JAKARTA (voa-islam.com)- Panglima TNI Gatot Nurmantyo menduga dan mencium adanya unsur budaya yang bukan datang dari Indonesia lalu disuarakan. Salah satunya soal ungkapan bahwa anak negeri yang lahir di suatu daerah tertentu mesti pula menjadi (digaungkan) menjadi pemimpin.
“Harus kita waspadai dengan otonomi daerah, bahwa Gubernur sini harus putra daerah. Ini harus waspada. Ini juga benih-benih dari transfer (globalisasi). Itu bukan asli dari sini. Dari sini tidak akan mengatakan itu. Ini harus diwaspadai,” sampainya, Rabu (27/09/2017), di DPR RI, Jakarta.
Hal itu bisa jadi menurutnya karena salah menafsirkan demokrasi. “Dan yang paling penting dalam berdemokrasi tidak pernah menginginkan ada yang kalah. Tidak pernah ada yang ingin. Kalau voting ada yang kalah, tidak? Ada yang kalah.
Tapi cara berdemokrasinya 'Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawarahan dan perwakilan' utamakan musyawarah. Tidak ada yang kalah. Kalau voting ada yang kalah. Padahal, ingat, kita adalah kumpulan orang-orang dari yang tidak takut mati.
Orang-orang yang ksatria. Salah memperlakukan, harga dirinya terinjak, dia akan angkat senjata. Begitu angkat senjata tidak bisa dibendung. Kalau kita lakukan dengan konsisten dan konsekuen Sila Pertama hingga Keempat, maka apa yang menjadi tujuan (maksud) nasional yaitu 'Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia' bisa tercapai. Tanpa itu bohong,” tambahnya menjelaskan.
Oleh karena itu ia menghimbau kepada siapapun untuk tidak meragukan Pancasila dan UUD 45 yang dimiliki Indonesia tetapi tidak dimiliki negara lain. “Jadi jangan ragu lagi dengan Pancasila yang sudah terbukti. Ini adalah warisan yang dibuat oleh nuansa kebatinan karena kecintaan yang luar biasa dan menyiapkan anak-cucunya agar bisa selamat. Dan sudah terbukti dalam kumpulan global seperti ini kita masih bertahan.
Ada UU sebagaimananya, kalau kita lihat UUD yang diamandemen, tanya saja yang buat UUD 45 nuansa kebatinannya bagaimana. Yang mengamandemen nuansa kebatinannya bagaimana. Itu saja rumusannya. Mudah,” tutupnya di acara diskusi. (Robi/voa-islam.com)