KENDARI (voa-islam.com) - Anak-anak akan menjadi jembatan menuju surga para ayah, jika diasuh dan didik untuk mentauhidkan Allah, serta mengikatkan diri pada syariat agama Allah. Dan sebaliknya, anak-anak juga akan membawa orangtuanya ke neraka, jika sang ayah gagal menanamkan ketauhidan dengan membiarkan anak-anaknya melakukan kesyirikkan.
Demikian benang merah yang disampaikan Ust. Bachtiar Nasir dalam khutbah Jum’atnya bertema “Menjadi Ayah Sukses” di Masjid Agung Al Kautsar, Kendari, Sulawesi Tenggara (29/5/2015). Dalam kesempatan itu, bertindak sebagai Imam Shalat Jum’at Ust. Deden M. Mukhyaruddin, penghafal Qur’an dari Indonesia, peraih Juara Pertama Tahfizh & Tafsir Internasional di Maroko 2012.
Menurut Ust. Bachtiar, Pimp. AQL Islamic Center ini, banyak para bapak yang gagal menjadi ayah bagi anak-anaknya lantaran hanya diperlakukan seperti ATM (Anjungan Tunai Madiri). “Karena para ayah hanya dikunjungi anaknya, pada saat si anak membutuhkan uang,” ujarnya.
Ia menandaskan, ayah harus mampu menanamkan ketauhidan (keesaan Allah) kepada anak-anaknya, sebagaimana diajarkan Nabi Ya’qub di saat menjelang kematiannya, seperti dikisahkan Al Qur’an dalam Surah Al Baqarah [(1): 133]. Dimana Nabi Ya’qub sukses menamkan nilai-nilai agama pada anak-anaknya yang bangga pada garis nasabnya ayahnya, yang para nabi itu (Nabi Ishak & Nabi Ibrahim).
Anak-anak Nabi Ya’qub sukses menjawab pertanyaan ayahnya, karena mampu menjelaskan bahwa mereka akan “mentauhidkan Tuhan Ayah (Allah)”, “tidak mensekutukan Tuhan Ayah (Allah)”, serta rela mengiktkan diri pada syariat Agama Allah.
Menjelaskan mengapa anak-anak Nabi Ya’qub menyebutkan kata “Tuhan Ayah” –dalam hal ini Allah--, hal ini menjelaskan bahwa sosok ayahlah yang sangat berperan besar dalam menanamkan nila-nilai ketauhidan pada anak-anaknya.
“Jangan sampai para ayah hanya membesarkan tubuh anak-anaknya, sementara jiwa, pikiran, dan aqidah anak-anak kita direnggut oleh lingkungan sosial dan sekolahnya, yang mengajarkan liberalisme, sekularisme, dan hedonisme,” paparnya.
Lebih jauh Ust. Bachtiar yang juga Sekjen Majelis Intelektual & Ulama Muda Indonesia (MIUMI), mengingatkan agar para ayah mempunyai kurikulum dalam mendidik anak di rumah. Jangan sampai, katanya, hanya sekolah yang mempunyai kurikulum dalam mengajarkan hal keduniaan, sementara di rumah, sang ayah sebagai kepala keluarga tak memilki kurikum dalam menanamkan nilai-nilai agama dan keakhiratan.
“Paling tidak, seorang ayah harus membacakan dan mengajarkan ayat-ayat suci Al Qur’an, serta minimal membacakan satu hadist Rasulullah setiap hari kepada anggota keluarganya, jika ingin disebut sebagai ayah yang sukses,” ujarnya.
[Abu Lanang aql/adivammar]