Sahabat VOA-Islam...
Sultan Shalahuddin al-Ayyubi bertetangga dengan Sultan Kilj Arsalan II di Timur Tengah pada abad ke 12 M. Saat itu Shalahuddin sudah menguasai Mesir dan Syiria, sementara Palestina masih dikuasai Pasukan Salib.
Sebelah Utara Syiria, Arsalan penguasa Dinasti Saljuk menguasai wilayah Romawi Bizantium Timur (sekarang Turki bagian Timur). Shalahuddin masih sibuk menyatukan semua wilayah yang ditinggalkan Nuruddin Zanki.
Sebelumnya Arsalan mencoba mencaplok benteng yang berada di bawah kendali Shalahuddin, dengan taktik cerdas Shalahuddin berhasil menghalau pasukan Arsalan, membuat si raja Saljuk jera berurusan dengan Shalahuddin.
Pada momen berikutnya, kebetulan Arsalan menikahkan puterinya dengan Nuruddin Mahmud, penguasa (setingkat gubernur) Shalahuddin daerah Syiria Utara, antara Aleppo-Mosul (sekarang perbatasan Turki-Syiria-Irak), saat itu bersebelahan dengan wilayah Saljuk.
Seperti halnya kisah Troy, gara-gara wanita menyebabkan perang besar dua kerajaan di Yunani berabad-abad sebelumnya. Nah berhati-hatilah dengan wanita
Nuruddin, si menantu singa Arsalan, kemudian menikah lagi dengan wanita lain dan menelantarkan puteri Arsalan. Tak pelak hal tersebut membuat si raja besar yang cukup sering mengalahkan tentara Bizantium, bersiap menyerang Nuruddin di wilayah Ayubiyah.
Seperti halnya kisah Troy, gara-gara wanita menyebabkan perang besar dua kerajaan di Yunani berabad-abad sebelumnya. Untungnya Shalahuddin bersegera ke utara untuk melakukan mediasi dan pembicaraan damai.
Arsalan yang mengetahui kedatangan sultan Mesir-Syiria kembali menyarungkan pedangnya dan menyetujui mediasi Shalahuddin dengan menghukum Nuruddin agar memisahkan istri barunya dalam waktu setahun dan kembali menghormati hak-hak istrinya, putri sultan Kilj Arsalan II.
Nah berhati-hatilah dengan wanita.
Penulis: Abu Fatah Grania, penulis, follow @nugrazee