Sahabat Keluarga Voa Islam,
Seperti biasa, Bu Ratih mengantarkan anaknya berangkat sekolah. Setelah si kecil salim dan mencium tangan ibunya, ada ciuman di kening dan pipi yang menyertai. Tapi kali ini berbeda. Si kecil menjauhkan wajahnya dari jangkauan ketika Bu Ratih ingin mengecupnya. Bukan itu saja, dia langsung lari menyusul teman-temannya masuk ke dalam kelas.
Bunda, pernahkah kita mengalami kejadian seperti di atas? Mungkin ada sebagian dari kita yang pernah mengalami yaitu ketika si kecil tak lagi mau dicium oleh ibunya sendiri. Tapi ada juga anak yang merasa nyaman dan baik-baik saja dicium oleh ibunya di depan teman-temannya. Biasanya ini terjadi pada anak perempuan. Anak laki-laki sudah mulai merasa malu ketika ibu menciumnya di depan umum. Dia merasa sudah besar.
Tentu ada rasa sedih dan kehilangan di hati kita sebagai ibunya kan? Rasanya ada yang salah ketika kebiasaan yang sebelumnya sudah tertanam bertahun-tahun tiba-tiba ditolak oleh anak. Si kecil yang dulu mudah kita rengkuh dan cium, sekarang mulai memasang jarak dan menolak untuk dikecup. Jangan panik dulu Bunda, mari kita cari solusinya ya.
Komunikasi, ini adalah kunci penting dalam setiap hubungan termasuk antara ibu dan anak. Sesampai di rumah, ketika suasana hati anak sedang enak, cobalah membuka pintu komunikasi tentang sikapnya di sekolah tadi. Coba gali alasan anak mengapa ia tak lagi mau dicium atau mencium ibunya di depan umum. Bisa saja karena ia merasa dirinya sudah besar dan malu bila dicium kelihatan banyak orang. Atau mungkin karena anak yang lain ternyata tidak pernah ada yang melakukan hal serupa itu, jadi dia malu. Atau bisa jadi, ia diolok-olok temannya dengan ciuman yang diberikan oleh ibunya. Sebutan anak mama ada kalanya membikin anak laki-laki berang dan tidak suka.
Bila anak sudah mengemukakan alasannya, coba pahami dan hormati. Daripada memaksakan sesuatu yang anak sendiri merasa tak nyaman, lebih baik mencari jalan lain yang itu bisa diterima kedua belah pihak. Tawarkan solusi lain semisal pelukan sebagai ganti ciuman. Pelukan ini sangat bagus bagi perkembangan jiwa anak. Pahamkan itu padanya melalui komunikasi dengan pemakaian bahasa yang bisa dipahami anak dengan mudah.
Beritahukan pada anak bahwa pelukan ibu adalah bekal baginya untuk menghadapi hari dengan kuat dan riang. Pelukan juga berarti kepercayaan yang diberikan pada kedua belak pihak. Dengan pelukan juga, ibu akan segera mengetahui kondisi psikologis dari anaknya. Sehingga apabila ada hal-hal yang berbeda dari biasanya, ibu bisa cepat tahu dan tanggap. Yakinkan pada diri anak bahwa apapun masalah di luar sana, pada ibunya anak bisa percaya. Melalui pelukan juga, ibu bisa membisikkan pesan-pesan yang ingin disampaikan. Tentang kejujuran, setia kawan, nurut dengan guru di sekolah dan yang utama untuk menjadi anak yang salih dan salihah hari itu.
Jadi bunda, jangan bersedih ketika si kecil tak mau dicium lagi. Mau tak mau, siap tak siap, seorang ibu akan menghadapi fase ini ketika anaknya beranjak besar.
Tak selamanya kita bisa memperlakukan mereka seperti anak kecil yang dengan ringannya kita cium ketika gemas, kangen, dan lucu. Mereka pun butuh ‘space’ atau jarak untuk mulai mengenali dirinya sendiri. Lagipula biasanya mereka ini hanya menolak dicium ketika ada temannya saja. Selebihnya, Bunda bisa menciumnya ketika menjelang tidur atau bahkan ketika membangunkannya dari tidur yang nyenyak.
Selalu ada cara untuk tetap bisa mencium anak. Karena bagi kita, dia adalah si kecil yang selalu lucu dan menggemaskan. Wallahu alam. [riafariana/adivammar/voa-islam.com]