Ketika perpisahan menjadi garis takdir kehidupan, sebagian orang yang mengalaminya menganggap seolah dunianya sudah berakhir. Selanjutnya, hampir lepaslah pula iman dari batinnya. Dendam dan amarah, serta sakitnya disakiti muncul dan bahkan hampir saja menutup mata dan hatinya.
Dan, disayangkan sekali, bagi manusia seperti itu proses melemahkan hatinya sendiri dengan membabi buta, mencoba mengabarkan kepada dunia tentang segala uneg- uneg, penyesalan, dan penghakiman yang tiada lain ditujukan kepada mantan istri atau suaminya, seakan menjadi sebuah kegiatan yang akan sangat menyita waktu hidupnya. Tujuannya hanya satu, simpati manusia dan berharap mereka akan membenarkan atas apapun kebenaran, kesalahan dan kedukaannya.
Tapi....
Sadarilah saudaraku, bahwa pasanganmu dahulu, jugalah hanya manusia yang sama sepertimu. Manusia yang dianugrahi kelebihan dan kekurangan, akal, dan nafsu, yang sekali lagi adalah persis sama seperti dirimu. Kau memang berhak sakit dan marah, karena mungkin kau memang terluka, tapi apa hakmu sampai kau menjadikan dirimu begitu asing dengan dirimu sendiri, karena saking berubahnya dirimu yang menjadi begitu jahat sekarang ini.
Sadarilah saudaraku, bahwa "ocehan"mu, fitnah dan segala upayamu merendahkan mantan pasanganmu, walau hal itu benar ataupun salah, tak lain bukan justru mengangkat harga dirimu dan meletakkanmu pada tempat yang lebih terhormat, namun sebaliknya, hal itu akan menjurumuskanmu pada permainan takdir yang lebih menyedihkan. Kau sangat menyedihkan.
Kreativitasmu dalam mengolah kata, yang kau kira bisa mencemarkan diri dan kehormatannya, nyatanya malah menjadi bumerang yang justru menghilangkan tabungan pahalamu sendiri. Saksikanlah bahwa justru semua itu menjadi sebuah nyanyian surga untuk dirinya. Lihatlah, ternyata sekarang kau lebih sangat menyedihkan. Dan lihatlah bahwa ternyata dia lebih harus berbahagia karena tindakanmu itu. Hal ini Juga menggambarkan, bahwa dia telah jauh melangkah walaupun dengan keadaan seperti apa, sedangkan kau masih hanya meratap. Apakah kau mau kesimpulan dalam hatinya berkata, ternyata memang tepat jika dahulu dia memilih berpisah darimu?. Lihatlah kau ternyata benar- benar sangat menyedihkan.
Siapapun pasti tak menginginkan perpisahan, namun jika hal itu ternyata telah menjadi garis hidupmu, maka satu- satunya cara untuk menyembuhkan lukamu adalah baikkan dirimu. Mengapa begitu? supaya kelak kau mendapat pasangan yang lebih baik dan lebih membaikimu. Baikkan diri dan hatimu dengan banyak belajar dari kekurangan dan kesalahanmu dimasa lalu. Dan baikkan diri mantan pasanganmu dengan menutup kesalahannya, serta memberinya jeda waktu untuk memperbaiki hidupnya sendiri. Bukan malah merepotkan dan menambah beban hidupnya karena ocehanmu tentang aib kalian berdua terdahulu.
Sungguh, kau berdua pernah berbagi kesukaan dan kedukaan, dan sungguh dia pernah berbuat baik kepadamu walaupun mungkin juga banyak menyakitimu. Namun, bukan hakmu untuk menghakimi kebaikan dan keburukannya. Biarkan Allah yang menghandle semua itu, tanpa kau harus kurang ajar dengan merasa lebih tahu. Bukankah PR kehidupan tentang proyek perbaikan dirimu kedepan masih lebih membutuhkan perhatian, dari pada sekedar kamuflase penyelamatan nama baik dengan merendahkan kehormatan saudaramu, mantan pasanganmu dahulu.
Jika kau memang baik dan menilai dirimu seharusnya pantas diperlakukan dengan lebih baik, maka berbuat baiklah. Inilah kesempatan emas yang diberikan Allah kepadamu untuk membuktikan. Berlakulah baik kepada mantan pasanganmu, sehingga mungkin, mungkin akan terbetik penyesalan dalam hatinya, dan akan membalas dirimu dengan kebaikan yang sama.
Allah sang maha Rahman dan mencintai kebaikan. Dan bukankah kau ingin selalu dicintaiNya?. Maka berkariblah dengan kebaikan, karena kebaikan tiada lain bermuara pada surga, kemuliaan dan kedamaian. Dan salah satu cara menjadikan kau lebih baik, adalah juga dengan memaafkan.
Maafkanlah dirimu karena telah begitu lalai dalam memilih pasangan. Maafkanlah dirimu karena telah begitu lemah dalam kontrol hati dan sikapmu sehingga kau harus menyakiti orang lain dan memaksanya berpisah denganmu. Maafkanlah dirimu, karena dengan tangan dan mulutmu sendiri yang mengusahakan dia menjadi bagian dari jalan takdirmu, dan ternyata berakhir seperti ini. Maafkanlah mantan pasanganmu atas segala kekurangan dan kekhilafannya, serta jangan lupa, doakanlah semoga dia dan kau akan lebih berbahagia kelak, walaupun tak lagi harus bersama. Setelah itu, bukankah kau akan terlihat sangat lebih cantik?....
(Syahidah/voa-islam.com)