View Full Version
Kamis, 13 Aug 2009

Asma' Binti Abu Bakr, Dzatun Nithaqain (Perempuan Pemilik Dua Ikat Pinggang)

Siapakah Asma’ binti Abu Bakr ?

Asma’ adalah salah seorang putri Abu Bakr ash Shiddiq. Ia dilahirkan 27 tahun sebelum peristiwa hijrah. Usianya sepuluh (10) tahun lebih tua dari saudaranya seayah ( ‘Aisyah binti Abu Bakr ra ). Sedangkan Abdullah bin Abu Bakr adalah saudaranya sekandung.

Beliau masuk Islam ketika masih berada di Mekah. Setelah tujuh belas (17 ) orang sahabat lainnya masuk Islam. Beliau juga termasuk  salah seorang perempuan yang memba’iat Rasululullah saw.

Asma” dinikahi oleh Zubair ibnul-Awwam yang saat itu tidak memiliki apapun, kecuali  seekor kuda yang oleh Asma’ selalu diberi makan dan dirawatnya.

Kisah dua ikat pinggang.

Indahnya kisah yang mengantarkan Asma’ kepada julukan Dzatun Nithaqain / Perempuan pemilik dua ikat pinggang adalah saat ia mempersiapkan perbekalan untuk Rasulullah saw dan ayahnya yaitu Abu Bakr ash-Shiddiq hijrah ke Madinah.  Asma’ dengan cekatan, membelah ikat pinggangnya menjadi dua. Satu untuk mengikat dan mengangkat makanan Rasullah saw dan ayahnya. Sedangkan satu potong lainnya tetap ia gunakan sebagaimana layaknya perempuan lain.

Kedermawana n Asma’ binti Abu Bakr ash-Shiddiq

Abdullah bin az-Zubair putra beliau menggambarkan kedermawanan ibunya, ia berkata,” Aku tidak pernah melihat  ada dua orang perempuan yang lebih dermawandari pada ‘Aisyah dan Asma’. Sedang kedermawanan mereka berbeda. Aisyah sering mengumpulkan hartanya. Maka ketuika relah banyak terkumpul, maka ia akan membagikannya kebanyak orang. Sedangkan Asma’, ia tidak pernah menyisakan sedikitpun dari hartanya untuk esok hari”.

Subhanallah … Alhamdulillah … Allahu Akbar !!!

Bagaimana dengan kita ya ukhti ??? Dengan segala sikap konsumtif yang melekat ?. Belanja kerudung, jilbab, gamis dan lain-lainnya yang mengikuti  trend ??? Demi performance semata ???

Ya ukhti … ya ummi … mari kuatkan azam untuk merubah diri

  Nasihat mulia dan ketegaran seorang Ibu

Disebutkan di dalam Siyar A’lam An-Nubala (2/293), Urwah berkata,” Saya dan saudara saya, Abdullah bin az-Zubairpernah menemui ibu kami pada hari kesepuluh sebelum beliau terbunuh.

Abdullah bin az-Zubair berkata,” Bagaimanakah engkau mendapati dirimu ?”.

Asma’ menjawab,” Sakit”.

Abdullah berkata ,” Sesungguhnya didalam kematian ada ketentraman”.

Asma berkata,” Mungkin engkau mengharapkan kematianku, namun janganlah engkau lakukan hal itu”.

Lalu, ia tertawa. Dia berkata lagi,” Demi Alloh, saya belum ingin mati hingga engkau datang kepada Hajjaj bin Yusuf untuk memeranginya. Dan engkau terbunuh dan itu yang aku harapkan. Atau engkau menang hingga menjadi penyejuk mata. Janganlah engkau mundur selangkahpun dan bersepakat dengannya, hanya karena benci kepada mati.

Sesungguhnya jasad ini tidak ada artinya, sebab arwah itu berada disisi Alloh, bertakwalah kepada Alloh dan bersabarlah”.

Sesungguhnya, Abdullah bin az-Zubair berkata demikian kepada sang Ibu karena me khawatir ibunya tak kuasa  bila sesuatu hal buruk terjadi pada dirinya. Namun apa yang terjadi, sang Ibu yang mulia itu malah memberinya  nasihat yang membangkitkan semangat.

Takdir terjadi, Abdullah terbunuh bahkan disalib oleh al-Hajjaj. Selama beberapa saat.

Ketika Ibnu Umar datang kepadanya untuk bertakziyah atas kematian putranya, beliau mendapati Asma’ binti  Abu Bakr berada  disudut masjid. Ibnu Umar menoleh kepadanya dan berkata,” Sesungguhnya jasad ini tidak ada artinya, sebab arwah itu berada disisi Alloh, bertakwalah kepada Alloh dan bersabarlah”.

Asma’ binti Abu Bakr berkata,” Apakah yang menghalangiku untik tidak bertaqwa kepada Alloh dan sabar. Padahal dahulu kepala Nabi Yahya bin Zakaria saja menjadi hadiah bagi para pembangkang Israil.

Subhanallah … ketegaran yang tak terbayangkan.

Setelah jenazah diturunkan, dengan congkaknya Hajjaj berkata kepada Asma’ Bagaimana kamu melihat ku memperlakukan Abdullah ?”.

Asma’ menjawab,” Aku melihatmu telah merusak dunianya dan dia merusak aikhiratmu/ agamamu”.

Betapa agungnya perempuan yang mampu meneguhkan diri  dalam menghadapi berbagai musibah. Hatinya tak pernah merasa lemah dalam menghadapi berbagai cobaan.

Bagaimana dengan kita ???  Semoga Alloh SWT membantu kita untuk tegar dan istiqomah dijalanNya. Aamiiin. ( dbs )


latestnews

View Full Version