Strategi marketing dengan branding 'negatif' cenderung provokatif agar cepat populer semacam:
Da*n, I Love Indonesia..
Nasi goreng Jan*uk
Ayam Kamp*s
Rawon S*tan
Dll
Tak menyangka akan masuk juga ke ranah marketing buku yg 'ngaku'nya Islami
" Akulah Istri Teroris "
Begitu judul buku Abidah El Khalieqy, penulis yang doyan sama kontroversi ini. Perempuan Berkalung Sorban adalah salah satu novelnya yang berhasil difilm-kan. Merasa sudah dapat link ke produser dan sineas-sineas liberal lahirlah buku ini, untuk kontroversi berikutnya.
*
Test the water, ketika peluncuran bukunya dicuekin, akhirnya ia membuat lomba pendukung untuk promosi buku yg tak kalah menghinanya. Lomba berbusana ala istri teroris, yang hadiah utamanya 'hanya' sejuta. Dan sepertinya, reaksi sebagian umat Muslim pada lomba ini pun, masih bisa bisa dibilang terlalu kalem untuk sebuah negeri yang mayoritas muslim. Hanya sedikit yg gerah. Jadi, mungkin kita tinggal menunggu filmnya.
**
Entah siapa orang-orang besar dan berduit di belakang ini semua. Karena (harusnya) banyak alasan bagi sebuah buku untuk difilmkan, mengingat besarnya uang yang harus dikeluarkan untuk membuat sebuah film.
Novel keren yang sudah berkali-kali cetak ulang: Ketika Mas Gagah Pergi, karya Bunda Helvy sudah belasan tahun kudengar akan difilm-kan, sampai sekarang belum juga terwujud. Sampai akhirnya penggalangan dana agar film ini terwujud, harus digelar di berbagai kota di Indonesia.
Sungguh Buku " Akulah Istri Teroris" adalah buku yang aneh. Apa prestasi buku ini hingga layak difilmkan? Sudah berapa juta eksemplar lakunya? Ujug-ujug muncul, meresahkan, dan akan difilmkan.
**
Aku tak bercadar. Namunm kawan-kawanku banyak yang bercadar. Bisa terbayangkan perihnya hati sahabat-sahabatku diberi stigma begitu. Jika bercadar adalah sebuah pilihan berbusana, pilihan mereka adalah pilihan yang setara kedudukannya dengan pilihan berbusana lainnya harus dihormati dan dihargai, layaknya sebuah pilihan hidup.
**
"Saya berharap ada perubahan sikap di masyarakat dalam melihat istri teroris. Setiap orang bebas untuk memilih jalan hidupnya, dia mau berpakaian tertutup, bercadar, atau terbuka. Kita tidak boleh men-stigma macam-macam hanya karena dia bercadar.”
Itu komentar penulis ketika beberapa waktu lalu ditanya tentang bukunya.
HAHHH!!
Membaca komentarnya, seperti melihat seseorang yang memeluk saudaranya penuh kasih sayang dan saat bersamaan ia juga menikam ke jantung, berniat melukai, bahkan membunuh.
Bagusnya kita sebut apa penulis seperti ini?
Yana Nurliana
*Menulis adalah Menuangkan Keresahan
(riafariana/voa-islam.com)