View Full Version
Selasa, 10 Dec 2024

Hari Anak Sedunia, Selebrasi Semu ala Kapitalisme

 

Oleh: Yulyanty Amir, S. Kom  

Selebrasi Hari Anak Sedunia (HAS) atau Wold Children’s Day tanggal 20 November 2024 baru saja berlalu. Momen penting ini diperingati untuk merayakan hak-hak anak di seluruh dunia dengan tujuan meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai kesejahteraan anak dan mendorong untuk menciptakan masa depan yang baik bagi anak-anak secara global (detikjatim, 13/11/24).

Hari Anak Sedunia ditetapkan pertama kali pada tahun 1954. Pasca Perang Dunia II, keadaan anak-anak Eropa sangat memprihatinkan. UNICEF, Sebuah badan baru yang dibentuk PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa) ditugaskan untuk menyediakan makanan, pakaian, dan perawatan kesehatan bagi anak-anak. UNICEF lah yang menginisiasi lahirnya Hari Anak Sedunia (Indonesia.un.org, 13/11/24).

Saat ini UNICEF fokus untuk menjangkau anak-anak yang paling rentan dan terkucilkan. UNICEF juga berfokus pada pemenuhan hak-hak anak dan kepentingan semua anak di seluruh dunia. Astrid Gonzaga Dionisio, Spesialis perlindungan anak UNICEF Indonesia menyatakan tema peringatan HAS tahun ini adalah “Listening to the Future “. Pentingnya mendengarkan anak-anak sekarang karena anak-anak adalah masa depan. (YT Sapa Indonesia, 24/11/24)

Program HAS ini sebetulnya sangat bagus, jika memang dijalankan dengan baik dan merata. Sayangnya peringatan ini hanya sekedar selebrasi dan omong kosong. Program ini hanya memberikan angan-angan semu. Puluhan tahun hari anak diperingati, tetapi tidak berdampak apa-apa bagi anak-anak di seluruh dunia, terutama bagi anak-anak Palestina

Puluhan tahun anak-anak Palestina telah dirampas hak-haknya oleh Zionis Israel.  Selama setahun lebih mereka di genosida, dibiarkan mati tanpa ada yang bisa menolong.  Masa depan mereka dihancurkan, kebanyakan dari mereka sudah tidak memiliki orang tua. Akan tetapi, penguasa negeri muslim hanya diam menyaksikan saudara seakidah mereka  dibunuh, dibombardir, dan dianiaya setiap hari hanya karena sekat Nasionalisme yang telah menancap di benak mereka.

Para pemimpin negeri muslim hanya bisa menonton dan mengecam keganasan zionis Israel tanpa mampu bertindak lebih. Mengirim bantuan makanan, pakaian dan obat-obatan, boikot produk, doa hanya sekedar usaha kecil dari masyarakat namun tidak menjadi solusi yang hakiki bagi keselamatan penduduk Palestina.

Satu-satunya jalan untuk mengakhiri genosida ini adalah dengan mengirimkan tentara. Peperangan itu harusnya tentara melawan tentara, senjata dengan senjata. Bukan melawan musuh yang tidak berdaya, yang tidak memiliki senjata, tidak memiliki kekuatan. Tentara Israel sejatinya adalah orang-orang pengecut yang hanya berani melawan rakyat sipil, perempuan dan anak-anak.

Selain itu masih banyak hak anak di belahan bumi ini yang belum terpenuhi. Di Ethiopia, Afganistan termasuk di Indonesia, anak-anak masih jauh dari kata sejahtera. Kasus anak-anak stunting atau kurang gizi semakin meningkat, banyak anak yang menjadi korban kekerasan fisik dan seksual menjadi bukti bahwa anak-anak belum memperoleh hak untuk hidup aman.

Ini semua adalah buah dari diterapkannya sistem Kapitalisme di hampir seluruh dunia. Para Kapitalis sesungguhnya hanya ingin mengambil manfaat dan pujian semata. Seolah-olah mereka sangat perhatian akan hak-hak anak dan kesejahteraan anak dengan perayaan yang hanya diikuti oleh segelintir anak. Memberi kegembiraan kepada anak hanya dalam satu hari, selebihnya mereka sibuk dengan urusan masing-masing.

Islam Solusi Hakiki

Dalam Islam, peringatan hari anak tidaklah diperintahkan. Pemerintahan dalam sistem Islam akan memberikan hak anak dan kesejahteraan bagi anak setiap saat bukan hanya setahun sekali. Sebab, perhatian dan kepedulian kepada anak dan masyarakat memang merupakan kewajiban dan tanggung jawab pemimpin.

Sebagaimana hadis Rasulullah Saw, “Imam adalah raa’in (gembala) dan ia bertanggung jawab atas rakyatnya.” (HR Bukhari). ”Sesungguhnya al-imam (khalifah) itu perisai yang (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)nya.” (HR Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud).

Untuk itu sebagai langkah awal memenuhi hak anak, pemimpin Islam akan memberikan pendidikan yang berbasis akidah Islam untuk anak-anak dengan membangun sekolah-sekolah dengan fasilitas yang baik, seperti taman bermain, perpustakaan, kamar mandi, ruang sholat, ruang makan, dan lain-lain. Negara juga akan menyediakan guru-guru yang profesional dan paham Islam.

Kemudian, pemerintah juga menjamin kesehatan anak-anak dengan mengedukasi orang tua untuk memberikan makanan yang sehat, bergizi, halal lagi baik. Negara juga akan menyediakan kebutuhan sandang dengan harga terjangkau. Makanan yang tidak sehat dan tidak halal tidak akan dijual dalam sistem Islam.

Selain itu, pemerintah akan menjamin keselamatan anak-anak dari kekerasan, baik yang datang dari orang terdekat, maupun dari pihak luar. Orang tua akan terus diedukasi dan dipahamkan bahwa anak adalah amanah dari Allah Swt. yang senantiasa dijaga dan dilindungi. Oleh karena itu, orang tua yang pertama kali akan menjadi pelindung bagi anak-anaknya dari gangguan orang jahat ataupun bintang buas.

Pemerintahan dalam Islam juga menjamin para ayah dan laki-laki untuk bisa bekerja dan mencari nafkah dengan membuka lapangan pekerjaan yang seluas-luasnya. Caranya adalah negara akan mengelola sendiri sumber daya alam yang dimiliki umat. Ini akan membuka peluang kerja bagi laki-laki., sehingga seorang ayah dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga serta menafkahi istri dan anak-anaknya. Istri tidak perlu lagi bekerja untuk membantu suami memenuhi kebutuhan rumah tangga serta para ibu bisa mengurus anak dan rumah tangga dengan tenang.

Dalam memenuhi hak-hak anak Palestina, pemimpin Islam akan mengerahkan pasukan tentaranya untuk berjihad fii sabilillah melawan musuh-musuh Islam. Umat Islam akan makin kuat, jika umat Islam di seluruh dunia bersatu dalam satu naungan kepemimpinan. Tentunya musuh Islam pasti akan bisa dikalahkan dengan kekuatan umat muslim dan pertolongan Allah.

Tentu pertolongan Allah akan datang jika umat muslim menerapkan syariat Islam. Penerapan syariat Islam secara sempurna akan menjadi satu-satunya solusi kebaikan bagi anak-anak penerus generasi. Ketika syariat Islam telah ditegakkan, maka kesejahteraan dan keamanan untuk seluruh manusia akan terwujud. Wallahu alam. (rf/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version