View Full Version
Senin, 19 Jan 2015

Aku Takut Tak Bisa Menjadi Ibu yang Baik

Seorang teman lama, akhir-akhir ini sering berkunjung ke rumah. Ia, seorang ibu dengan tiga anak yang masih kecil-kecil baru saja bercerai dari suami. Banting tulang menjadi pembuat sekaligus penjual kue basah dilakoninya demi mengganjal perut ketiga anak, dirinya sendiri serta ibu kandung yang tinggal dengannya. Kami sering berbincang terutama untuk saling menguatkan. Karena saya tahu, tak mudah menjadi ibu tunggal dengan status janda cerai.

Di sela kami ngobrol, dia mengutarakan kekhawatirannya.

“Mbak, aku takut gak bisa menjadi ibu yang baik bagi anak-anakku. Bisa nggak ya aku mendidik mereka jadi anak yang salih dan salihah sendirian?”

Ya...saya sangat bisa memahami kekhawatirannya. Mendidik anak di zaman fitnah ini, merupakan tugas yang tak mudah bagi orang tua apalagi single parent. Bila memakai logika, kekuatan kita sebagai manusia biasa sangat jauh untuk bisa menciptakan generasi Rabbani. Generasi yang mencintai Allah dan RasulNya lebih dari segalanya. Generasi yang akan membanggakan orang tua dengan akhlak mulia ketika di dunia. Ketika meninggalkan dunia fana pun, doanya terus terlantun sebagai amal yang tak terputus hingga hari penghisaban tiba.

Harus bagaimana saya menjawab ketakutan saudara seiman ini? Sedangkan saya sendiri masih tertatih membenahi diri. Tapi apa iya saya biarkan dia gamang dalam kesendiriannya?

“Mintalah sama Allah. Tanpa kekuatan dariNya, mustahil kita kuat menghadapi semua sendirian. Bawa selalu anak-anakmu dalam doa. Menangislah dalam salatmu ketika kamu merasa lelah, tak berdaya, butuh kekuatan dan segalanya. Setelahnya, insya Allah kamu jadi lebih kuat dan tegar.”

Yaa...cuma bergantung pada Allah yang bisa membuat seorang mukmin menjadi kuat. Perjalanan hidup seseorang ada kalanya hampir menghabiskan sisa kekuatan yang ada pada diri seorang hamba. Lalu pada siapa lagi kita memohon kekuatan bila bukan pada yang Mahakuat?

...Yaa...cuma bergantung pada Allah yang bisa membuat seorang mukmin menjadi kuat...

Produksi roti dilakukannya mulai jam 5 sore hingga 11 malam. Setelahnya ia istirahat hingga jam 2 dini hari sebelum kemudian berangkat ke pasar untuk mengirim kue-kue basah tersebut hingga menjelang subuh. Usai salat Subuh, ia mengirim ke kantin beberapa sekolah yang menerima kuenya. Baru setelahnya ia bisa beristirahat sebentar sebelum kembali ke pasar dan ke kantin untuk mengambil uang setorannya.

Itu semua dilakoninya tetap dengan hijab yang tertutup rapat. Beberapa bahkan sudah kekecilan dan robek, mungkin sejak gadis belum pernah membeli jilbab/abaya baru. Begitu juga dengan kerudungnya. Ketika kutanyakan, ia mengaku bahwa ia butuh abaya dan kerudung bekas yang masih layak pakai agar bisa menutup auratnya dengan lebih sempurna. Syukurlah ada beberapa yang bisa kuberikan padanya meskipun agak terlalu besar dibandingkan ukuran tubuhnya. Ya...hanya itu yang bisa kulakukan untuknya.

Ia pun berkisah bahwa sebelum tidur, anaknya sering minta ibunya untuk mendongeng. Di tengah lelah dan kantuk yang menyerang, ia tak menolak permintaan sang anak. Kisah dongeng seringkali tak jelas endingnya karena otaknya sudah tak bisa diajak kompromi untuk menata kata.

“Jadi, Mas dan Mbak itu harus tetap ngaji meskipun sandal ibu rusak dan ibu belum bisa membeli gantinya.”

Jelas saja, anaknya yang berusia 8 dan 7 tahun itu tertawa-tawa mendengar kata-kata ibunya yang nggak nyambung. Ungkapan hati ketika otak bawah sadar yang berbicara. Harapan seorang ibu tentang anaknya agar menjadi sosok yang salih dan salihah. Anak ketiga masih bayi yang berusia 5 bulan.

Ketika ia pamit pulang, tak ada yang bisa kutawarkan lagi kecuali membuka pintu hati dan rumah lebar-lebar untuknya.

“Datanglah kapan pun kamu ingin curhat dan berbagi cerita denganku. Karena hanya dengan itulah kita bisa saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran. Dan hanya itulah yang bisa kulakukan sebagai saudara dalam iman dan Islam, insya Allah.”

Wallahu alam. (riafariana/voa-islam.com)

Ilustrasi: aisyahkecil.wordpress.com


latestnews

View Full Version