Oleh Desti Ritdamaya
Dunia dikejutkan oleh serangan Taufan Al Aqsha HAMAS pada Israel tanggal 7 Oktober lalu. Serangan strategi baru yang tak pernah dilakukan sebelumnya. Di awal serangan berseliweran opini negatif untuk HAMAS. Misalnya, HAMAS buat proyek donasi; serangan HAMAS terlalu beresiko, karena kekuatannya asimetris dengan Israel; HAMAS menjadikan rakyat sendiri sebagai tumbal menghadapi militer Israel. HAMAS menjadi pihak tertuduh bahkan dicap teroris. Mereka yang menuduh sungguh menutup mata dan mengabaikan penjajahan Israel selama puluhan tahun dengan korban yang tak terhitung lagi.
Banyak pengamat politik mengungkap dalam serangan ini HAMAS melangkah cerdas. Serangan HAMAS tak lah sporadis tapi dengan pertimbangan matang. Sebelum serangan, HAMAS mengetahui keretakan politik dan militer di dalam negeri Israel. Terjadi gonjang-ganjing politik dengan maraknya demonstrasi kebijakan kontroversial dan dugaan korupsi PM Benjamin Netanyahu. Instabilitas politik dan ekonomi Israel menjadi celah keuntungan bagi HAMAS.
Sampai detik ini Israel yang berteknologi canggih belum mampu mendeteksi komunikasi dan data cyber HAMAS. Termasuk juga terowongan bawah tanah sebagai markas militer pejuang dan komando perjuangan. Ini keunggulan bagi HAMAS dalam menjaga keamanan militer dan pejuangnya.
HAMAS mengetahui mental tentara Israel rapuh. Mereka pengecut hanya berani berperang di balik tank atau pesawat tempur. Realitas tak terbantahkan, banyak tentara Israel stress dan lari dari medan perang. Sebaliknya mental pejuang HAMAS memiliki daya tahan dan serang kuat karena termotivasi jihad fii sabilillah. Mereka tak takut mati, rela berkorban demi Islam dan kaum Muslim.
HAMAS langsung menyasar pusat militer udara Israel yaitu iron dome. HAMAS mempelajari titik kelemahan iron dome. Dengan kemampuan mengembangkan senjata sendiri, HAMAS meluncurkan ribuan roket murah menyerang iron dome. Ternyata sistem iron dome kewalahan dan tak mampu beroperasi menghalau roket-roket HAMAS. Setelah berhasil melumpuhkan iron dome, HAMAS mengarahkan militer Israel ke medan darat dan laut. Medan ini bak neraka bagi militer Israel. Para mujahid pun menyambut hangat militer Israel. Terbukti ribuan militer Israel tewas dan cacat fisik psikis dalam serangan darat dan laut.
Terbitnya Haq dan Tenggelamannya Kebatilan
Bagi yang mengikuti dengan seksama perang selama dua bulan ini (7 Oktober - 6 Desember 2023), nampak efek kuat yang berpihak pada Palestina. Yaitu mengubah mindset dunia dan menguak tabir kebenaran, antara lain:
Pertama, menjatuhkan militer Israel. Walaupun kekuatan alutsista jauh di bawah Israel, HAMAS mampu memporak-porandakan militernya. Jumlah tentara Israel tewas mencapai 2.985 orang dari 176.500 tentara aktif. Padahal pejuang HAMAS yang turun di medan perang hanya 5000 orang. Bahkan masih ada senjata-senjata HAMAS yang belum di uji coba melawan penjajah. Tentu saja hal ini mampu mematahkan pameo ‘militer Israel tak bisa dikalahkan’. Menguak fakta militer Israel bak sarang laba-laba.
Kedua, menggoncangkan ekonomi Israel. Pemerintah Israel merilis kerugian setiap harinya mencapai 260 juta dolar AS, setara Rp 4 triliun. Dihitung dari biaya alutsista perang dan kerusakannya, konsumsi dan perlengkapan tentara aktif dan cadangan, biaya pengungsi ratusan ribu orang. Aktivitas ekonomi mandeg akibat tentara cadangan meninggalkan profesi dan bisnis masing-masing. Diperparah aksi boikot berbagai negara pada produk-produk Israel. Nilai saham-saham anjlok disertai turunnya ekspor luar negeri. Sehingga defisit anggaran menganga dan utang negara semakin membengkak.
Ketiga, mempertontonkan kebiadaban Israel. Sebelum perang ini, umumnya opini dunia teguh mendukung Israel dengan dalih membela diri dan menjaga kedaulatan. Selama perang ini, Israel brutal menyerang tempat terlarang secara hukum humaniter perang seperti rumah sakit, sekolah, pengungsian, tempat ibadah (masjid dan gereja), dan fasilitas umum lainnya. Israel menjatuhkan 40 ribu ton bom dengan kekuatan 1,5 kali lipat bom Hirosima. Israel sengaja menggunakan fosfor putih yang terlarang. Akibatnya 80 % korban sipil Palestina adalah anak-anak dan wanita.
Apalagi melihat warga Palestina yang menjadi tawanan Israel. Mereka disiksa secara keji dan tak manusiawi. Banyak yang wafat dan mengalami cacat fisik. Berkebalikan dengan warga Israel yang menjadi tawanan HAMAS. Mereka diperlakukan sangat baik dalam hal makanan, kesehatan dan keamanan. Dikembalikan dalam keadaan sehat tanpa ada penyiksaan dan trauma.
Dengan perang ini, membuka mata dunia bahwa Israel the real terorist. Israel melakukan genosida terbesar abad ini. Untuk menutupi kebiadabannya, Israel playing victim. Pemerintahnya secara blak-blakan menggelontorkan anggaran besar membayar buzzer untuk menyalahkan Palestina dan menarik simpati ke Israel.
Keempat, menarik ribuan orang mengkaji Islam. Ketegaran dan ketabahan warga Palestina menghadapi peliknya perang amat mengagumkan orang-orang Barat. Mereka ingin tahu isi Al Quran yang menjadikan keimanan warga Palestina sedemikian kuatnya. Nampak dari lisan-lisan yang mengucapkan alhamdulillah dan hasbunallah wa ni’mal wakiil saat mendapati keluarganya menjadi syuhada; tak ada celaan dan makian pada warga Israel kecuali kata laknatullah; mensupport penuh pejuang HAMAS; perlakuan manusiawi HAMAS terhadap tawanan Israel. Alhasil dalam sebulan terakhir berbondong-bondong mu’alaf mengakui kebenaran Islam. Diperkuat lagi dengan maraknya demonstrasi bela Palestina dan menghujat Israel di berbagai negara mayoritas non muslim. Hal tersebut dapat mematahkan opini negatif pada Islam yang dipropagandakan Barat selama ini.
Kelima, membongkar kedok munafik dalam tubuh muslim. Tak dipungkiri ada ‘sekelompok’ orang bahkan diklaim ‘ustadz’ yang menyalahkan perjuangan HAMAS dan menganggap jihadnya tak syar’i. Tapi mereka tak pernah mempertanyakan tindakan jahat penjajah Israel apalagi mengutuknya. Mereka melakukan politik belah bambu untuk melemahkan perjuangan mujahidin dari dalam. Ini adalah kuasa Allah untuk menunjukkan mereka adalah duri bagi tubuh muslim. Tak layak kaum muslim menjadikan mereka teladan atau ulama.
Perang ini juga membongkar hakikat pemimpin negeri muslim. Mereka sekadar mengecam tanpa aksi nyata mengirimkan militer untuk menolong Palestina. Yang miris saat Palestina bersimbah darah, di Arab Saudi diadakan Riyadh Season bertabur kemaksiatan. Mesir sengaja ‘menutup’ pintu perbatasan Rafah dan menolak para pengungsi Palestina. Bahkan banyak pemimpin yang berjabat mesra dengan penjajah Israel berdalih normalisasi diplomatik. Kekuasaan mereka tak menolong muslim dan agama Allah. Wajar karena kekuasaan mereka hakikatnya adalah pemberian negara adidaya Barat. Sehingga wahn (cinta dunia dan takut mati) mendarah daging dalam akal dan qalbu mereka.
Keenam, polarisasi antara umat Islam dan pemimpin. Demonstrasi umat membela dan menuntut pengiriman militer ke Palestina menunjukkan syu’ur (perasaan) Islam masih hidup dalam jiwa muslim. Sebaliknya pemimpin negeri-negeri muslim ‘enggan’ memenuhi tuntutan tersebut. Nampak bahwa umat dan pemimpin tak sejalan pandangan terkait urusan muslim dan Islam.
Para ulama dan pengemban dakwah ideologis haruslah melakukan dharbu ‘alaqat (pemutusan kepercayaan) umat pada pemimpin boneka penjajah. Haruslah menumbuhkan kesadaran umat akan kebutuhan kepemimpinan Islam dalam sistem Islam kaffah. Haruslah membangunkan umat dari ‘tidur’ panjang menuju kebangkitan Islam. Sebagai solusi tuntas berbagai permasalahan umat termasuk Palestina.
Maha benar Allah dalam firmanNya :
وَلَا تَهِنُوۡا وَ لَا تَحۡزَنُوۡا وَاَنۡتُمُ الۡاَعۡلَوۡنَ اِنۡ كُنۡتُمۡ مُّؤۡمِنِيۡنَ
اِنۡ يَّمۡسَسۡكُمۡ قَرۡحٌ فَقَدۡ مَسَّ الۡقَوۡمَ قَرۡحٌ مِّثۡلُهٗ ؕ وَتِلۡكَ الۡاَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيۡنَ النَّاسِۚ وَلِيَـعۡلَمَ اللّٰهُ الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا وَيَتَّخِذَ مِنۡكُمۡ شُهَدَآءَؕ وَاللّٰهُ لَا يُحِبُّ الظّٰلِمِيۡنَۙ
Artinya : Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang beriman. Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka mereka pun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran), dan agar Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan agar sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang zalim (QS. Ali 'Imran ayat 139-140). Wallahu a’lam bish-shawab. (rf/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google