View Full Version
Sabtu, 06 Feb 2010

Maya Angela: Makin Dekat Tuhan Saat Kehilangan Segalanya

Penyanyi bertubuh mungil ini bernama Maya Angela, kasetnya meledak tahun 1985an. Ia disanjung-sanjung sebagai artis terkenal. Setelah menikah, nasibnya betul-betul berubah total, kehilangan suami, anak, hingga karirnya pun anjlok. Bagaimana ia menyikapi cobaan yang cukup hebat ini? Berikut penuturannya:

NAMA asliku Rr Maya Suryaningsih, jebolan sebuah akademi pariwisata jurusan perhotelan di Jakarta. Hobiku sedari kecil adalah menyanyi. Karena itu, aku berharap dengan menyanyi bisa menjadi andalanku untuk mencari nafkah. Setidaknya, aku bisa menjadi seorang penyanyi yang professional. Sayangnya saat itu, tidak banyak audisi seperti sekarang ini untuk mencari bakat baru di bidang tertentu. Seperti Modeling, nyanyi, tari, dan bidang presenter.

Sekarang ini banyak televisi swasta yang membuat aneka program untuk mencari talenta baru di berbagai bidang. Terutama bakat menyanyi yang paling banyak diminati. Semisal, Indonesian Idol,  AVI, KDI, dan sebagainya. Sehingga pintu terbuka lebar bagi remaja yang ingin unjuk bakatnya dengan mengikuti audisi tersebut.

Berbeda halnya, zamanku remaja tivi hanya ada satu-satunya yakni TVRI (Televisi Republik Indonesia) . Namun, alhamdulillah, justru lewat tivi milik negeri inilah aku dilirik sang produser masuk dapur rekaman. Padahal ketika itu, akses menuju studio rekaman sangatlah sulit.

Waktu itu, aku iseng-iseng mendaftarkan diri program TVRI dengan judul “Wajah Baru,” yakni sebuah program hiburan yang menampilkan penyanyi yang belum masuk televisi sebelumnya. Tentu untuk masuk ke dalam program ini tidaklah mudah. Banyak saingan dengan penyanyi-penyanyi baru lainnya. Persaingan sangat ketat. Maka dengan berbagai gaya dan fesyen mereka tampilkan. Hingga yang busananya aneh sekali pun.

Namun dibalik kesederhanaanku malah aku terpilih langsung dan mengalahkan pesaing-pesaingku yang harus ngantre dengan pendaftar baru lagi. Subhanallah! Tim audisi benar-benar fair, mereka menyaring para talenta baru dengan melihat kualitas suara. Bukan hal lainnya. Jadi tidak sia-sialah kalau aku selama ini rajin berlatih vokalku ini.

...Rasanya seperti mimpi. Tidak terbayang, betapa bahagianya aku kala itu, semua anggota keluarga, sanak saudara, tetangga hingga temanku akan menyaksikan penampilanku di layar tivi...

Tampil di layer tivi merupakan hal yang luar biasa bagiku ini. Rasanya seperti mimpi. Tidak terbayang, betapa bahagianya aku kala itu, semua anggota keluarga, sanak saudara, tetangga hingga temanku akan menyaksikan penampilanku di layar tivi. Padahal aku tidak pernah bermimpi sebelumnya.

Kebanggaanku kian lengkap. Tatkala seorang produser yang sempat melihat performance ku di layar tivi langsung menawarkanku untuk masuk rekaman. Sepertinya aku berada di atas angin. Begitu banyak Allah SWT memberi kemudahan. Tentu, tawaran emas ini kuterima dengan senang hati.

Masuk Dapur Rekaman

Lalu berlengganglah aku  memasuki “Cipto Record” pimpinan Sucipto DJ. Lewat lagu di album pertamaku yang bersampul “Emansi Perempuan” ciptaan Ariyanto membumbungkan namaku. Alhamdullilah, di perusahaan rekaman ini aku terbilang produktif. Dari tahun 1985 hingga 1990, aku menghasilkan 20 album kaset  termasuk yang single juga duet dengan  penyanyi ngetop ketika itu. Muchlas Adi Putra lewat lagu “Kau Tercipta dari Tulang Rusukku”.

Banyak musisi ternama yang sangat berperan dalam membesarkan namaku. Di antaranya, mendiang A Riyanto yang mengubah namaku menjadi Maya Angela. Alasan beliau, tubuhku yang mungil seperti bidadari kecil. Alhamdulillah, nama ini memberi keberuntungan bagiku. Namaku cepat dikenal masyarakat luas. Aku pun masuk jajaran selebritis papan atas . Sungguh ini diluar impianku semula hanya ingin menjadi penyanyi professional.

Di mana pun, tak hentinya aku mengucap syukur atas kebesaran Ilahi. Atas jalan-Nya aku diberi kelancaran dalam menjalani profesiku sebagai penyanyi. Karirku menanjak pesat. Lagu-lagu yang kutebar semakin cepat dikenal. Namaku sebagai artis semakin dikenal. Tapi ini tidak membuatku sombong. Karena aku bukanlah siapa-siapa. Allah SWT yang memberiku semua ini.  Terima kasih ya Allah!

...Namaku sebagai artis semakin dikenal. Tapi ini tidak membuatku sombong. Karena aku bukanlah siapa-siapa. Allah SWT yang memberiku semua ini.  Terima kasih ya Allah...

Atas kehendak-Nya pula awal tahun 1990an karirku sempat tenggelam tergantikan artis-artis pendatang baru. Namaku redup. Lagi-lagi Allah SWT memberi peluang lain lewat jalan silahturahmi, Saat A. Riyanto , orang yang cukup berjasa dalam hidupku meninggal dunia. Aku pun melayatnya hingga mengikuti prosesi pemakamannnya. Di dalam kesedihanku ini, aku banyak bertemu dengan teman-teman sesama artis juga musisi terkenal. Kami pun melepas kangen satu sama lain.

Pertemuan ini memberikan hikmah, aku ditawari masuk rekaman lagi dan duet artis kenamaan Endang S Taurina lewat lagu-lagu daur ulang. Meski lagu ini baru beredar pada tahun 2003, aku merasa bersyukur tali silahturahmi dengan kawan-kawanku terpaut kembali.

Kehilangan Segalanya

Meski aku memiliki banyak teman pria  termasuk penggemarku, tapi tidak satupun yang klik dengan hatiku. Semua kuanggap sebagai teman biasaku. Belum ada yang special. Hingga tahun 1989, aku berkenalan dengan seorang pria bernama GZ  Entah kenapa, aku begitu menyukainya. Rupanya dia memiliki perasaan yang sama. Hingga akhirnya kami berpacaran. Tak lama kemudian aku pun menikah dengan tour leader sebuah perusahaan travel terkenal di Jakarta pada pertengahan tahun 1989.

Awalnya pernikahan hubungan kami sangat harmonis. Rezeki rumah tangga lumayan mapan. Terlebih saat itu, suamiku melepas pekerjaannya dan membuka usaha konsultan di bidang traveling. Kebahagiaan kami terasa lengkap tatkala kami dianugerahi 2 putra. Dengan nama panggilan Kiki  dan Ancha. Di usia keempat tahun pernikahan hubungan kami mulai tidak harmonis. Merasa sudah tidak adanya kecocokan di antara kami hingga akhirnya kami memutuskan untuk bercerai pada usia perkawinan menginjak 5 tahun. Pengadilan memutuskan aku sebagai ibunya memiliki hak asuh anak.

Untuk mendapatkan hak asuh kedua anakku itu tidaklah mudah. Panjang dan berliku karena suamiku tidak menerima begitu saja keputusan ini Beberapa kali ia mengajukan kasasi. Meski akhirnya, pengadilan menetapkan  aku berhak penuh atas hak asuh mereka.

Rupanya mantan suamiku tetap tidak rela melepas kedua buah hatinya. Satu persatu anakku diambilnya saat aku lengah. Bagai ditelan bumi, sang mantan menghilang bersama kedua anakku yang tampan. Tanpa lelah kucari keberadaan mereka. Aku ingin merebut kembali Kiki dan Ancha. Namun, Allah SWT belum memberiku peluang.

Di tengah kegalauan ini, temanku memperkenalkan pada seorang paranormal wanita. Sebut saja namanya Jeng Dewi (nama samaran, red). Wanita ini begitu bersahaja dan familiar. Dalam waktu teramat singkat, aku pun bisa langsung di dekatnya. Bak berhadapan dengan sahabat, dari mulutku meluncur begitu saja tentang persoalan yang tengah kuhadapi. Pertemuan yang intens membuat kami Semakin dekat. Termasuk dengan suaminya.

...Aku kehilangan orang-orang yang kucintai, lalu disusul dengan kehilangan rumah hasil jerih payahku. Ya, Allah, aku tidak pernah tahu ada apa di balik musibahku yang beruntun ini....

Entah aku terpengaruh oleh hipnotis atau yang lainnya, dengan mudahnya aku menyerahkan surat-surat rumahku kepada Maria dan suaminya sebagai jaminan hutang mereka. Padahal rumah yang berada di lingkungan elit di daerah Bogor ini adalah sebagai hadiah atas penjualan kasetku yang terhitung laris.

Asstagfirullah! Setelah mereka menghilang dari pandanganku aku baru menyadari kena tipu daya mereka. Hingga akhirnya rumah itu menjadi sengketa dan tak bisa kumiliki karena surat-surat dan penipunya juga ikut raib. Menghadapi semua itu tentu saja aku mengalami depresi berat. Aku kehilangan orang-orang yang kucintai, lalu disusul dengan kehilangan rumah hasil jerih payahku. Ya, Allah, aku tidak pernah tahu ada apa di balik musibahku yang beruntun ini.

Berbagi dengan Anak-Anak Yatim

Dalam kondisi stress berat, aku berkenalan dengan sepasang suami istri. Mereka begitu baik. Sepertinya mereka tahu kondisiku yang sedang hancur. Dengan pendekatan, mereka merangkulku agar aku mengikuti pengajian. Ini dimaksudkan agar aku ikhlas menjalani hidup seperti ini. Semuanya sudah merupakan suratan takdir.

Di bawah bimbingan Pak Heri, aku belajar mengaji dari Iqro. Aku tidak malu belajar mengaji dengan cara mengeja. Berkat ketekunanku aku mampu membaca Al-Qur’an. Kemampuanku ini tidak kusia-siakan, aku mengajarkan kembali  kitab suci ini kepada anak-anak yatim di Yayasan Al-Ikhwan pimpinan ibu Tati. Dengan mengajar dan mencurahkan kasih sayangku kepada murid-muridku, kulampiaskan kerinduan dan kasih sayangku kepada kedua anakku yang hilang dari pelukanku.  Semakin dekat dengan anak yatim semakin iba melihat mereka hidup tanpa kasih sayang orang tua yang utuh.

...aku belajar mengaji dari Iqro. Aku tidak malu belajar mengaji dengan cara mengeja. Berkat ketekunanku aku mampu membaca Al-Qur’an. Kemampuanku ini tidak kusia-siakan, aku mengajarkan kembali  kitab suci ini kepada anak-anak yatim ...

Alhamdulillah, aku ditawari pekerjaan sebagai supervisor di sebuah butik di kawasan elit di  Jakarta Selatan.  Aku pun bisa berbagi rezeki dengan anak-anak binaanku. Bersyukur pula, lambat laun aku dipertemukan kembali dengan dua jagoanku. Mereka kini di bawah asuhan kakak iparku. Tali silaturahmi aku dengan Kiki, Ancha, mantan suami, dan keluarga mantan suami membaik. Aku pun tidak menuntut apapun terhadap mereka. Bisa menjalin komunikasi dengan anakku yang kini sudah menjadi mahasiswa dan pelajar SLTA saja sudah merupakan anugerah besar bagiku.

Kami pun kerap berkomunikasi dengan mereka lewat hand phone atau fesbukan. Wah, bangganya aku memiliki dua bujangan ini. Suatu ketika, aku berkesempatan mendapat pekerjaan di Bali selama setahun (2007). Bak disamber petir, ketenangan hidupku tiba-tiba sirna. Jantungku berdegub kencang. Kawan mantan suamiku memberi kabar bahwa GZ dan anak-anaknya telah pindah agama.

Tentu aku tidak percaya sepenuhnya kabar ini. Begitu kukonfirmsiakn kepada orang tuanya mereka mengiyakan. Tapi, mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Padahal orang tua dan GZ terhitung agamis. Mereka pun tidak tahu pasti alasan GZ dan anaknya pindah agama. Duh, Gusti, dosa apa yang membuat cobaan terus menderaku. Yang kusedihkan, kenapa darah dagingku pindah agama.

...Duh, Gusti, dosa apa yang membuat cobaan terus menderaku. Yang kusedihkan, kenapa darah dagingku pindah agama...

Ikhlas tidak ikhlas, mereka sudah memilih agama pilihannya. Menyakitkan memang! Namun aku tidak bisa berbuat banyak. Yang pasti aku ingin lebih menenangkan  diri dengan mendekatkan diri pada Ilahi. Aku aktif di berbagai organisasi pengajian, di antaranya ORBIT.

Kini, aku dengan teman dekatku Miranty Mirtha  membuka usaha salon kecantikan dan spa bernama EMTWO  di Jalan Raya Sawangan Mampang perempatan no 49 Depok. Insya Allah, tahun ini aku akan menjalankan umroh. Di tanah suci aku akan bersimpuh dan berdoa untuk buah hatiku, mantan suami, kedua orang tuaku dan keluarga besarku agar selalu mendapat yang terbaik. Yang tak kan kulewatkan, aku akan minta jodoh yang jauh lebih baik dari sebelumnya.. Amin ya Robabbalamin!!

[Seperti yang dituturkan kepada Herawati Dachlan, reporter voa-islam.com]

Kisah terkait:

  1. Kisah Alia: Pasrah Kehendak Ilahi, Meski Derita Tiada Henti
  2. Maya Angela: Makin Dekat Tuhan Saat Kehilangan Segalanya

latestnews

View Full Version