dalam satu warna. Menganggap semua agama sama dan setimbang, dan menghilangkan sikap fanatik terhadap agama yang mengakibatkan sulitnya menerima perbedaan.
Ide moderasi beragama terus digulirkan di era kepresidenan Jokowi. Dengan isu perang melawan radikalisme dan intoleransi, pemerintah mengambil jalan tengah untuk menyatukan berbagai keyakinan yang berbeda dengan ide tersebut. Ide tersebut sepintas terdengar bagus, namun jika dilihat dari asal muasal, konten, dan tujuannya pada dasarnya merusak ajaran-ajaran Islam. Ide ini merupakan salah satu operasi politik dan pemikiran yang dilakukan negeri Barat untuk melumpuhkan Islam. Kaum Muslim diajak untuk menerima berbagai produk konstitusi sekuler sekalipun bertentangan dengan ajaran Islam.
Perkara yang sebenarnya sudah sangat jelas dalam Islam, bahwa agama yang diridhai Allah hanyalah Islam. Sebagaimana firman Allah Swt. " Sungguh agama (yang diakui) di sisi Allah hanyalah Islam" (TQS. Ali Imran:19)
Ayat di atas menjelaskan bahwa tidak ada agama yang diterima dari seseorang di sisi-Nya selain Islam. Mengikuti para rasul yang diutus oleh Allah di setiap masa, hingga diakhiri dengan Nabi Muhammad saw.
Dalil lain dalam sabda Rasulullah saw. " Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka." (HR Ahmad dan Abu Dawud)
Hadits tersebut sangat jelas mengharamkan umat Islam menyerupai kaum lain, yaitu dengan mengikuti ibadah maupun hari raya mereka. Seperti halnya mengucapkan hari Natal disertai dengan pengakuan dan penghormatan terhadap ajaran agama Kristen (menganggap bahwa yesus adalah Tuhan), maka hukumnya haram dan murtad bagi pelakunya.
Dengan adanya ide moderasi beragama ini justru merusak aqidah umat muslim. Umat muslim diminta untuk menghormati dan menghargai agama lain dengan memberikan ucapan di hari rayanya, hal ini dilakukan sebagai bentuk toleransi terhadap agama lain. Ide moderasi beragama ini merupakan pesanan barat yang sengaja ingin menghancurkan Islam, menggoyahkan yang haq dan mengokohkan yang batil.
Maka benar dalam firman Allah Swt.
"Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah:"Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu." (TQS. Al-Baqarah:120)
Ayat ini mengingatkan agar umat Islam tidak terpengaruh dengan ide moderasi beragama dan tetap istiqomah dengan Islam. Oleh karenanya, perlu adanya kerjasama dari semua elemen untuk menolak paham moderasi beragama tersebut. Wallahu'alam. (rf/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google