Cairo (voa-islam.com) Pemimpin Ikhwanul Muslimin Mohamad al-Beltagy menulis surat kepada putrinya Asmaa yang tewas oleh penembak jitu di Rabaa al-Adawiya Square, Rabu, 21/8/2013
Surat dipublis di akun al Beltagy mengungkapkan perasaannya kepada putrinya sebagai berikut:
"Putriku terkasih dan guru yang tak ternilai ...
Ayahmu tidak mengucapkan kata perpisahan untukmu, sebaliknya ayahmu mengatakan "besok" akan bertemu. Engkau dengan teguh hati berjalan menantang kekejaman. Menghadapi segala kesulitan dan rintangan, dan menolak semua hambatan, karena cinta kebebasan. Engkau sedang mencari cakrawala baru secara diam-diam, dan dalam rangka untuk menghidupkan serta membangun kembali umat. Sehingga dapat mengambil tempat yang layak dalam perjalanan peradaban. Engkau tetap sibuk bersama dengan teman-teman dalam perjuangan. Engkau belajar dan mencari pengetahuan, tanpa mengengal lelah, meskipun engkau selalu yang terbaik di sekolah.
Dalam waktu hidup yang pendek ini, ayahmu tidak memiliki cukup waktu untuk berbicara denganmu. Ayahmu tidak punya cukup waktu bisa berbahagia dan menikmati hidup. Ketika kami akhirnya berkumpul di Rabaa al-Adawiya, engkau mendiskusikan bahwa "Engkau berada jauh dari kita, dan bahkan ketika kita bersama-sama." Ayahmu katakan bahwa "hidup ini tidak selama kita bisa memiliki cukup waktu satu sama lain, ayahmu berdoa kepada Allah, semoga menganugerahkan kita dengan obrolan ini di Surga nanti, sehingga kita dapat memiliki cukup waktu satu sama lain".
Ayahmu melihat engkau memakai gaun pengantin dalam mimpi dua hari sebelum engkau mati syahid. Peristiwa ini belum pernah terjadi sebelumnya, dan begitu indah. Ketika engkau duduk di sampingku,dan ayahmu bertanya "Apakah pernikahanmu malam ini?" "Pernikahanku tidak di malam hari, tetapi akan berlangsung di siang hari," ucapmu. Ayahmu mengerti apa yang telah engkau katakan sekarang. Sekarang menjadi kenyataan, ketika ayahmu mendengar bahwa engkau telah syahid pada Rabu siang. Ayahmu berdoa kepada Allah Azza Wa Jalla untuk menerimamu sebagai syuhada. Kesyahidanmu memperkuat keyakinan kita bahwa kita berada di jalan yang benar dan musuh kita berada dalam kehampaan dan tidak berguna.
Ayahmu sangat menyesal bahwa ayahmu tidak bisa bersamamu pada perpisahan terakhir. Ayahmu tidak bisa melihatmu dan mencium dahimu terakhir kalinya dan mendapat kehormatan melakukan doa dipemakaman untukmu anakku. Hal yang membuat ayahmu tidak bisa melakukan, bukan takut mati atau penjara, melainkan untuk mempertahankan cita-cita perjuangan yang menyebabkan engaku mati.
Peluru kejam menembakmu di dada saat engkau menolak kekejaman. Tekad yang besar dan jiwa yang besar engkau miliki. Ayahmu percaya bahwa engkau setia pada janjimu kepada Allah dan Dia setia kepada janji-Nya kepadamu. Itulah mengapa Allah berikan kepadamu keksyahidan.
Terakhir Putri terkasih dan guru tak ternilai ...
Ayahmu tidak mengucapkan kata perpisahan untukmu, sebaliknya ayahmu katakan besok ... Pertemuan kami akan berada di tepi kolam renang di Surga Kausar dengan Nabi Shallahu alaihi wassalam, dan para sahabatnya, dalam posisi terhormat dekat dengan kekuasaan dan syariat Allah, ketika pertemuan kita memiliki harapan dan cukup waktu untuk satu sama lain selamanya". ratna m/wb