Sebagai orangtua, pastinya hanya ingin memberikan yang terbaik untuk sang buah hati, khususnya soal makanan. Sebab, nutrisi yang sehat sangat penting bagi pertumbuhan anak, baik untuk fisiknya, body image, kecerdasan anak, aktivitas fisik sepanjang hari, maupun performa olahraga.
Lebih dari itu, nutrisi sehat berperan dalam pencegahan penyakit. Dari 100 persen kebutuhan kalori anak, 55 persen di antaranya sebaiknya didapat dari karbohidrat (nasi, roti, mi). Sementara lemak (minyak, mentega) menyumbang 30 persen, dan 15 persen didapat dari protein (daging, telur, susu, kacang).
Menurut Dr dr Saptawati Bardosono Msc, sedini mungkin orangtua sudah harus mulai mengenalkan makanan sehat untuk anak. Di antaranya dengan memilih makanan yang rendah kalori dan rendah lemak. Perlu diketahui, satu gram lemak memberikan kalori dua kali lipat daripada karbohidrat. Minuman manis seperti soft drink atau sirup yang amat digemari anak-anak, sebaiknya mulai Anda batasi.
“Lebih sehat mengonsumsi buah segar, rasa manisnya didapat dari buah langsung,” kata Saptawati.
Selain itu, pilih susu yang tidak mengandung gula tambahan. Badan Kesehatan Dunia WHO sudah merekomendasikan agar asupan gula kurang dari 10 persen. Nah, karena anak masih belum mengenal rasa, kenalkan dia pada beraneka macam rasa, baik dari sayuran maupun buah. Buat makanan yang dipanggang, direbus, atau dikukus, daripada digoreng.
“Mengenalkan makanan sehat penting. Sebagai bayangan status gizi anak usia tiga sampai enam tahun angka kegemukannya sudah mencapai 20 persen di Jakarta untuk tahun ini,” kata Saptawati.
Bukan hanya mengenalkan makanan sehat, mengajarkan cara makan sehat bagi anak juga bermanfaat, yakni makan diatur oleh rasa lapar dan berhenti sebelum kenyang. Orangtua memberi anak makan secara teratur, beri selingan snack dua jam sebelum makanan utama, dan imbangi makanan yang masuk dengan aktivitas fisik.
Ajari anak untuk makan secara perlahan dan mengunyah dengan sempurna. Jangan membiasakan makan di hadapan televisi. Sebaliknya, jadikan waktu makan sebagai momen berkumpul bersama keluarga dan menceritakan keseharian yang dilalui. Dan yang terpenting, jangan sampai anak melewatkan sarapan.
“Waktu tidur kita puasa, gula darah turun, makanya energi harus didapat untuk memulihkan tubuh,” ujar Saptawati.
(sydh/sindo)