Setiap pasangan suami istri mendambakan kebahagiaan dan kedamaian dalam rumah tangga. Namun sayangnya, hal itu tidaklah selalu menjadi kenyataan yang indah seperti dalam dongeng. Beberapa istri saat ini berada dalam situasi yang sangat menyakitkan. Para suami mereka mewujudkan arogansi nya dalam bentuk kekerasan dalam rumah tangga. Mulai dari suka menjahati istri, suka memukul, menyakiti hati dan menyiksa perasaan istri, termasuk menelantarkan istri/keluarga. Faktor utama pemicu semua itu adalah tentu krisis iman yang akhirnya menyulut konflik yang lebih dalam pada hal-hal yang lain dalam rumah tangga. salah satunya adalah pada masalah ekonomi. Suami merasa putus asa karena tidak imbangnya penghasilan dengan usaha yang telah dikeluarkan untuk mendapatkannya, sedang tuntutan kebutuhan hidup semakin meningkat.
Sayangnya, kesemua masalah diatas tidak di sikapi dengan bijak. "Kecintaan" para suami dalam pengabdian sebagai suami dan ayah diwujudkan dalam bentuk kekerasan.
... Sayangnya masalah yang datang dalam hidup di sikapi dengan bijak oleh para suami pelaku KDRT. "Kecintaan" mereka dalam pengabdian sebagai suami dan ayah diwujudkan dalam bentuk kekerarasan...
Bukankah Allah mengkaruniakan logika dan tenaga yang lebih banyak kepada para laki-laki dari pada perempuan yang mengutamakan perasaan. Namun mengapa masih saja banyak suami yang mengedepankan emosi. Tamparan, cacian, tendangan sampai pukulan menjadi solusi terakhir dan penyelesaian sebuah masalah yang sangat tidak pantas. Dan, lagi-lagi istri dan terutama anak anak yang belum dapat memahami permasalahan ayah ibunya, menjadi korban.
Padahal rasullullah sebagai suri tauladan yang baik, tidak pernah mengajarkan tentang Kekerasan, apalagi dalam rumah tangga. Beliau tidak pernah melakukan kekerasan fisik kepada keluarganya, apalagi berkata keras, membentak, bahkan sampai berwajah tak menyenangkan saja tidak dicontohkan oleh beliau terhadap isteri, anak dan cucu-cucu beliau.
Rasulullah mengecup dan mencium Ibrahim, putra beliau, sebagai bukti betapa lembut perilaku beliau terhadap putranya. Rasulullah menggendong cucunya dalam shalat. Hal ini semakin menguatkan kesimpulan betapa Islam menghendaki kelembutan dalam interaksi antar anggota keluarga. Bukankah Rasul saw bisa saja membiarkan sang cucu tergeletak di bawah dan bermain-main sendiri, sedangkan beliau tengah shalat? Ternyata, justru beliau menggendong sang cucu saat berdiri dalam shalat, dan meletakkan saat beliau sujud.
...Padahal rasullullah sebagai suri tauladan yang baik, tidak pernah mengajarkan tentang Kekerasan, apalagi dalam rumah tangga. Beliau tidak pernah melakukan kekerasan fisik kepada keluarganya, apalagi berkata keras, membentak, bahkan sampai berwajah tak menyenangkan saja tidak dicontohkan oleh beliau terhadap isteri, anak dan cucu-cucu beliau...
Abu Qatadah al Anshary meriwayatkan, bahwa Rasulullah saw menunaikan shalat sambil menggendong Umamah putri Zainab binti Rasulillah saw dengan Abil Ash bin Rabi’ah bin Abdi Syams. Apabila beliau sujud, diletakkanlah Umamah dan apabila beliau berdiri digendongnya (Riwayat Bukhary dan Muslim).
“Beliau adalah manusia biasa”, itu komentar pertama Aisyah ketika ditanya tentang pribadi Rasul saw. Namun begitu Luar biasanya pribadi Rasulullah saw. Demikianlah Kepribadian sang Nabi Allah. Demikianlah sosok manusia pilihan Allah. Rasullullah mengajarkan bahwa Islam adalah tentang rahmat dan kasih sayang, sama sekali Jauh dari tindakan kekerasan.
Jika saat ini anda adalah seorang istri berada dalam posisi sulit dan hidup dalam "naungan" kekerasan dari suami, maka dibutuhkan kesabaran yang sangat amat besar dan keikhlasan yang dalam serta cita cita untuk bisa meluluskan diri, karena kesemua itu adalah cobaan dari Allah untuk meningkatkan kualitas hambanya. Berusaha berbuat semanis mungkin agar suami bisa berubah dan kembali menjadi suami yang baik dan bertanggung jawab, adalah hal yang perlu dicoba, sebagai alternatif pengubah keadaan menjadi lebih baik. Tidak mudah memang, namun semua usaha akan selalu bernilai di hadapan allah sebagai sebuah usaha. dan insyaallah, Allah tidak akan menyia nyiakan keiklasan hambanya yang berusaha.
Walaupun menjadi pihak yang terdholimi, tetaplah tegar dan sabar, tetaplah lakukan introspeksi yang mendalam, karena manusia tidak luput dari dengan kekurangan. Kesadaran untuk mengetahui Sebenarnya apa yang terjadi pada diri kita, adalah sangat baik. Mungkin dengan melakukan hal tersebut, dapat menimbulkan perubahan sifat yang terjadi pada suami kita, tentunya yang akan mengarah para kehidupan yang lebih mendamaikan.
...Jika saat ini anda adalah seorang istri berada dalam posisi sulit dan hidup dalam "naungan" kekerasan dari suami, bersabarlah. Tidak mudah memang, namun semua usaha akan selalu bernilai di hadapan allah sebagai sebuah usaha. dan insyaallah, Allah tidak akan menyia nyiakan keiklasan hambanya yang bersabar....
Dan untuk para suami pelaku kekerasan, istri adalah pendamping anda, menua bersama anda, makhluk yang penuh kelembutan yang dititipkan allah sebagai amanah untuk dijaga, maka berusahalah untuk selalu berlemah lembut dalam memberi nasihat kepada "tulang rusuk" anda tersebut. Luka dalam fisik dapat anda obati dan seiring waktu dapat sembuh seperti semula, namun luka dan trauma dihati para istri istri anda atas apa yang telah anda lakukan, akan susah sekali untuk terhapus. Ingatlah, bahwa sesuatu itu akan tampak sangat berharga saat anda telah kehilangan atau ditinggalkan.
Sekali lagi, bila kita adalah seorang muslim pastilah tahu bahwa Islam adalah agama rahmat dan kasih sayang. Islam tidak pernah mengajarkan tentang Kekerasan, apalagi dalam rumah tangga. Dan, Rasul saw sebagai teladan utama kaum muslimin tak pernah mencontohkan melakukan kekerasan terhadap keluarganya. (syahidah)