ADA kesan buruk dalam relasi seorang wanita atau istri dengan mertuanya (orangtua suaminya). Banyak wanita meletakkan hubungannya dengan mertuanya dalam relasi yang antagonis. Sering kita menemukan para istri yang menaruh curiga dan prasangka buruk kepada ayah atau ibu mertuanya dalam banyak hal.
Tak heran jika banyak wanita, sebelum memasuki kehidupan rumah tangga, menyusun di dalam benaknya berbagai cara yang mesti ditempuhnya dalam menghadapi ayah dan ibu mertuanya nanti, supaya dia dapat menghindari kelicikan-kelicikan keduanya. Dia akan senantiasa mengawasi setiap kata yang diucapkan ayah atau ibu mertuanya dan mengawasi setiap gerak-gerik yang dilakukannya serta menyusun cerita-cerita dan isu-isu mengenainya.
Sehingga kemudian terjalinlah benang-benang kebencian di antara keduanya, lantas terjadilah pembangkangan dan kedurhakaan terhadap orangtua. Tak ayal, hilanglah keberkahan dan kebaikan dalam berumahtangga. Yang menjadi penyebab kurang harmonisnya hubungan mertua-menantu, menurut Anna Surti Ariani, seorang psikolog keluarga –sebagaimana dikutip dari situs Radio Nederland Wereldomroep— pada saat kita mencintai seseorang, itu tidak satu paket dengan mencintai orang tua dia. Masih menurut Anna Surti, friksi paling sering adalah antara menantu perempuan dan mertua perempuan. Dan friksi itu bertambah kalau sudah menyangkut pendidikan anak atau cucu.
...friksi paling sering adalah antara menantu perempuan dan mertua perempuan. Dan friksi itu bertambah kalau sudah menyangkut pendidikan anak atau cucu...
Tentunya, hal-hal yang tidak diinginkan seperti di atas haruslah dilenyapkan demi kehidupan rumah tangga yang bahagia. Di dalam bukunya, Kaifa Takuni Imra`ah Jamilah wa Mahbubah, Ru’a Yusuf menuliskan beberapa tips bagi seorang istri agar bisa menjalin hubungan harmonis dan komunkasi baik dengan mertuanya, yaitu:
...solidaritas seorang menantu itu harus lebih besar, karena bagaimana pun faktanya, si menantu hidup dalam masa yang berbeda dengan mertuanya...
Dengan demikian, solidaritas seorang menantu itu harus lebih besar. Karena bagaimana pun faktanya, si menantu hidup dalam masa yang berbeda dengan mertuanya, sehingga menyebabkan terjadinya salah persepsi atas perbedaan-perbedaan yang dianggap tidak sopan atau diasumsikan secara negatif. Berinteraksilah dengan mertua sebagaimana berinteraksi dengan orangtua sendiri. Perlakukanlah mertua seperti memperlakukan orangtua sendiri.
Semua yang dilakukan oleh orangtua suami terkadang hanyalah cemburu belaka, karena anak yang sedianya senantiasa selalu memperhatikannya, kini terbagi perhatiannya, bahkan kadang perhatian itu menjadi lebih sedikit terhadap kedua orangtuanya, malah lebih banyak kepada kita, sebagai istrinya. Maka ingatkanlah suami untuk selalu memperhatikan orangtuanya yang sudah membesarkannya. [ganna pryadha/voa-islam.com]