View Full Version
Kamis, 28 Jun 2012

Ahmad Al Haznawi: Pahlawan Aksi Istisyhadiyah 9/11 yang Hafal AlQur'an

VOA-ISLAM.COM - 11 September 2001 menjadi hari paling kelam bagi berhala Hubal abad ini, Amerika Serikat.  Pukul 08.46 pagi menara utara gedung pusat bisnis World Trade Center (WTC) dihantam pesawat American Airlines Penerbangan 11. Tak seberapa lama pukul 09.03 pagi, menara selatan gedung berlantai 110 tersebut itu pun ikut dihantam pesawat United Airlines Penerbangan 175.

Bukan hanya menara kembar WTC, gedung  segi enam yang menjadi kontrol pusat pertahanan dan keamanan AS Pentagon, di Arlington County, Virginia, rusak parah dihantam American Airlines Penerbangan 77 pada hari yang sama pukul 09.37 pagi.

Qadarullah, pesawat terakhir United Airlines Penerbangan 93 yang rencananya menargetkan sasaran U.S. Capitol atau Gedung Putih, jatuh dekat Shanksville, Pennsylvania pada pukul 10:03 pagi.

Berbagai analisa berkembang tentang peristiwa ini. Ada di antara mereka “penganut mazhab konspirasi“ yang menyatakan jika peristiwa tersebut merupakan rekayasa atau konspirasi AS sendiri. Sebab menurut mereka dengan berbagai teknologi canggih yang digunakan departemen pertahanan, mustahil AS bisa kebobolan dalam serangan tersebut.

Analisa tersebut seolah menggambarkan AS adalah negara super power yang luar biasa tak mungkin bisa dikalahkan, bahkan AS bisa merekayasa dan membuat konspirasi apa pun semaunya. Semua negara takluk di bawahnya dan tak mampu berbuat apa-apa.

Beliau adalah seorang hafizh dan da’i serta mujahid. Dididik dirumah yang beragama dan berakhlak. Ayahnya seorang alim dan ibunya seorang da’iyah. Hatinya terikat dengan jihad...

Melalui  berbagai pernyataan, para mujahidin membuktikan bahwa aksi penuh berkah 9/11 tersebut biidznillah adalah karya besar mereka. Peristiwa 9/11 telah membuka mata dunia bahwa AS dengan segala peralatan canggihnya bukanlah tuhan dan ia bisa dihancurkan.

Ada 19 orang mujahid yang menjadi pionir aksi istisyhad tersebut, diantara mereka adalah Ahmad Ibrahim Al Haznawi. Ia bersama rekannya yang lain telah mendapatkan pelatihan intensif sebelumnya, dari mulai latihan fisik hingga mengemudikan pesawat agar bisa tepat menghantam sasaran.

Media Al Qaidah Al Sahab merilis sebuah wasiat atau seruan dari Ahmad Al Haznawi sebelum ia melaksanakan amaliah istisyhadiyah 11 September 2001.

Dalam video yang telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia disebutkan sekilas tentang sosok Ahmad Al Haznawi. Dimana ia digambarkan bukan sebagai pemuda biasa, ia adalah seorang seorang da’i yang hafal Al Qur’an (Al Hafizh) sekaligus mujahid.

“Beliau adalah Ibnu Jarroh al Ghomidy Ahmad al Haznawy. Dari Tanah Suci dari daerah selatan semenanjung arab, bumi para mujahidin dan syuhada’ dari daerah Ghomid.

Beliau adalah seorang hafizh dan da’i serta mujahid. Dididik dirumah yang beragama dan berakhlak. Ayahnya seorang alim dan ibunya seorang da’iyah. Hatinya terikat dengan jihad, maka ia berhijrah ke bumi Afghanistan untuk beri’dad (mempersiapkan diri).

Dia adalah salah seorang diantara sembilan belas pahlawan yang berhasil melakukan serangan di New York dan Washington pada hari Selasa 11 September 2001 M.

Sungguh cinta jihad dan rindu akan mati syahid telah merasuk ke dalam hati dan sanubarinya. Mengalir bersama putaran darahnya dan mendarah daging dalam tubuhnya.”

Sementara dari sumber lain disebutkan, pria kelahiran 11 Oktober 1980 ini adalah anak dari seorang imam Saudi di Al Baha yang berasal dari suku Ghamid dan dibesarkan di desa Hazna, Arab Saudi.

Ia meninggalkan keluarganya tahun 1999 untuk ikut berjihad di Chechnya, meskipun ayahnya melarang. Ayah dan saudara lelakinya, Abdul Rahman al-Haznawi, menerima kabar terakhir darinya tahun 2000, setelah ia mengajukan keinginan berlatih di Afganistan.

Permusuhan Rusia di Chechnya adalah dengan kerelaannya begitu juga serangan tentara kristen di Indonesia dan golongan Hindu di Kashmir adalah dengan kelicikannya...

Dalam wasiatnya terlihat Ahmad Al Haznawi begitu dalam perhatiannya terhadap kaum muslimin. Ia tak rela melihat saudaranya ditindas di berbagai tempat baik di Chechnya, Kashmir, bahkan di Indonesia.

“Dan musuh utama kita kali ini, adalah berhala Hubal zaman ini (Amerika Serikat, red) yang disembah oleh penguasa-penguasa negara-negara arab dan dia menguasai dunia dengan kesombongan dan keangkuhan. Permusuhan Rusia di Chechnya adalah dengan kerelaannya begitu juga serangan tentara kristen di Indonesia dan golongan Hindu di Kashmir adalah dengan kelicikannya dan keberadaan orang yahudi di bumi Palestina dengan semua apa yang mereka lakukan dan penjajahan masjidil Aqsha tentu dengan persetujuan dan taktik licik yang teratur rapi olehnya, dia jajah seluruh negara, walau tidak harus berwujud tentara tetapi dengan penguasa yang mahu mentaatinya.”

Sejarah mengabadikan bahwa banyak dari kalangan huffazh (orang-orang yang hafal Al Qur’an) yang terbunuh pada perang Yamamah, mengapa demikian? Karena pada saat itu orang-orang yang ahli Al Qur’an dan Ahli Hadits berlomba-lomba untuk mempertahankan laa ilaaha illallah dan mereka berlomba-lomba dalam jihad fii sabiilillaah sebagaimana diajarkan dalam Al Qur'an dan Sunnah.

Ahmad Al Haznawi seolah ingin mengingatkan para huffazh agar tak menghentikan langkahnya cukup sebagai pengajar di ma’had tahfizh atau menjadi imam masjid. Namun mengamalkan isi Al Qur’an yang didalamnya diajarkan jihad fi sabilillah jauh lebih berarti di zaman ini.

Bukankah furqan (pembeda) antara al haq dan batil kian nyata sesudah aksi 9/11? Hanya orang yang buta mata hatinya serta tuli yang tak mendengar ucapan Geroge W. Bush menyikapi aksi 9/11; "this crusade, this war on terrorism, is going to take a while,” ini adalah perang salib, perang melawan terorisme yang akan memakan waktu cukup lama.

Maka sudah sepantasnya jika Syaikh Usamah bin Ladin (rahimahullah) dalam sebuah pidatonya yang ia apresiasikan bagi para pahlawan serangan New York dan Wasington, begitu memuji peran 19 orang pemuda tersebut, diantaranya sang hafizh Ahmad Al Haznawi.

أحمد الحزنوي الغامدي: جسورٌ لا يُرَوَعَ عند هم، و لا يثني عزيمته إتقاءُ، إمامٌ و خطيب، و محرض على القتال

Ahmad Al Haznawi Al Ghoomidiy: Seorang yang gagah berani dan tidak mengenal rasa gentar dan tidak pernah tunduk lantaran rasa takut. Seorang Imam, ahli pidato dan seorang motivator jihad. Wallahu a’lam bisshawab. [Ahmed Widad]


latestnews

View Full Version