Menjadi ibu, bukanlah hal yang sederhana namun sungguh sangat mulia. Ibu seringkali dipilih untuk menjadi itu tempat sandaran dan penerima curahan hati anak- anaknya, termasuk suaminya.
Siapapun tak bisa memungkiri bahwa pada kenyataannya ibulah juga yang mengambil jatah yang besar dalam pembentukan dan perbaikan pribadi sebuah generasi serta keberlangsungan kebahagiaan dalam sebuah rumah tangga.
Robert Blum, MD, PhD, Seorang peneliti, dan direktur Pusat Kesehatan dan Perkembangan Remaja University of Minnesota seperti dilansir WebMD, menjelaskan bahwa, anak- anak remaja laki-laki yang merasa dekat dengan ibu mereka serta menganggapnya sebagai sosok yang hangat dan peduli lebih mungkin menunda berhubungan seks. Dan remaja perempuan yang ibunya sering berbicara dengan orangtua teman-temannya lebih kecil kemungkinannya melakukan hubungan seks di usia dini.
Itu baru salah satu contoh tentang begitu besarnya peran ibu dijaman modern ini sebagai "penjaga gawang" masa muda anak- anak mereka.
Sejarah juga telah mengukir kisah tentang peran para ibu sebagai penulis dari masa keemasan tokoh- tokoh besar dunia.
Tersebutlah Khansa Tamadhir binti Amr, seorang ibu yang mengumpulkan keempat putranya untuk memberikan pengarahan kepada mereka dan mengobarkan semangat kepada mereka untuk berperang dan agar mereka tidak lari dari peperangan serta agar mereka mengharapkan syahid di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Dan ketika berita tentang kematian anak-anaknya sampai kepadanya, wanita beriman ini sama sekali tidak bersedih hati apalagi meratap. Bahkan kalimat beliau dalam menanggapi semua itu, telah dicatat oleh masa,
"Segala puji bagi Allah yang telah memuliakanku dengan kesyahidan mereka. Aku berharap pahala dari Rabb-ku semoga Ia mengumpulkanku bersama mereka di tempat yang penuh kasih sayang-Nya (surga)".
Bahkan Umar bin Khathab pun mengakui keutamaan Khansa' sebagai ibu dari para syuhada.
Sungguh, peran seorang ibu sangatlah luar biasa dibalik kelemahan dan keterbatasannya sebagai seorang wanita.
Dan dijaman modern ini, dimana tuntutan dalam segala hal terasa semakin mendesak, bahkan tak jarang hal ini tidak memberi jeda para ibu untuk sekedar memikirkan keadaan dan pengutamaan diri mereka sendiri.
Sebagai contoh, hanya untuk sekedar tentang badan sendiripun para ibu banyak yang harus mengucapkan selamat tinggal kepada lingkar pinggang, salon dan atau jalan- jalan. Dan lagi- lagi, kebutuhan dan kebahagiaan keluarga adalah selalu menjadi proritas nomor satu untuk dilakukan.
Namun hal itu bukanlah hal yang menyedihkan, tapi justru pelajaran hidup yang sangat berharga. Menjadi ibu memanglah penuh dengan konsekuensi, serta tanggung jawab.
Maka dari itu, sudah selayaknya seorang wanita mengedepankan keikhlasan dalam menjalani semua itu. Karena percayalah, dalam beratnya pelaksanaan sebuah kewajiban yang besar, akan ada imbalan yang tidak kecil, dari sang Maha menciptakan.
Jadi, memanglah benar adanya bila ada kalimat yang mengatakan bahwa "Jika ada surga di dunia, maka itu adalah memiliki seorang ibu yang penyayang, serta sangat pengertian dan telaten merawat keluarganya. Tetapi jika ada neraka di dunia itulah gambaran dari memiliki seorang ibu yang berakhlak buruk kejam dan acuh dan tidak tangguh dalam membawa keluarganya menjadi lebih baik."
Wahai Para ibu, menjadi tangguhlah dalam keluarga, maka kau akan ternilai oleh Allah sebagai wanita yang mulia. Insyaallah...