View Full Version
Jum'at, 13 Sep 2013

Perlombaan Kontes Kecantikan adalah Budaya Primitif Dungu

VOA-ISLAM.COM - Final Miss World akan digelar di Indonesia, 28 September  2013 mendatang. Hal tersebut banyak menimbulkan kontroversi dari berbagai pihak.  Negara yang dikenal dengan mayoritas muslimnya akan menjadi tuan rumah dalam kontes kecantikan tersebut.

Konon, Ajang tersebut memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai makna ‘kecantikan seorang wanita sesungguhnya’ dan memberi ruang yang lebar bagi para wanita di Dunia untuk menunjukkan jati diri seorang wanita di zaman kebebasan tersebut.

Banyak pro dan kontra mewarnai pesta pemilihan ratu kecantikan di Indonesia, dengan bukti  bahwa penyambutan ajang Miss World tersebut disambut dengan demo besar-besaran serta kecaman untuk mengikuti ajang pencarian ratu kecantikan tersebut.

Beragam agenda dibuat untuk mempertontonkan berbagai macam busana terbuka. Setidaknya 130 kontestan Miss World mendarat di Bali untuk berpartisipasi dalam kontes kecantikan,Miss World 2013.

Penyeleksian kontestan Miss World pun tak kalah serius dengan pemilihan presiden. Mereka harus melewati berbagai macam pertanyaan dan tindakan yang akan dilakukan hingga pada saatnya nanti mereka menyandang predikat ‘Miss World’ wanita yang paling sempurna di dunia.

Cantik dalam Sistem Kapitalisme dan Jahiliyah

Kenyataan menunjukkan bahwa pandangan yang dominan di tengah-tengah masyarakat dunia saat ini tentang apa yang dimaksud dengan ‘wanita cantik’ adalah pandangan yang bersumber dari masyarakat kapitalis barat. Menurut mereka adalah perempuan yang tinggi, ramping, dan berkulit putih, berpenampilan seksi ala perempuan barat.

Tak segan-segan mereka memberikan macam model busana mana yang pantas untuk dijadikan mode masa kini. Mereka mencontohkan etika busana bugil dihadapan khalayak umum dan memberikan edukasi yang buruk juga pada pergaulan antar sesama.

Selain itu mereka juga memberi citra baik bahwa perempuan barat itu patut dijadikan tauladan yang dapat menggambarkan jati diri yang semestinya dijadikan patokan oleh kaum perempuan.

Barometer kecantikan yang mereka propagandakan selalu mengaitkan dengan paras, kesuksesan, kepercayaan diri, serta penghargaan dan penghormatan dari masyarakat, padahal dalam Islam ini termasuk riya.

Sedangkan, di sisi lain persepsi kecantikan juga berbeda menurut masing-masing negara, kita simak:

  1. Jepang: Kulit adalah kunci kecantikan. Wanita di Jepang mempunyai rambut lurus, kulit lembut & cantik tanpa bekas, terutama di wajah mereka.
  2. Di Burma dan Thailand, dikatakan ‘cantik’ jika memakai gelang berbentuk melingkar disekitar leher layaknya jerpah ditambah dengan gelang yang bersinar terang.
  3. India, Wanita di India identik dengan rambut panjang nan indah
  4. Iran: Kecantikan yaitu memiliki hidung mancung yang mungil.
  5. Brazil: ‘cantik’ itu wanita yang mempunyai tubuh yang langsing.
  6. Indonesia: Rahasia Kecantikan di Indonesia adalah langsing.
  7. Paris, cantik adalah langsing, anggun, cantik, dan berkelas.
  8. Ethiopia, cantik itu adalah memiliki bekas luka cakar. Luka bekas di Ethiopia bukanlah luka yang tidak disengaja, justru mereka sengaja membuatnya sendiri dengan cara menyayat perut mereka. Mereka berpendapat bahwa luka tersebut dapat memuaskan lelaki, dan semakin banyak luka, maka semakin cantik.

Itulah sederet kriteria kecantikan yang diagung-agungkan pada zaman jahiliyah modern sekarang ini.

Dalam persepektif kapitalisme perempuan menjadi produk industri dan sekaligus menjadi objek komoditas yang dipertontonkan hingga menghasilkan banyak keuntungan materi.

Padahal, sejatinya perempuan sebagai seorang manusia yang dengan segala kekhasan penciptaan atas dirinya secara artifisial tidak patut dijadikan objek ajang kompetisi.

Sebab dampaknya banyak dari kalangan mereka yang mengorbankan segala cara untuk mendapatkan ‘predikat wanita cantik’ ala barat dengan salah satunya melakukan operasi plastik, termasuk mengkonsumsi obat plangsing yang menyalahi medis demi mendapatkan predikat tersebut.  

Bagaimana ‘Cantik’ dalam Sudut Pandang Islam?

Cantik menurut sudut pandang Islam bukan dinilai menurut akal pikiran dan hawa nafsunya sebagai penentu kecantikan. Berbeda halnya dengan mereka yang menuntut kecantikan dari segi fisik.

Seorang muslimah khususnya, sepatutnya mengembalikan semua permasalahan kepada al-Qur’an dan as-Sunnah dan bukan hawa nafsu menjadi standar dalam menentukan bagaimana mereka melihat kecantikan yang sesungguhnya.

Islam tidak menentukan konsep mengenai kriteria ‘wanita cantik’ seperti pandangan kaum jahiliyah, apalagi menganjurkan bagaimana penampilan seorang wanita agar tampak kecantikannya.

Dalam Islam, kriteria seseorang sama sekali tak dinilai dari parasnya, namun dari sisi ketakwaannya.

firman Allah Ta’ala,

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al Hujurat: 13).

Oleh karena itu, dalam Islam tidak terdapat harapan-harapan yang tidak wajar mesti diraih oleh wanita seperti layaknya ajang ‘Miss World’ tersebut. Cukup, wanita shalihah yang pandai menjaga dirinya dan ia hanya menunjukkan kecantikannya kepada sang suami.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ

"Sesungguhnya dunia itu adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah." (HR. Muslim).

Dalam hadits yang lain Rasulullah bersabda:

أَلاَ أُخْبِرُكَ بِخَيْرِ مَا يَكْنِزُ الْمَرْءُ ، الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ إِذَا نَظَرَ إِلَيْهَا سَرَّتْهُ ، وَإِذَا أَمَرَهَا أَطَاعَتْهُ ، وَإِذَا غَابَ عَنْهَا حَفِظَتْهُ

"Maukah aku beritakan kepadamu tentang sebaik-baik perbendaharaan seorang lelaki, yaitu istri shalihah yang bila dipandang akan menyenangkannya, bila diperintah akan mentaatinya, dan bila ia pergi si istri ini akan menjaga dirinya." (HR. Abu Dawud).

Di sisi lain, Islam tetap membahas konsep tentang bagaimana konsep seorang muslimah harus berpenampilan pada berbagai kesempatan, dan kepada siapa saja ia dapat sepenuhnya menunjukkan kecantikkannya.

Allah Ta’ala berfirman:

وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ آَبَائِهِنَّ أَوْ آَبَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ أَبْنَائِهِنَّ أَوْ أَبْنَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي أَخَوَاتِهِنَّ أَوْ نِسَائِهِنَّ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُنَّ أَوِ التَّابِعِينَ غَيْرِ أُولِي الْإِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ أَوِ الطِّفْلِ الَّذِينَ لَمْ يَظْهَرُوا عَلَى عَوْرَاتِ النِّسَاءِ وَلَا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِنْ زِينَتِهِنَّ وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (Q.S. An-Nur: 31).

وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى وَأَقِمْنَ الصَّلَاةَ وَآَتِينَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا

Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu  dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. (Q.S. Al-Ahzab: 33).

Melalui kutipan ayat Al-Qur’an di atas, dijelaskan bahwa Islam membimbing seorang muslimah dalam berpakaian yang layak dipakai. Baik untuk didalam maupun diluar lingkungannya. Apabila ia keluar rumah dan memasuki kehidupan umum(ruang publik), penampilan atau pakaian yang diwajibkan baginya adalah khimar, yakni penutup kepala yang menutup seluruh bagian kepala, leher, dan bagian bahu seputar dada; serta jilbab, yaitu kain panjang yang menutup pakaian kesehariannya dan diulurkan sampai ke bagian bawah.

Bertabarruj, yakni berhias dengan menampakkan perhiasaan dan kemolekan tubuh di depan umum justru menurut Al-Qur’an merupakan budaya jahiliyah alias budaya primitif yang dungu.

Demikian pulan sistem kapitalisme saat ini, tidak memiliki pedoman baku untuk pantas diikuti. Berbusana sesuka hati yang banyak melanggar norma Agama dan norma kesopanan serta senantiasa berubah mengikuti trend hawa nafsu manusia.

Maka para muslimah harusnya bersyukur, karena Islam sungguh dien yang sempurna, yang justru memberi jawaban dari kebodohan dan kebingungan mereka sebagaimana dipaparkan diatas. [Widad/Miftahul Jannah]


latestnews

View Full Version