Hari ini kau telah menjadi bagian dari keluarga kami. Akupun tak akan menganggapmu sebagai saingan, namun adalah partner yang akan saling meringankan tugas dalam mendukung dan membahagiakan suami kita.
Mungkin bagimu adalah sebuah hal yang basa-basi ketika aku mengungkapkan hal ini. Namun, bahkan aku tak mau memanggilmu maduku, tapi bolehkah aku memanggilmu "adikku" ?. Sekali lagi aku tidak basa basi kepadamu atau malah memendam kebencian atasmu karena berpikir kau telah membuat suamiku harus membagi cintanya. Maka hilangkanlah kekawatiranmu itu, dan sambutlah kedua tanganku ini sebagai saudaramu kini.
Sebagai pendampingnya yang telah sedikit tahu tentang suami kita, aku hanya ingin berbagi sedikit pengalaman tentang apa yang disukai ataupun tak di sukainya. Bukan bermaksud mengguruimu, namun hanya tidak ingin kau bersedih saat timbul kemarahannya, atas sesuatu yang ternyata tidak di sukainya.
Cemburu merupakan kodrat wanita. Pun demikian dengan aku dan kau. Dan seperti yang banyak orang bilang, bahwa mustahil diantara seorang istri dan madunya akan bisa rukun satu sama lain. Mari kita buktikan, bahwa apapun yang kita niati karena Allah pastilah akan digapai dengan ringan.
Memang aku tidak sekuat yang kau kira dalam menyambut kedatanganmu dengan senyum ditengah- tengah keluarga kami. Namun satu hal yang aku yakini, Allah tidaklah sedang mendholimiku, dan justru aku harus merasa berbahagia bahwa satu lagi saudara muslimahku telah terselamatkan kehormatannya, walaupun yang menikahi adalah suamiku sendiri.
Aku mengenal suamiku, suami kita. Beliau tidak akan menikahi aku ataupun kamu hanya berdasar pada kesenangan beliau saja. Namun aku percaya padanya bahwa beliau melakukannya hanyalah karena Allah. Maka dari itu, tidak alasan bagiku untuk marah kepada Allah.
Adikku, aku tidak hanya ingin bermanis mulut saja kepadamu, namun aku benar- benar berharap kepadamu untuk kita bisa sama- sama bekerjasama untuk membahagiakan suami kita, mempermudah amanah beliau dalam menjaga dan mengayomi kita, demi mendapat ridho Allah saja.
Maka dari itu aku mohon, jangan bebani beliau dengan amarah ataupun kecemburuanmu atasku. Karena beliau adalah amanah Allah untuk kita senangkan. Lagi pula apa yang akan kau cemburui dari aku ini. Aku hanyalah hamba Allah yang penuh dengan kekurangan serta di karuniai sedikit kelebihan. Siapa yang dapat menyangka jika ternyata kau lebih mulia dihadapan Allah. Aku tidak lebih baik dari engkau, adikku.
Aku mohon jaga beliau saat disana. Tenangkan dan senangkan dia selama dia bersamamu. kau kini juga adalah pakaian bagi beliau. Mari kita sama- sama menutub aib beliau rapat- rapat, agar juga terjaga kehormatan beliau.
Hari ini aku titipkan pada suami kita sedikit oleh- oleh untukmu, aku olah dengan tangan tanganku sendiri, semoga bisa sedikit menyenangkanmu.
Tolong sampaikan pada beliau, bahwa aku tidak memiliki apapun kecuali kedua tangan ini yang aku pasrahkan kepadanya. Tolong hukum aku karena Allah jika aku salah. Namun aku mohon jangan menyusahkanku ketika aku telah mematuhi keinginan dan amanahku sebagai seorang istri.
Adikku, berbahagialah dan bersyukur pada-Nya atas nikmat suami yang Allah karuniakan kepadamu.Dengannya terjagalah jiwa dan tubuhmu dari melakukan hal-hal yang diharamkan-Nya.Dan kaupun kini menjadi bagian dari keluarga kami. Maka dari itu, mohon maafkan segala kekurangan kami terutama aku jika hal itu tidak berkenan dihatimu, dan semoga Allah memberkahi pernikahan dan keluarga kita. Aamiin
(Syahidah/Voa-Islam.com)