Cairo (voa-islam.com) Mereka tidak hanya memikirkan kepentingan pribadinya belaka. Mereka tidak memikirkan rupa dan penampilannya.Semua tidak penting. Mereka adalah generasi yang benar-benar mencintai "din" nya dengan total. Karena itu, mereka memiliki kesanggupan secara total, menghadapi penderitaan, dan kematian sekalipun.
Di Cairo, sekarang lahir "Asma-Asma" baru yang sangat peduli dengan nasib Islam, bangsanya, dan negaranya. Kesadaran kolektif dikalangan Muslimah di Cairo itu, menyusul terjadinya pembantaian ribuan para pendukung Presiden Mohammad Mursi, di Rabaa al-Adawiyah, Nahda, dan Fath.
Betapa, Asma yang masih sangat remaja, 17 tahun, harus tewas di tangan sniper yang membidiknya. Asma tewas. Asma adalah putri dari Dr.Mohamad Beltaqi, Sekjen Jamaah Ikhwanul Muslimin, dan sekarang berada di penjara bersama dengan tokoh-tokoh Ikhwan lainnya.
Kematian Asma itu, membuat ayahnya menuliskan sebuah puisi, dan membuat Perdana Menteri Turki Erdogan, menitikan air matanya. Betapa Beltaqi yang menjadi pemimpin Jamaah itu, sedikit sekali memiliki waktu bertemu dengan putrinya, tiba-tiba mendengar putrinya tewas, di Rabaa al-Adawiyah, dan ketika jenazahnya dikuburkan, dia tak sempat mengiringinya.
Sekarang kematian Asma itu, membuat bara api di kampus-kampus di Cairo, dan terus melawan penindasan rezim militer yang terkutuk, yang melakukan pembantaian secara keji terhadap ribuan Muslim Mesir.
Sekarang setiap hari di Universitas Al-Azhar berlangsung aksi protes di depan Fakultss Teknik di Kota Nasr, pada hari Minggu. Para mahasiswi membentangkan spanduk mengecam tentara, ulama tertinggi Al-Azhar, Ahmad Al Tayeb, dan Dekan Fakultas Studi Islam. Keduanya menjadi kaki tangan militer, dan ikut melakukan penindasan terhadap mahasiswa di al-Azhar.
Para mahasiswi mengatakan mereka akan mengadakan sidang disipliner yang mendesak fihak kampus memeriksa Dr Mohja Ghalib, yang membantu pasukan keamanan menangkap mahasiswi dan memerintahkan empat orang lain untuk dewan disiplin untuk menunjukkan kejahatan mereka. Para mahasiswi mengacungkan empat jari sebagau simbol Rabia Al Adawiya selama protes mereka.
Para Muslimah di Cairo tidak sudah terlalu memikirkan dirinya lagi. Apalagi, berdandan, atau bersolek diri. Mereka setiap hari terus melakukan protes terhadap kejahatan militer Mesir yang membunuhi orang-orang yang tidak berdosa. Mereka tak mengenal lagi arti takut, dan mereka berkorban dengan segalanya, termasuk mengorbankan jiwa mereka.
Generasi "Asma" yang baru telah lahir di seantero kampus di Cairo, dan ini membuat gerakan menentang rezim militer di Mesir, semakin bergerak mengikuti jalan sejarah. Mereka ingin menciptakan sejarah baru bagi kehidupan bangsa Mesir. Mereka tidak membiarkan kezaliman berlangsung selama-lamanya. af/hh