Pernah nggak satu kali dalam kehidupan, kita menginginkan apa yang dimiliki oleh orang lain? Ah...rasanya hampir semua kita pernah merasakannya. Mulai dari hal-hal materi semisal baju baru, tas baru atau sekadar buku bacaan baru. Tapi bisa juga ‘sesuatu’ yang telah melekat pada diri orang tersebut sejak lama. Wajah yang cantik, anak orang kaya, sekolahnya tinggi atau keluarga yang harmonis.
Ya...menginginkan sesuatu yang bukan milik kita atau biasa disebut iri lazim menjangkiti perempuan. Semakin usia beranjak, hal yang di-iri pun makin beragam. Mulai dari tetangga yang punya mobil baru, kulkas baru atau bahkan anak baru. Anak baru di sini maksudnya habis melahirkan. Sedangkan untuk para single rasa iri ini bisa jadi karena teman-teman sebaya sudah pada menikah, hidup berumah tangga dan memunyai keluarga sakinah. Siapa juga sih yang tak ingin hal-hal demikian?
Satu masa dalam kehidupan, kita pun pernah memimpikannya. Memunyai suami yang salih dan anak-anak yang sehat serta hebat. Tapi jalannya kehidupan tak ada yang bisa menduga. Karena satu dan lain hal, apa yang dimiliki muslimah lain tak bisa kita raih. Kita harus cukup puas dengan apa yang telah kita punya. Bukan tak mungkin sesungguhnya apa yang kita punya juga diinginkan oleh yang lainnya. Kalau kata orang Jawa hidup itu ‘sawang sinawang’. Maksudnya adalah orang menilai bagus tentang kehidupan orang lain. Padahal sejatinya, hanya yang bersangkutan saja yang tahu kondisi diri yang sebenarnya.
...Kalau kata orang Jawa hidup itu ‘sawang sinawang’. Maksudnya adalah orang menilai bagus tentang kehidupan orang lain. Padahal sejatinya, hanya yang bersangkutan saja yang tahu kondisi diri yang sebenarnya...
Lalu bagaimanakah kita menyiasati kondisi hati yang punya kecenderungan untuk merasa iri? Bersyukurlah karena Islam telah memberikan panduan bahkan dalam bab iri sekalipun.
Dari Ibnu Umar r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, "Tidak boleh seseorang iri terhadap orang lain kecuali dalam dua hal yaitu seseorang yang diberi pengertian Al Qur'an lalu ia mempergunakannya sebagai pedoman amalnya siang-malam dan seseorang yang diberi oleh Allah kekayaan harta lalu ia membelanjakannya siang-malam untuk segala amal kebaikan."
Rasa iri itu harus dituntun agar selaras dengan apa maunya Islam. Dalam hadits di atas hanya ada 2 hal saja yang boleh di-iri oleh kita yaitu seseorang yang belajar Al Quran kemudian mengamalkannya dan harta yang dibelanjakan di jalan Allah. Itu saja, lain tidak.
Jadi ketika ada celah di hati kita yang masih merasa iri ketika tetangga membeli kulkas baru, yuk mulai diarahkan agar irinya tepat guna. Meskipun uang yang ada tak bisa dibelikan kulkas, belikan saja ia gerabah atau kendi. Tempatkan kendi tersebut di depan rumah dan isilah dengan air matang. Para musafir yang kehausan atau penjual keliling yang uangnya terbatas untuk membeli air mineral, bisa memanfaatkan kendi tersebut dalam melepas dahaga. Insya Allah, amal ini akan menjadi ‘kulkas’ kita kelak di akhirat karena telah menyediakan air bagi mereka yang membutuhkan.
...Fokus saja pada amalan apa yang bisa dilakukan baik bagi muslimah single ataupun dobel alias sudah menikah. Karena sejatinya posisi muslimah itu sudah mulia dari fitrahnya...
Bagi yang belum bertemu jodoh atau masih single dan merasa iri dengan mereka yang dobel atau sudah menikah, yuk arahkan iri yang ada menjadi tepat guna. Ini adalah momen yang pas untuk memaksimalkan amal birrul walidain atau berbakti pada orang tua. Ingat, ketika sudah menikah taat pertama dan utama itu pada suami.
Jadi, senyampang belum ada si pasangan jiwa itu hadir, puas-puaskan untuk menimba pahala dari bakti pada ibu dan bapak. Plus jangan lupa untuk terus meng-upgrade diri dengan ilmu keislaman. Sebagaimana hadist di atas bahwa orang yang mempelajari Al Quran dan mengamalkannya adalah orang yang pantas untuk di-iri. Nah, bila hal ini ada pada diri kita maka bukan kita yang iri terhadap milik orang lain tapi orang lainlah yang sepantasnya iri pada kita. Iri dalam makna positif tentunya, yaitu berlomba-lomba dalam kebaikan. [Baca: Beginilah Irinya Sahabat Nabi kepada Orang Kaya]
Fokus saja pada amalan apa yang bisa dilakukan baik bagi muslimah single ataupun dobel alias sudah menikah. Karena sejatinya posisi muslimah itu sudah mulia dari fitrahnya. Tinggal bagaimana kita menjaga posisi mulia ini dan meminimalkan rasa iri dengan melakukan langkah sederhana seperti yang dipaparkan di atas. Wallahu alam. [riafariana/voa-islam.com]
Ilustrasi: Google