Tidak ada manusia yang sempurna. Sebuah kalimat klise, namun sangat mendalam artinya.
Manusia yang menuntut kesempurnaan dari sesuatu hanya akan menemukan bahwa dirinya telah menjadi pribadi yang kurang bersyukur. Begitupun dalam kehidupan suami dan istri sehari hari. Sebuah hubungan yang sempurna tidak berarti selalu baik dan harmonis dan atau mempunyai kesamaan dalam segala hal. Namun kesempurnaan adalah tentang melengkapi dan mengerti satu sama lain. Itulah rahasia Allah azza wa jalla yang tersimpan dengan nama Perbedaan. Suami istri mempunyai latar belakang, pemikiran dan banyak hal lain yang berbeda, namun justru disinilah nikmatnya, perbedaan itu bisa menjadi pelengkap bagi kekurangan satu dengan yang lain.
Perbedaan hanya akan menjadikan konflik yang tidak sehat jika seseorang suami atau istri kekeh menilai pasangannya tidak sejalan dengan keinginan ataupun selera mereka. Tapi bukankah pernikahan adalah tentang "kita" dan bukan " kamu" atau " aku" ?.
Keegoisan dan penilaian dengan harga mati atas kekurangan pasangan kita adalah salah satu sumber yang tidak sehat dalam hubungan keluarga. Bukankah manusia tempatnya salah dan lupa? dan kalausaja mereka tahu dari awal tentang efek buruk dari kesalahan itu, mereka akan sangat menjauhkan diri dari melakukan kesalahan dan atau mengijinkan diri mereka mempunyai kekurangan tersebut? Dari itulah Allah mengajarkan kita tentang indahnya memaafkan.
Dan bukankah suami istri hanyalah sebagai manusia yang hanya dapat menerima tanpa bisa "memesan" karakter, sifat ataupun kekurangan yang diberikan Allah kepada mereka. Cara cantik yang justru diberikan Allah inilah yang bisa dimanfaatkan sebagai ladang amal dan ibadah untuk menciptakan sebuah kesempurnaan, yaitu lewat perpaduan dua perbedaan dari suami dan istri.
Dengan adanya kesadaran dan kerelaan hati memahami itu semua, insyaallah keadaan rumah tangga akan lebih mententramkan, dan insyaallah menjauhkan sebuah hubungan dari konflik yang merusak.
kadang tanpa kita sadari, atas nama ego dan atau pembenaran terhadap ego masing masing, suami atau istri memulai sebuah konflik. Namun bagi mereka yang ingin benar benar membina hubungan yang harmonis, konflik akan "berlangsung" secara sehat tanpa harus saling menyakiti atau malah mendholimi di akhir ceritanya. Jadi, konflik memang tidak selalunya buruk. Hal ini berlaku bagi suami istri yang mau belajar dan ingin mendidik diri untuk lebih mendapatkan keluasan hati. Sebagai hasilnya, mereka akan menjadikan konflik sebagai cara untuk introspeksi dan mengetahui kekurangan masing masing.
Selamat menikmati kekurangan yang ada pada pasangan kita, dan mari menjadikannya sebagai ladang amal ibadah untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah. Semua yang terjadi dan apa yang Allah takdirkan atas kita pasti mengandung sebuah misi untuk menjadikan kita pribadi yang belajar, dewasa, dan belajar untuk dewasa. Walaupun ada banyak kekurangan pasangan kita, insyaallah terkandung lebih banyak kebaikan, dan bahkan bisa jadi kekurangan yang diasah secara lembut dan lebih telaten, lambat laun akan berubah menjadi kelebihan. Semua itu tergantung bagaimana kita menyikapi dan bersyukur atas hal yang bernama kekurangan.
(syahidah)