View Full Version
Kamis, 25 Dec 2014

Melecehkan Ibu Sendiri, Salah Siapa?

Pelecehan seksual di negara Peru mencapai level mengkhawatirkan. Berbagai upaya dilakukan untuk meminimalkan penghinaan terhadap kaum perempuan. Tetap, tak ada hasilnya. Lalu, terbersitlah ide unik dari salah satu stasiun TV di sana untuk memberi pelajaran kepada laki-laki yang suka melecehkan perempuan. Muncullah semacam program reality show yang niatnya untuk membuat orang yang bersangkutan jera.

Beberapa orang dibidik di tempat dia biasa nongkrong dan melecehkan  perempuan. Dicarilah ibu kandung mereka yang kemudian didandani sedemikian rupa agar anaknya tak mengenali. Para ibu ini juga memakai pakaian yang cukup provokatif alias seksi yang tidak terlihat seperti emak-emak. Setelah selesai, mereka pun sengaja berjalan di depan si anak yang tidak tahu bahwa itu adalah ibunya. Apa yang terjadi?

Si anak ternyata mengeluarkan kata-kata yang melecehkan dan merendahkan perempuan! Dan ini adalah hal yang biasa di Peru. Hampir setiap laki-laki bila melihat perempuan lewat di depannya, mulutnya gatal untuk tidak mengomentari dengan kata-kata buruk. Dan kali ini, mereka kena batunya. Ternyata yang lewat dan yang dikomentari dengan kata-kata buruk adalah ibu sendiri yang telah mengandung, membesarkan dan merawat mereka hingga segede itu.

...Meskipun tujuannya baik, program reality show tak akan memberikan pengaruh yang besar bagi perubahan satu masyarakat...

Ini semua direkam oleh kamera dan disebarkan ke seluruh dunia. Harapannya mungkin agar si anak atau laki-laki tersebut kapok karena ternyata perempuan yang dilecehkan adalah ibunya sendiri. Si ibu teriak-teriak marah dan kalap sambil memukulinya anaknya dengan tas. Penonton pun bahagia dan  berharap si anak tidak mengulangi perbuatannya lagi.

Faktanya, apakah benar sesuai dengan harapan? Bisa ya dan bisa tidak. Bisa jadi si anak kapok dan tidak lagi melakukan pelecehan seksual terhadap perempuan. Tapi bisa jadi juga si anak tetap dengan kebiasaan sehari-harinya tersebut karena toh, tidak setiap hari dia salah melecehkan perempuan kan? Lagipula, lingkungannya memang menganggap biasa hal buruk tersebut. Jadi ya niat hati mau kapok jadi urung karena terbawa oleh kondisi lingkungan yang memang tingkat pelecehan seksual terhadap perempuan sangat tinggi di negara Peru tersebut.

Andai perubahan bisa dihasilkan dari reality show semacam itu. Meskipun tujuannya baik, program reality show tak akan memberikan pengaruh yang besar bagi perubahan satu masyarakat. Dibutuhkan kekuatan yang bersifat memaksa apabila kerusakan pada satu wilayah sudah sedemikian parah.

Kekuatan yang bersifat mengiikat adalah negara. Tentu dong negara harus peduli dan berperan bila memang faktanya tingkat pelecehan seksual sudah sedemikian meresahkan. Harus ada hukuman tegas bagi mereka yang melakukannya. Kekuatan lainnya adalah masyarakat. Harus ada kontrol dari masyarakat untuk mencegah adanya pelecehan seksual. Bukan sebaliknya, masyarakat malah mendukung dan ikut dalam praktik maksiat tersebut. Berarti di sini harus ada edukasi masyarakat agar komponen ini tidak menjadi pagar makan tanaman, alias malah ikut merusak. Kekuatan ketiga adalah individu.

Individunya sendiri harus bisa mengendalikan diri. Baik laki-laki maupun perempuan harus memuntai kontrol diri terlepas negara dan masyarakat ikut melakukan. Kontrol diri laki-laki adalah dengan menahan pandangan. Aurat perempuan yang bukan haknya nggak usah dilihat dengan jelalatan. Begitu juga perempuan, tutup auratnya agar tidak memancing laki-laki untuk melecehkan. Memang sih, tak ada jaminan perempuan yang menutup aurat dengan baik itu terhindar dari pelecehan. Tapi ketika perempuan menutup aurat dengan berhijab semata-mata karena nurut pada aturan Allah, maka insya Allah maka ia akan dijaga juga olehNya.

...Berarti ini individu, masyarakat dan negaranya harus nurut dan menjalankan aturan Islam dong. Ya harus....

Berarti ini individu, masyarakat dan negaranya harus nurut dan menjalankan aturan Islam dong. Ya harus. Memang ada gitu aturan selain Islam yang memunyai aturan detil seperti ini? Kontrol negara, masyarakat dan individu tadi bila memakai kosakata keren adalah ketakwaan. Jadi baik negara, masyakarat atau pun individu dasarnya adalah takwa. Yakin bahwa Allah Mahatahu dan melihat. Dari  poin ini, ketertiban umum dalam hal ini pelecehan seksual akan sangat bisa dihindarkan.

Pemudanya menundukkan pandangan sehingga terlihat wibawanya dalam menjaga kehormatan diri dan perempuan. Perempuannya menutup aurat dengan hijab sehingga ia pun menjaga dirinya dan laki-laki agar tidak liar dalam memandang. Lihatlah, di sini saja sudah terlihat bahwa laki-laki dan perempuan bisa bersinergi alias saling membantu bukan saling melecehkan.

Belum lagi ketika masyarakatnya juga terbangun dengan dasar ketakwaan. Bila ada laki-laki yang masih melecehkan atau perempuan yang tidak menutup aurat, maka ada masyarakat yang akan mengingatkan dengan baik. Baru ketika diingatkah dengan baik tidak mempan, maka negara harus turun tangan untuk memberik efek jera. Bila ini bisa dilakukan dengan harmonis, maka kondisi masyarakat antara laki-laki dan perempuan akan tumbuh saling menghargai dan menghormati dalam kerjasama yang makruf.

Tak perlu lagi memasang jebakan seperti di reality show Peru yaitu ibu sendiri dijadikan umpan. Ingat, sosok ibu adalah mulia. Tak pantas ia diperlakukan sebagaimana dalam tayangan video itu meskipun banyak orang yang tertawa karenanya. Bagaimanapun, seorang ibu tak rela anaknya tumbuh menjadi bejat dengan melecehkan kaumnya di jalanan. Jadi, untuk sesuatu seserius ini jangan coba-coba deh program ini-itu. Untuk ibu kok coba-coba. Kembali saja deh pada aturan Allah bagaimana Islam mengatur setiap detil kehidupan dengan begitu indah. Wallahu alam. (riafariana)

Image: nineteenboy.blogspot.com


latestnews

View Full Version