View Full Version
Jum'at, 16 Nov 2012

Ahmad Al Ja'bari, Komandan Brigade Izzudin Al Qassam Syahid di Gaza

VOA-ISLAM.COM - Ahmad Said Khalil al-Ja’bari merupakan aktivis politik Palestina yang menjabat sebagai komandan operasi sayap militer elit Hamas, Brigade Izzuddin Al Qassam.

Ja’bari lahir di distrik Shuja'iyya, Kota Gaza, 42 tahun lalu, ia mempelajari sejarah di Universitas Islam Gaza. Di sana, ia aktif dalam kegiatan politik. Ia kemudian bergabung dengan partai sayap kiri Fatah, yang menyerukan perjuangan bersenjata untuk melawan Israel.

Pada tahun 1982, ia ditangkap oleh pihak berwenang Israel dan dipenjara selama 13 tahun.  Selama di penjara, Ahmad al-Ja’bari mengubah strategi perjuangannya dan memutuskan untuk melakukan perjuangan disertai dengan komitmen agama.

Ia bergabung dengan Jamaah Islami. Kelompok Ikhwanul Muslimin yang berada di penjara-penjara Zionis Israel adalah orang-orang yang termasuk dalam kelompok Jamaah Islami.

Setelah bergabung dengan kelompok ini, ia bergaul banyak dengan tokoh-tokoh penting Hamas seperti Syahid Abdul Aziz Rantisi, Syahid Ismail Abu Syanab, Nizar Rayyan, Ibrahim al-Muqadimah dan begitu juga dengan Syahid Shalah Syahhadah, penggagas sayap militer Hamas. Kedekatannya ini yang membuat al-Ja’bari bergabung dengan Brigade Izzuddin Qassam setelah keluar dari penjara.

Al-Ja’bari pada 1995 dibebaskan dari penjara Israel dan dipercayai mengelola Lembaga urusan Tawanan yang berafiliasi ke Hamas. Pada 1997 al-Ja’bari masuk dalam lingkaran pemimpin politik Hamas di Jalur Gaza. Hubungannya dengan Muhammad ad-Dhaif, Saad al-‘Arabid dan Adnan al-Ghaul, para komandan senior Brigade Izzuddin Qassam menjadi semakin kokoh.

Masalah ini membuat pasukan keamanan milik Otorita Palestina pada 1998 menahannya dengan tuduhan memainkan peran sebagai penghubung antara sayap militer dan kepemimpinan politik Hamas.

Al-Ja’bari dibebaskan pada tahun 2000, bersamaan dengan dimulainya Intifada Masjidul Aqsa dan ketika rezim Zionis Israel menyerang pangkalan militer Otorita Palestina di Jalur Gaza. Pada waktu itu, al-Ja’bari semakin dekat dengan Syahid Syahhadah dan Muhammad ad-Dhaif yang memberinya kesempatan bergabung dengan tim operasi militer Brigade Izzuddin Qassam. Bersama dua tokoh ini, al-Ja’bari berhasil mengorganisir sayap militer Hamas ini dengan baik dari sisi finansial dan militer.

Di tahun 2003, militer Zionis Israel meneror Muhammad ad-Dhaif, tapi aksi teror itu tidak berhasil menewaskannya, sekalipun Muhammad ad-Dhaif mengalami luka parah dan akhirnya lumpuh.  Ia lantas tidak mampu melanjutkan tanggung jawabnya memimpin Brigade Izzuddin Qassam.

Peristiwa ini menjadi alasan rekonstruksi Dewan Militer Izzuddin Qassam yang berakhir pada penunjukkan al-Ja’bari sebagai komandan operasi militer Brigade Izzuddin Qassam. Sekalipun demikian, Muhammad ad-Dhaif secara formalitas tetap menjabat sebagai panglima Brigade Izzuddin Qassam selama setahun.

Kemampuan al-Ja’bari dalam memimpin sayap militer Hamas ini dengan cepat berkembang dan dalam waktu singkat kelompok yang waktu itu masih berupa milisi menjadi semi militer dengan lebih dari 10 ribu pasukan yang terbagi dalam tugas dengan tingkatan tertentu.

Setiap tugas dan tingkatan ini dimaksimalkan pada unit-unit khusus. Al-Ja’bari membangun beragam gudang senjata untuk Brigade Izzuddin Qassam, dimana sebagian senjata itu diproduksi sendiri.

Perlahan-lahan al-Ja’bari tampil menjadi masalah terbesar bagi Mossad. Selain menjadi komandan pelbagai operasi militer anti Zionis Israel sebelum rezim ini keluar dari Jalur Gaza pada 2005, al-Ja’bari merupakan orang yang paling bertanggung jawab dalam aksi pembersihan Gaza dari agen-agen Otorita Palestina yang akhirnya memisahkan Jalur Gaza dari Tepi Barat Sungai Jordan pada bulan Juni 2007. Al-Ja’bari juga menjadi perancang operasi penyanderaan Gilad Shalit, tentara Israel.

Ketika militer Zionis Israel menyerang Jalur Gaza, al-Ja’bari berhasil mengorganisir pasukannya dengan aksi-aksi luar biasa mampu menghadapi agresi Israel, bahkan menggagalkan setiap target yang diinginkan para pejabat Israel. Hal inilah yang membuat Mossad begitu bernafsu menghabisi al-Ja’bari.

Militer Israel berkali-kali berusaha menerornya dan yang paling penting ketika Israel menembakkan roket dari helikopter Apache ke rumahnya pada 18 Agustus 2004 yang membuatnya cedera. Dalam serangan itu, anak tertuanya, Muhammad dan saudaranya bersama tiga orang dari keluarganya gugur syahid.

Al-Ja’bari adalah menantu Abdul Aziz Rantisi dan anaknya yang bernama Syahid Muhammad al-Ja’bari merupakan menantu Syahid Shalah Syahhadah

Pada tanggal 14 November 2012, Ja’bari bersama putranya syahid dalam sebuah serangan udara yang dilancarkan oleh Israel di Jalur Gaza. Ribuan rakyat Gaza turun ke jalan untuk mengantarkan jasad Al-Ja’bari untuk dimakamkan. [Widad/dbs]


latestnews

View Full Version