View Full Version
Jum'at, 29 Jan 2016

Kisah Mualaf Candice: Masa Laluku yang Liar Tak Menghalangiku Masuk Islam

Namaku Candice Vancraenenbroek. Aku berasal dari Slovakia tapi tinggal di Inggris dan Belanda selama dua tahun. Di masa remajaku, aku tak peduli terhadap agama. Semua teman yang kupunya juga tak ada yang peduli dengan agama. Seperti layaknya remaja di Eropa lainnya, aku pun bergaul bebas.

Pada usia 18 tahun aku mulai meninggalkan rumah dan pergi ke Inggris. Di sana aku bekerja sebagai au pair atau semacam remaja yang membantu pekerjaan rumah tangga dan mengasuh anak di luar negeri. Sebagai balasannya, aku bisa tinggal di luar negeri gratis dan jalan-jalan bahkan uang saku. Aku sungguh menyukai tugasku sebagai au pair ini. Di Inggris inilah tingkah lakuku semakin liar.

Di usia 20 tahun, aku pergi ke Belanda. Saat itulah aku tahu bahwa aku tidak bahagia. Aku bertemu seseorang yang sekarang menjadi suamiku hanya 2 minggu setelah aku tiba di Belanda. Kami sama-sama saling jatuh cinta. Dia pun memperkenalkan Islam padaku. Dan memang itulah yang betul-betul kubutuhkan saat itu.

Aku memunyai karakter yang cukup kuat sehingga aku tahu apa yang kumau. Aku benar-benar butuh kehidupan spiritual. Dan Islam memberiku jawaban. Biarlah orang melihat, aku masuk Islam seolah-olah demi suamiku meskipun itu tidak benar. Suamiku tak pernah memaksaku untuk masuk Islam. Ini adalah kesadaranku sendiri untuk menjadi muslimah. Dan aku bahagia dengan keputusanku ini.

...Di masa remajaku, aku tak peduli terhadap agama. Seperti layaknya remaja di Eropa lainnya, aku pun bergaul bebas...

Hal yang paling sulit adalah menjelaskan tentang keislamanku pada keluarga, orang tua dan teman-teman. Mereka pun berusaha memahami keputusan yang telah kuambil. Di negara asalku, tidak mudah menjadi muslim. Mereka sangat tidak toleran terhadap orang Islam. Hal yang menyedihkan adalah ketika aku harus mudik untuk bertemu orang tuaku, kebencian terhadap Islam  ini sangat terasa. Tapi aku yakin bahwa Allah membantuku tegar untuk melewati semua ini.

Masa laluku memang kelabu tapi aku yakin Allah Mahapengampun dan penyayang. Aku berusaha menjadi muslimah sebaik mungkin karena Islam telah memberiku kebebasan dan kebahagiaan. Tak mudah melewati segala sesuatunya sejak aku bersyahadat. Tapi dengan adanya saudara-saudara seiman dalam Islam, aku yakin bahwa kami akan bisa melewati semua ini dengan baik, insya Allah.

Banyak hal yang perlu kupelajari dalam Islam. Aku ingin mengetahui semuanya. Ini kusadari sejak pertama aku masuk Islam kemudian memutuskan untuk berhijab. Saat itu banyak saudara-saudara sesama muslim yang tersenyum padaku. Mereka juga mengucapkan insya Allah dan Alhamdulillah. Menurutku ini betul-betul luar biasa. Aku pun ingin seperti mereka dan bisa menjadikan Islam jadi bagian dalam kegiatanku sehari-hari. Wallahu alam. (riafariana/ic/voa-islam.com)


latestnews

View Full Version