View Full Version
Senin, 06 Feb 2012

Karierku, Keluargaku

Ketika wanita bekerja, banyak yang akhirnya mengeluhkan keterbatasan pikiran dan fisik mereka dalam mengurus rumah tangga, dan atau sebaliknya. Tidak hanya sampai disana saja, sering kali efek akhirnya adalah permohonan kemakluman mereka atas keterbatas mereka tentang semua itu.

Memanglah, dari kebanyakan pendapat para wanita, jika mereka bekerja tujuannya adalah hanya untuk kebahagiaan anak- anak dan membantu suami, serta teralisasinya pengaktualisasian diri dan ilmu kita kepada masyarakat. Namun apa jadinya jika dengan semua itu, justru ada yang satu terbengkalai dan yang lain lebih di optimalkan?

Karir dan keluarga seharusnya menjadi bagian yang tidak terpisahkan untuk seorang wanita, karena keluarga yang bahagia adalah karir terbaik seorang wanita di dunia dan di akherat. Kalau definisi karir hanya terbatas pada kesuksesan pekerjaan kita di luar rumah, maka untuk apa kita dipanggil sebagai ibu?

...Menjadi seorang ibu yang menjadikan keluarganya bahagia adalah karir terbaik bagi seorang wanita...

Berbahagialah ketika kita tercipta sebagai wanita, yaitu yang menjadi pemulia kehidupan suami dan anak- anak kita. Maka sayang sekali jika semua itu hanya terbatasi kemuliaannya, pada hanya sekedar terhenti dalam nilai uang, dan gengsi atas sebuah jabatan.

Lalu bagaimana jika seorang wanita yang pendidikannya tinggi, tapi lebih memfokuskan dirinya untuk menjadi seorang ibu? Subhanallah, bahkan seorang anak dan para suami akan lebih bangga jika mereka memiliki ibu dan istri yang bergelar pengusaha sukses, tapi masih sempat menyuapi anaknya makan, seorang pengusaha sukses yang lebih memfokuskan diri sebagai seorang ibu. Sudah barang tentu hal ini sangat lebih baik dari pada menjadi seorang pengusaha yang hebat, tapi tidak sempat melihat apa yang disuapkan ke mulut anaknya, karena mungkin menyuapi makan sambil sibuk menerima telepon dan ngobrol dengan partner bisnisnya.

Benar- benar, karir kita yang pertama adalah tentang keluarga. Karena tidak ada keberhasilan tanpa berhasilnya keluarga untuk menjadi bahagia dan damai atas kehadiran kita sebagai seorang ibu dan istri ditengah- tengah mereka.

Ingatlah, bahwa seorang wanita itu adalah seharusnya menjadi pemandangan terindah bagi suaminya, apalagi jika dia dia bersanding dan kemudian mampu mengindahkan dan menjadi penutup kekurangan suaminya. Bukan berarti dengan ini semua beban jadi tertumpu pada diri wanita, tetapi menjadikan wanita itu lebih kuat dari berbagai kelemahan yang melekat pada dirinya. 

Sebuah Alat, akan berfungsi dengan baik, jika digunakan dengan tepat oleh penggunanya. Seperti halnya sebuah pekerjaan, dimana dia akan memuliakan, jika kita tahu bagaimana cara tepat memperlakukannya.  

Biarkan para suami berpikir, bahwa kita juga adalah hadiah bagi mereka, karena kemantaban hati kita dalam mengurus rumah tangga, dan kecerdasan kita dalam bekerja, yang tidak lain pada akhirnya adalah untuk memuliakan hidup mereka. Dan dengan semua itu, tanpa harus menanyai dan mereka- reka apakah mereka masih akan menyayangi kita, maka para suami justru akan lebih tahu cara terbaik untuk memuliakan kita.

(Syahidah/voa-islam.com)


latestnews

View Full Version