Sahabat VOA-Islam Rahimakumulloh...
Daily Telegraph menurunkan reporternya untuk menyamar menjadi muslimah bercadar selama dua hari. Reporter bernama Tanya Smart ini memakai jubah hitam panjang menutup seluruh tubuhnya lengkap dengan kerudung dan cadar yang menyisakan kedua matanya saja. Ia bersikap seolah-olah muslimah yang berjalan di dua kota utama Sydnay yaitu di Lakemba dan Martin Place.
Setelah menyamar, ia menurunkan laporan tentang pengalamannya memakai baju tersebut. Sayangnya, dalam artikel yang dibuat Tanya menuliskan opini seolah-olah perempuan dalam Islam itu tersiksa dalam balutan baju muslimah tersebut. Ia menyatakan bahwa dengan memakai baju tertutup seperti itu maka luapan emosinya juga ikut tertutup dan ini sangat menyakitkan sekali. Bahkan tersenyum pun tak ada orang yang bisa melihat di balik cadar tersebut. Begitu juga ketika dirinya ingin berinteraksi dengan orang lain, Tanya beranggapan bahwa baju muslimah itu menghalanginya untuk melakukan apa yang ingin dilakukannya.
Penyamaran Tanya ini mengundang berbagai reaksi di kalangan umat Islam sendiri. Mereka beranggapan bahwa apa yang dilakukan Tanya ini adalah pelecehan terhadap Islam. Tanya memakai baju tersebut bukan untuk memahami apa yang dirasakan para muslimah tapi lebih ke memberi gambaran buruk tentang Islam. Di bawah ini adalah beberapa alasan mengapa penyamaran Tanya sebetulnya tidak menyentuh akar permasalahan.
Bila memang Daily Telegraph bertujuan ingin menjembatani ‘kekisruhan’ yang akhir-akhir ini marak antara pemerintah Australia dengan umat Islam khususnya muslimah yang berpakaian takwa, bisa saja mereka melakukan wawancara dengan yang bersangkutan sendiri. Perasaan para muslimah, kekhawatiran, kegelisahan serta mimpi dan harapan mereka bisa menjadi sumber yang lebih valid daripada reporter yang juga model itu menyamar dengan memakai niqab. Dalam hal ini, baik si reporter maupun media tempatnya bernaung, membedakan jenis baju takwa dalam Islam pun masih rancu. Tanya disebut Daily Telegraph memakai burqa padahal faktanya itu adalah niqab.
Islamophobia yang terjadi di Australia memang memburuk akhir-akhir ini. Keputusan Tanya dan media tempatnya bekerja sebagai reporter yang menyamar menjadi muslimah hanya memperburuk kondisi yang telah ada. Bahkan di salah satu tweet, ada yang menyatakan bahwa tak ada perempuan muslim yang bisa menulis artikel sebagus Tanya sehingga pantas bila reporter ini yang diturunkan untuk berpura-pura menjadi muslimah agar mengalami dan menuliskan pengalamannya memakai niqab. Islamophobia yang diikuti dengan penghinaan akan kemampuan dan prestasi muslimah. Ini sengaja dimunculkan untuk menunjukkan seolah-olah Islam tidak memunyai perempuan cerdas karena terkungkung di balik hijab mereka.
Jelas bahwa tujuan Daily Telegraph bukan ‘murni’ berperan meminimalkan islamophobia tetapi lebih ke ‘tampil beda’ sehingga oplahnya makin besar dan namanya makin terkenal. Setelahnya pundi-pundi uang akan mengalir dengan banyaknya pemasang iklan. Tentang nama Islam dan ‘image’ muslimah yang makin buruk dengan tampilnya Tanya memakai niqab, itu bukan urusannya. Di sini terlihat wajah asli media terutama Barat dalam menyikapi Islam dan muslimahnya. [riafariana/may/voa-islam.com]