Ketika drama hidup membawa manusia pada keadaan dimana dia harus mencari sebuah jalan keluar, tanpa perlu harus menjadi tersangka dari suatu keburukan situasi saat itu, maka kambing hitam dirasa perlu dihadirkan untuk lebih menyemarakkan suasana. Selain diharapkan bisa menjadi pemain pengganti dari peletak kesalahan, sang kambing hitam juga diharapkan dapat membawahi tugas lain yaitu sebagai yang terendahkan.
Episode selanjutnya, segeralah mulut dari seorang pemfitnah yang sudah terlepas dari iman itu, mengeluarkan segala sampah yang bersumber dari hatinya. Lihatlah gayanya dalam menyakinkan orang lain terhadap sesuatu, menyebar fitnah untuk dinilai benar dihadapan manusia, mengangkat diri dan menggorok kehormatan orang lain, memuaskan diri dengan berlindung dibalik kamuflase predikat malaikatnya.
Saksikanlah, betapa dendamnya telah menutupi logika kebaikan dan pemikiran positifnya, yang ada hanyalah obsesi dan ambisi menjadi pemenang dihadapan manusia. Tiada lain, pengecut adalah nama tengah dari seorang pemfitnah.
Dan...
Tertawakan saja!!
Bahkan manusia seperti itu, sebenarnya tidak bisa lepas dari label pembohong yang disematkan oleh hatinya atas dirinya sendiri.
Berempatilah !!
Bahwa ada seseorang yang sangat perduli terhadapmu, namun menunjukkannya dengan cara yang salah. Bahkan saking salahnya dia tidak tahu bahwa hal itu justru akan merendahkan dirinya dihadapan manusia dan tuhannya
Kasihanilah!!
Bahkan batinnya sendiri sebenarnya sudah terlalu bosan dan lelah meladeni lidah dan peranginya.
Katakanlah!!
Bahwa dia bisa saja lari dan memutar balikkan semua dengan huruf- huruf karangannya, tapi dia bahkan tidak bisa lari dari kebenaran yang di sadari oleh kesadarannya sendiri.
Maafkanlah dan maklumilah!!
Karena sesungguhnya yang dia butuhkan adalah perasaan bahagia, sanjungan dan rasa empati dan keberpihakan.
Doakanlah!!
Semoga Allah mengampuninya...
(Syahidah/Voa-islam.com)