View Full Version
Selasa, 05 Jan 2016

Ukhti, Ada Pahala di Tiap Bulir Airmatamu

Sedih, duka dan airmata adalah bagian dari hidup. Ia menjadi penyeimbang untuk rasa bahagia, ceria dan tertawa. Hanya saja, banyak orang memperlakukan kedua kutub itu dengan sikap yang berbeda. Kutub sedih, duka dan airmata disambut dengan penuh rasa tidak suka. Sebaliknya, bahagia, ceria dan tertawa selalu membawa kegembiraan pada hati manusia. Namun bagaimanapun, suka atau tidak, semua rasa itu pasti pernah menghampiri diri kita semua.

Ada seorang sahabat yang memberi petuah bijak ketika saya butuh tempat curhat. Ketika rasa itu seolah tak tertanggungkan, ia hanya mengingatkan.

“Setiap tetes airmatamu, setiap helai dukamu, setiap perih laramu, yakinlah...tak ada yang sia-sia di hadapan Allah. Akan ada balasan bagi semua itu selama kamu bersabar. Ya...bersabarlah! Karena pada setiap cobaan itu, sikapmu pada pukulan yang pertama itu yang akan menentukan kualitas dirimu. Bersabarlah, jalani saja skenario Allah ini dengan lapang dada.”

...Keperihan hati yang sempat hadir menjadi hal yang tertanggungkan untuk dilewati dengan penuh ketakwaan. Itu semua karena adanya keyakinan bahwa tak ada yang terlewat di hadapan Allah...

Dan biasanya, saya merasa tenang dengan kata-katanya yang tersampaikan lewat bantuan teknologi. Membayangkan bahwa setiap bulir airmata yang menetes akan ada balasannya, duh bahagianya. Apalagi balasan itu berasal dari Yang Mahamemiliki Segalanya. Keperihan hati yang sempat hadir menjadi hal yang tertanggungkan untuk dilewati dengan penuh ketakwaan. Itu semua karena adanya keyakinan bahwa tak ada yang terlewat di hadapan Allah.

Salim A Fillah pun menuliskan tentang hal ini mengutip dari Aidh Al Qarni. Tiap yang menimpamu, Allah menanggung pahalanya; cekaman gelisah, nestapa, sedih, lapar, kefakiran, penyakit, hutang, dan musibah. Bila sudah begitu, lihatlah mentari pagi kala ia terbit. Ada selarik keindahan yang membangkitkan optimisme bahwa akan selalu ada hal baru untuk hari yang lebih baik.

Lalu, alasan apalagi yang membuat kita tidak melarungkan syukur di tengah cobaan yang mendera? Karena sejatinya, bersabar ketika menerima cobaan itu adalah hal yang biasa. Menjadi tidak biasa ketika ada syukur yang tak lupa disertakan menyertai kesabaran yang memang harus menjadi stok tanpa batas. Di titik inilah kepedihan hati, pelan tapi pasti akan menjadi kebahagiaan tak terperi ketika kita ridha terhadap ketentuan Ilahi.

Di tiap bulir airmata yang mengalir, ia akan menjadi saksi bahwa bukan lagi mewakili perih tetapi ia juga sebagai bukti tentang kerelaan akan takdir. Di bulirnya yang semakin berderai, biarlah airmata ini menjadi perpaduan yang harmoni antara meluruhkan duka dan menyaring bahagia pada saat yang sama. Dan yakinlah ukhti, tak ada airmata yang tersia-sia meskipun satu butir saja saat kita total pasrah pada kehendakNya, insya Allah. (riafariana/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version