View Full Version
Kamis, 19 May 2011

Tips Menghindari Kekhawatiran Berlebihan Dalam Mendidik Anak

Sebagai orangtua, Anda tentu ingin si kecil tumbuh jadi anak yang sehat dan cerdas. Anda juga mau si kecil selalu terhindar dari bahaya.

Namun karena terlalu merasa khawatir akan berbagai hal tersebut, Anda jadi terlalu protektif pada anak. Malah ada beberapa orangtua yang kemudian dijuluki sebagai orangtua yang berlebihan.

Seperti apakah orangtua yang berlebihan? Dilansir She Knows, orangtua berlebihan adalah mereka yang berusaha mengajari anak mereka berbagai hal sejak masih ada di dalam kandungan. Orangtua tersebut juga terobsesi memberitahukan si anak berbagai buku dan intelektualitas, bahkan sebelum si kecil bisa merangkak.

Orangtua yang berlebihan sangat terobsesi agar anaknya bisa cepat menguasai sesuatu hal, selalu memastikan semua hal aman untuk anak mereka sehingga si kecil tidak luka. Untuk Anda yang merasa menjadi orangtua seperti itu, jangan terlalu sedih dulu.

Hal di atas memang bisa terjadi tanpa Anda sadari. Sebagai orangtua, Anda hanya berusaha melakukan yang terbaik untuk si kecil.

Tapi Anda perlu sadar kalau si kecil juga harus dibebaskan berkreasi sendiri. Sebagai orangtua, Anda juga perlu belajar rileks dalam menghadapi segala sesuatu.

Berikut ini tipsnya agar tidak menjadi orangtua yang berlebihan:

1. Gantikan Kemarahan dengan Cinta

Saat Anda marah pada si kecil, langsung peluk dia. Daripada Anda mengeluarkan kata-kata kemarahan atau bahkan memukul, cobalah gantikan emosi itu dengan cinta.

Respon itu akan lebih baik untuk Anda dan si kecil. Cara itu juga berarti Anda mengajarkan pada anak untuk menghadapi sesuatu dengan tindakan konkrit, bukan kata-kata yang tidak jelas.

2. Kasih Sayang & Penghargaan

Dalam menjalani hidup sehari-hari bersama anak, camkan hal ini: perlakukan anak dengan kasih sayang dan hargai anak. Memang terkesan sepele ya, tapi terkadang orangtua lupa menghargai anak-anak karena mereka dianggap masih kecil.

3. Jangan Terlalu Berekspektasi Tinggi

Beberapa orangtua berharap anak mereka bisa pintar secara akademis atau menguasai olahraga. Padahal harapan itu belum tentu sama dengan keinginan anak.

Orangtua juga berusaha membentuk anak mereka menjadi tipe orang tertentu, anak yang riang, pekerja keras, rajin, dan sebagainya. Sekali lagi, hal itu belum tentu sesuai dengan sifat anak sebenarnya.

Jangan terlalu berekspektasi tinggi pada anak. Nikmati saja hari-hari Anda dengan si kecil apa adanya.

4. Biarkan Anak Bermain dan Bereksplorasi

Sebagai orangtua, Anda harus berusaha untuk tidak terlalu overprotektif. Izinkan anak menjadi anak, apa adanya. Biarkan mereka berlarian, main sepeda, mengeksplorasi alam, bermain dengan api. Tentu saja, Anda harus mengajari mereka tentang keamanan dan bahaya yang akan dihadapi. Namun Anda tetap harus membiarkan anak berlaku seperti anak-anak.

5. Lebih Banyak Berkata 'Iya' Daripada 'Tidak'

Secara insting, orangtua lebih suka berkata ''tidak' ketimbang 'iya' pada anak mereka. Padahal perkataan 'tidak' itu bisa dianggap anak kalau Anda terlalu mengontrol.

Usahakan jangan terlalu banyak berkata tidak padanya. Berikan anak kebebasan, tapi bukan berarti juga Anda harus selalu mengiyakan kemauannya. Ubah perkataan tidak itu menjadi sesuatu yang lebih positif. Misalnya: "Baiklah, kamu boleh bermain di luar, tapi nanti setelah ibu selesai mencuci piring."

6. Stop Berusaha Mengajari Anak Secara Berlebihan

Orangtua terkadang ingin memberikan anak mereka berbagai pengetahuan. Padahal sebenarnya anak bisa belajar secara natural, tanpa harus disuruh atau dipaksa orangtuanya.

Jangan lagi memaksa anak belajar sesuatu yang sebenarnya ia tidak mau. Dorong mereka untuk bereksplorasi, membaca dan mencari tahu sendiri. Buat anak senang atau antusias pada sesuatu. Saat anak senang pada apa yang dilakukannya, dia bisa belajar.

Sebaliknya, jika Anda memaksanya, anak tetap akan melakukan apa yang Anda minta. Namun saat itu, anak tidak akan belajar banyak, selain memahami kalau Anda adalah orangtua yang suka mengontrol.

7. Berhenti Sejenak & Tempatkan Diri Pada Posisi Anak

Saat Anda marah pada si kecil, coba ambil napas dan berpikir sejenak. Lalu lihat dulu permasalahan itu dari kacamata anak. Anda marah karena ketika itu hanya melihat sesuatu dari perspektif orangtua. Padahal anak bisa jadi punya pikiran berbeda.

8. Rileks

Terakhir, nikmati saja setiap momen Anda bersama si kecil karena mereka tidak lama berada dalam masa itu. Tanpa Anda sadari, si kecil tahu-tahu sudah tumbuh menjadi anak remaja.

Jadi, rileks dan syukuri kebersamaan Anda dengannya dan jadikan setiap momen berarti.

(sydh/dtc)


latestnews

View Full Version