View Full Version
Rabu, 28 Jan 2015

Voa-Islamic Parenting (37): Menjaga Kemesraan itu Antara Jujur Dan Bohong

Sahabat VOA-Islam yang Mengharap Kasih Sayang Allah SWT...

Kata sakinah, mawaddah wa rohmah mungkin sudah beratus kali mendarat di telinga kita. Namun untuk mewujudkan tiga kata tersebut seolah menjadi PR yang tak kunjung berakhir dalam kehidupan rumah tangga kita. 

Apa lagi parahnya, seiring waktu mulainya luntur rasa saling menghormati dan menjaga hati sesama pasangan. Sehingga beberapa norma yang dulu saat menjadi pengantin baru begitu dijaga, namun sekarang sudah tak terkontrol lagi. Seperti kentut sembarangan, bersendawa dan lain sebagainya. Hal ini diperkeruh pendapat yang mengatakan "suami istri kan harus terbuka dan bersikap apa adanya".

Benarkah demikian?

Jawabnya antara iya dan tidak. Iya, karena kenyamanan hati dalam rumah tangga akan muncul bila hadirnya rasa saling percaya dengan pasangannya. Tidak, karena tidak semua hal harus kita ungkapkan dengan kalimat yang lugas. Bahkan adakalanya cukup diwujudkan dengan bahasa tubuh atau memakluminya.

Disinilah bila kita ingin mewujudkan keharmonisan dalam rumah tangga maupun ingin menghadirkan kemesraan yang selalu menumbuhkan bunga yang selalu mekar dan menyebarkan harum yang menggoda, maka kita harus pandai memilih. Kapankah kita harus bersikap lugas dan tegas dengan dasar kejujuran, dan kapankah kita tidak berkata jujur. 

Secara syar'i dalam rumah tangga kita diperbolehkan tidak mengatakan yang sebenarnya dengan pasangan hidup. Rosululloh telah bersabda:

لَيْسَ الْكَذَّابُ الَّذِي يُصْلِحُ بَيْنَ النَّاسِ فَيَنْمِي خَيْرًا أَوْ يَقُولُ خَيْرًا

Artinya: "Bukanlah disebut pendusta orang yang menyelesaikan perselisihan diantara manusia lalu dia menyampaikan hal-hal yang baik (dari satu pihak yang bertikai) atau dia berkata, hal hal yang baik". (H.R. Bukhori).

Ibnu Syihab berkata: "Aku belum pernah mendengar Rosululloh memberikan keringanan untuk berbohong kecuali dalam tiga hal, yaitu ketika perang (siasat dan mengamankan rencana peperangan), mendamaikan orang (tidak menceritakan kejelekan) dan pembicaraan suami kepada istri dan pembicaraan istri kepada suami".

Imam An nawawi memberikan penjelasan atas bohong ini. Sebagian ulama' membolehkan berbohong secara mutlak bila berhubungan dengan sesuatu yang membahayakan sebagaimana ungkapan Nabi Ibrahim yang menyuruh untuk bertanya kepada patung yang paling besar. Dan sebagian ulama' yang lain membolehkan berbohong hanya dalam bentuk tidak menceritakan hal yang buruk kepada orang lain atau yang bersangkutan sebagaimana seorang suami yang tidak mengatakan bahwa istrinya gembrot, padahal kenyataan sebenarnya memang gembrot .

Sungguh jelaslah bahwa disyari'atkan dalam membangun keharmonisan dalam rumah tangga tidak mengungkapkan suatu hal yang sebenarnya bila hal tersebut bisa mengganggu hati pasangan. Namun itu semua haruslah diniatkan untuk kebaikan bersama bukan sebagai alat tipu muslihat untuk mengelabuhi pasangannya.

Sahabat VOA-Islam...

Maka untuk membangun keharmonisan haruslah ukuran hati yang dikedepankan. Jangan sampai syari'at diperbolehkannya mengungkapkan hal yang tidak sebenarnya ini justru menjadi kebiasaan berbohong dengan pasangannya. Syariat ini hanyalah solusi dikala kita ingin membahagiakan pasangan hidup dan kita tandaskan bukan dijadikan alat untuk mengelabui pasangan hidupnya.

Jujur itu wajib. Namun bohong juga adakalanya diperbolehkan. Bila berbohong dalam masalah yang membahayakan atau untuk menyenangkan hati pasangannya bukan menjadi kebiasaan jelek karena kurangnya rasa tanggung jawab.

Sahabat VOA-Islam....

Jadi berpura-pura baik dalam hubungan suami istri adalah suatu yang dianjurkan dalam salah satu keadaan. Sedang sikap terus terang yang akan mengundang rasa benci sebaiknya jangan dilakukan. Bahkan berpura-pura bermanis ria bisa menciptakan rasa cinta yang membuat keadaan semakin harmonis dan bahkan mampu menjauhkan kebencian dan ketidaksukaan antar pasangan.

Namun.... Bukan berbohong dalam kondisi untuk menghindari kewajiban suami istri, atau untuk mengambil sesuatu yang bukan menjadi haknya. Wallohua'lam. [ukhwatuna/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version