SEORANG istri mengirim sms bernada pedas pada teman kerja suaminya. Isinya memaki-maki dan menuduh hal-hal keji yang tidak pernah dilakukan oleh perempuan tersebut. Bukan itu saja, si istri tadi juga menelpon teman suaminya di kampus yang kebetulan satu kelompok dalam sebuah mata kuliah. Isi telepon tak beda dengan is sms yaitu bernada menyerang, memaki-maki dan menuduh yang bukan-bukan. Intinya, semua manusia yang berjenis kelamin perempuan dan mempunyai hubungan kerja, kuliah, dan bisnis dengan suaminya pasti pernah terkena semprot si istri yang sangat pencemburu tersebut.
Cemburu tanda sayang. Tapi bagaimana bila cemburu itu berlebihan dan bahkan merugikan? Tentu hal ini tak ingin terjadi dalam kehidupan berumah tangga kita. Cemburu yang buta bahkan membabi buta hanya akan menyakiti diri sendiri, pasangan dan orang lain yang dicemburui. Oleh karena itu, harus ada manajemen cemburu agar rasa ini tetap berada di rel-nya.
....Cemburu tanda sayang. Tapi bila cemburu itu berlebihan bisa merugikan. Oleh karena itu, harus ada manajemen cemburu agar rasa ini tetap berada di rel-nya....
Perempuan kental sekali dengan dominasi emosi yang seringkali di luar nalar dan akal sehat. Tapi perempuan mukminah (yang beriman) tentu beda. Emosi yang secara fitrah ada pada dirinya, mampu dikelola agar berdaya guna dan bukannya malah merusak. Toh, meskipun berjenis kelamin perempuan, Allah juga mengaruniakan akal sebagai penyeimbang dari emosinya yang mudah meledak-ledak. Akal sebagai perempuan mukminah inilah yang berguna sebagai rem apabila emosi dan nafsu sudah meronta ingin meledak.
Berapa banyak kerusakan di muka bumi terjadi akibat hawa nafsu diperturutkan? Berapa banyak rumah tangga berantakan juga karena cemburu membabi-buta tanpa ada alasan dan bukti yang jelas? Dan berapa banyak juga peran sentral perempuan sangat vital dalam mempertahankan atau menghancurkan sebuah mahligai pernikahan yang suci?
Wahai ukhti, kelola cemburumu dengan akal dan imanmu. Jaga lidahmu dari mendamprat perempuan lain yang sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan suamimu kecuali sebatas hubungan kuliah atau kerja dan bisnis semata. Itu pun juga selalu disertai adab yang syar’i agar tidak timbul fitnah di kemudian hari.
Sebelum menuding pihak lain, coba tanya dan diskusikan baik-baik dengan suami. Apakah ada gejala suami berbeda dari biasanya? Tanyakan juga, sebatas apa hubungan suami dengan teman kuliah, kerja, bisnis, dll. Apa pun jawaban suami, seorang istri yang baik pasti akan berusaha mempercayainya. Bila pun masih ada terasa keganjilan pada jawaban suami, tidak perlu langsung marah dan menuduh yang bukan-bukan. Tetap tenang dan cari jalan lain. Cobalah mengenal dengan siapa suami berinteraksi untuk keperluan kuliah, kerja dan bisnisnya. Bila suami tipe jujur, ia pasti tak keberatan istrinya mengenal teman-teman perempuannya.
....Wahai ukhti, kelola cemburumu dengan akal dan imanmu. Kelola cemburumu dengan sehat....
Yakinlah, semua masalah termasuk cemburu ini selalu ada jalan keluar untuk menyikapinya. Komunikasi yang baik dengan pasangan bisa menjadi pencegah sekaligus obat agar tidak terjadi komplikasi masalah lainnya. Muslimah, mulai sekarang kelola cemburumu dengan sehat ya. [riafariana/voa-islam.com]