Bulan Ramadan yang mewajibkan setiap umat Islam berpuasa, adalah bulan yang dinanti oleh sebagian anak kecil. Siapakah anak kecil yang dengan riang menunggu bulan puasa ini? Biasanya kan anak kecil lebih menyukai lebaran atau hari raya Idul Fitri karena banyak makanan dan pemberian berupa uang. Tapi jangan salah, momen puasa juga merupakan ‘surga’ bagi si kecil yang tidak suka makan.
Sehari-harinya Fatia yang berusia lima tahun sangat susah untuk makan. Disuapi pun, mulutnya lebih banyak menutup. Bila pun ada makanan yang masuk, ia menghentikannya di mulut agar tidak segera ada makanan lagi yang bisa masuk. Segala cara sudah dicoba oleh sang bunda. Mulai dari memberi vitamin agar doyan makan hingga mengkreasikan menu dan tampilannya agar Fatia tertarik. Tetap saja hasilnya nihil. Fatia sangat susah makan sehingga tubuhnya pun cenderung kurus dan lebih pendek daripada teman-teman sebaya. Jelas saja ibunya merasa galau dengan kondisi ini.
Sang bunda merasa malu karena bisa saja ada orang beranggapan bahwa ia adalah tipe ibu yang kurang perhatian terhadap anak. Ibunya gembul kok anaknya kurus? Beberapa temannya bahkan menganggap Fatia kurang gizi. Duh...
Ketika timbang badan di posyandu pun, ibunda Fatia sering kena marah bidan yang menimbang Fatia. Itu karena berat badan Fatia hampir tidak pernah bertambah dari bulan ke bulan. Satu hal yang menghibur ibunda Fatia bahwa anaknya tidak termasuk ke dalam anak yang kurang gizi yaitu Fatia tetap tampil aktif, kreatif dan cerdas. Meskipun tidak suka makan sehingga tubuhnya kurus kering, Fatia selalu menjadi anak yang berani tampil, berdaya tangkap cepat dan cermat serta selalu ceria.
Ramadan pun datang dan Fatia kecil rajin ikut puasa. Di saat anak seusianya masih berlatih dengan puasa ‘bedug’ atau berbuka ketika terdengar azan Dhuhur, Fatia langsung lulus puasa hingga Maghrib. Tapi kadang ia menyelinap mengambil minum dari lemari es ketika hari sedang panas. Sang bunda pun membiarkan karena memang seusia Fatia belumlah terkena kewajiban berpuasa penuh. Fatia kecil pernah berpuasa setengah hari yaitu ketika ia ingin segera makan perman dan gula-gula kesukaannya. Selebihnya ia, berpuasa hingga Maghrib tanpa mengeluh, tanpa lemas dan sama sekali tidak rewel.
Saat berbuka puasa pun, makan Fatia tak banyak. Ia cenderung suka mengunyah permen daripada harus makan nasi apalagi sayuran. Mengunyah permen atau gula-gula adalah favoritnya. Ah...mungkin dari situlah sumber energinya ketika ia menolak makan nasi sebagai sumber karbohidrat. Begitu pupus sang bunda.
Makan sahur pun, Fatia kecil termasuk mudah dibangunkan. Ia mau disuapi beberapa suap saja yang kemudian ia memilih untuk segera tidur lagi. Ketika Ramadan akan berakhir, Fatia kecil sedih. Ketika ditanya, apa jawabny?
“Kalau tidak Ramadan, aku nanti dipaksa bunda makan tiga kali sehari.”
Sang bunda pun akhirnya bisa menerima kondisi putrinya. Apalagi ketika Fatia yang cerdas menghibur bundanya dengan kata-kata ini.
“Bunda jangan khawatir sekarang aku tak suka makan. Ada saatnya nanti Allah akan membuka hatiku supaya aku suka makan. Dan ketika saat itu tiba, bunda pasti akan heran karena aku ternyata bisa berubah.” Wallahu alam. (riafariana/voa-islam.com)