View Full Version
Selasa, 12 Aug 2014

Jilb**bs: Istilah Menyimpang & Menodai Islam

Sahabat Muslimah Voa-Islam,

Belakangan ini lagi rame dibahas di berbagai sosmed (Social media) tentang istilah JILB**BS. Bahkan di facebook, ada fanpage jilb**bs dengan belasan ribu orang yang ngasih tanda ‘like’. Ada yang pro, tapi banyak juga yang kontra. Jilb**bs berasal dari perpaduan antara kata jilbab dan b**bs (baca: dada wanita). Istilah ini diterapkan bagi perempuan-perempuan berkerudung tapi masih pake baju yang ketat plus majang aurat. Gak tanggung-tanggung, dandanan orang yang dicap jilb**bs itu hampir mempertontonkan semua aurat perempuan. Bagian-bagian tubuh yang seharusnya disamarkan, ini malah dijadiin tontonan gratisan. Bukan cuma menyalahi aturan berhijab, tapi juga mengaburkan arti jilbab yang sebenarnya.

Walaupun istilah jilb**bs atau jilbabe dipake dengan nada ‘menyindir’, tapi hal itu adalah salah jika memadukan istilah syar’i dengan istilah asing yang berkonotasi negatif. Kata b**bs atau babe punya artian yang negatif di masyarakat. Sedangkan jilbab itu sendiri bersal dari Bahasa Arab yang jamaknya jalaabiib yang berarti pakaian yang lapang dan luas. Di Al-Qur’an sendiri udah jelas Allah SWT berfiman dalam Q.S. Al-Ahzab ayat 59 yang artinya : 

“Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak- anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang.”

Jadi jelas kan, kalo jilbab itu sejenis baju kurung yang menjulur ke seluruh tubuh. Selain memenuhi syarat pakan yang syar’i, jilbab juga bisa melindungi aurat perempuan. Ayat ini perintah Allah loh, maka hukumnya wajib bagi setiap muslim menyempurnakan pakaiannya sesuai sama yang diperintahkan dan dicontohkan.  Jilbab sendiri, baru pakaiannya aja. Penutup kepala yaitu khimar, yang perintahnya tertera dalam Q.S. An-Nur ayat 31, atau yang bisa kita sebut kerudung juga punya syarat tertentu.

Khimar atau kerudung adalah apa yang dapat menutupi kepala, leher dan dada tanpa menutupi muka (Al-Baghdadiy, 1991) 

Dari sini kita bisa ngerti apa itu jilbab dan tahu alasan kenapa kita gak boleh mencampur-baurkan istilah jilbab dengan istilah-istilah asing yang berkonotasi negatif. Menyebutkan jilbab kemudian digandengkan dengan kata kotor, untuk membelokkan maksudnya kepada maksud lain yang buruk justru merendahkan syara itu sendiri. Bahkan bisa jadi merupakan pelecehan terhadap syariah Islam. 

Walau bisa jadi istilah jilb**bs dipakai untuk mengingatkan/mendakwahi sesama muslim yang belum mengerti dan menerima betul perintah Allah tentang menutup aurat, tapi bukan berarti memplesetkan istilah Syara dong. Alih-alih mengharapkan pahala bisa jadi malah dapet dosa. Berdakwah itu bukan cuma bermodal semangat dan motivasi yang tinggi, tapi juga paham ilmunya secara luas dan mendalam.

Menampikan istilah jilb**bs bukan berarti mengadu domba kaum muslim dan menyudutkan mereka yang ‘masih belajar’ berhijab. Tapi justru ngasih pencerahan plus pemahaman yang benar tentang gimana hijab yang syar’i itu. Memilih Islam sebagai agama, berarti harus siang dong sama konsekuensi yang ada, termasuk menerima dan menjalankan aturan Allah SWT, tanpa tapi, tanpa nanti.  

 

Hanny Farhana

Aktivis Dakwah Mahasiswa

Jurusan Kedokteran UNJANI


latestnews

View Full Version