JAKARTA (voa-islam.com) - Setelah geger kasus pedofelia di Jakarta International School April lalu, ibarat gunung es meleleh, berbagai kasus pedofelia terbongkar di banyak tempat. Kasus Emon di Sukabumi, sementara di Cianjur, pelaku paedofilia melibatkan seorang oknum guru SD di Yayasan Al-Azhar. Pelaku berinisial AS diduga melecehkan seksual belasan muridnya. Pelaku sudah ditetapkan tersangka dan ditahan oleh Polres Cianjur.
Kasus terbaru, Kepolisian Resor Tegal menggeledah rumah Sama'i (43), tersangka kejahatan seksual terhadap ratusan remaja, di Desa Lebaksiu Lor, Lebaksiu, Tegal, Jawa Tengah, Selasa (13/5/2014). Semua korban dari tersangka Sama'i yang usianya rata-rata 12-15 tahun tidak disodomi, melainkan disuruh oral seks.
Anehnya, ada stasiun televisi yang kemudian berulang-ulang menayangkan kasus pedofelia guru Al-Azhar Cianjur, dan bahkan mengkait-kaitkan, dan memberikan gambaran seolah-olah pesantren menjadi sarang pedofelia, yang akhirnya memberikan stigma negatif terhadap agama Islam. Sementara kasus awalnya sendiri, pedofelia yang terjadi pada sekolah bertaraf internasional JIS (Jakarta Internatiomnal School) justru semakin menghilang dan tak terdengar lagi beritanya.
Media-media sekuler memang selama ini membully Islam sedemikian rupa. Ketika umat Islam, bersama ormas-ormas Islam menuntut pembubaran Ahmadiyah di Indonesia, media sekuler malah membela Ahmadiyah dengan dalih hak-hak azasi manusia, pembelaan terhadap kaum minoritas, dan lain sebagainya.
Kasus bentrokan massa umat Islam dengan AKKBB (Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan) di Monas, 1 Juni 2008. Beberapa stasiun televisi menyiarkan berulang-ulang insiden Monas itu dengan penggambaran seolah-olah umat Islam menyerang membabi buta terhadap kelompok sekuler AKKBB tersebut.
Demikian juga terhadap beberapa kasus bentrokan Islam-Kristen yang terjadi di Ciketing Bekasi, Gereja Yasmin di Bogor, dan beberapa kasus gereja lainnya, nampak sekali keberpihakan media-media sekuler yang anti terhadap kepentingan dan aspirasi Islam.
Kembali ke kasus pedofelia yang kini tengah marak di Indonesia, kalau ditelusuri sebenarnya kasus pedofelia itu justru banyak menimpa para pendeta-pendeta. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pernah meminta secara khusus kepada Vatican agar memberikan laporan secara terbuka terhadap praktek-praktek pedofelia di kalangan gereja, yang selama ini selalu disembunyikan.
Namun karena tekanan yang snagat kuat, akhirnya Paus Fransiskus pada April lalu meminta maaf atas kesesatan pelecehan seksual terhadap anak-anak yang dilakukan oleh sejumlah pastor.
Seperti dikutip oleh Radio Vatikan, ia menggambarkan perbuatan ini sebagai "kerusakan moral yang dilakukan oleh anggota Gereja", dan mengatakan bahwa "sanksi" akan dijatuhkan. Pernyataan Paus ini dianggap sebagai yang terkeras sejauh ini terkait isu pelecehan seksual.
Paus Fransiskus selama ini membela Gereja Katolik Roma dalam upaya menangani kasus ini, menyusul kritik yang disampaikan PBB. Tahun lalu Paus membentuk komite untuk membantu korban pelecehan seksual tetapi sebagian Katolik menganggapnya terlalu lambat untuk mengakui parahnya kerusakan moral dan mental yang diakibatkan pastor yang paedofil.
Paus Fransiskus mengatakan ia merasa wajib "meminta maaf secara pribadi atas kerusakan yang telah dilakukan para pastor". Dalam sebuah wawancara, Paus Fransiskus membela Gereja Katolik dengan mengatakan,"Tidak ada seorang pun yang melakukan lebih (untuk menangani pelecehan seksual). Tetapi Gereja menjadi satu-satunya yang diserang."
Pernyataan itu keluar menyusul laporan PBB yang menuduh Vatikan lebih mengutamakan untuk "mempertahankan reputasi Gereja dan para pelaku pelecehan dibandingkan perlindungan terhadap para korban".
Situs Wikipedia memuat kejahatan pedofelia yang melibatkan kalangan pastur dan gereja di banyak negara di dunia :
Austria
Belanda
Pada bulan Maret2010, lebih dari 300 korban pelecehan seksual melapor dalam beberapa pekan ini setelah media melaporkan tiga pastor dari Ordo Salesian melakukan pelecehan seksual beberapa dasawarsa lalu di sebuah pondokan Katolik di sana.
Britania Raya
Irlandia
Jerman
Amerika Utara
Amerika Serikat
Kanada
Amerika Selatan
Meksiko
Oseania
Australia