Sahabat VOA-Islam...
Alhamdulillah, sampai detik ini kita masih diberi waktu untuk bernapas. Dengan izin dan kuasa Allah kita telah diciptakan menjadi seorang manusia dengan penciptaan yang sempurna. Bahkan kita dijadikan khalifah di planet ini. Spesialkan kamu?
Dan ternyata kita tidak ujug-ujug berada disini itu. Tidak Allah letakkan begitu saja di gunung, alirkan di sungai hingga sampai di tengah lautan. Tidak pula Allah hembuskan melalui angin, mengombang-ambingkan kita di atas awan hingga turun bersama hujan. He he. Ternyata kita dari dua insan yang mendambakan kita. Semakin spesial lagikan kamu?
Begini ceritanya, seorang ibu dengan susah payah mengandung kita selama kurang lebih sembilan bulan. Selama itu pula hal luar biasa sudah terjadi. Kamu dulu hanya segumpal darah. Tapi dengan keikhlasan, seorang ibu senantiasa menjagamu dalam rahimnya. Hingga pada hari yang telah ditentukan kamu terlahir ke dunia dengan kehebatan seorang ibu yang rela mengorbankan nyawanya sendiri demi bayi yang ada dalam kandungannya.
Tak lupa, untuk dapat tumbuh sampai saat ini, kita tidak hanya bersama ibu. Tapi ada orang yang turut bahagia atas keberadaan kita. Dialah ayah. Ayah memang tidak mengandung kita. Tidak pula merasakan sakitnya melahirkan. Tapi tubuhnya Ayah relakan kesakitan untuk mencari makan agar kita bertahan hidup. Nyawanya ia korbankan yang penting kita makan hari ini. Kurang spesial apalagi kamu?
Tapi apa yang dilakukan sebagian banyak dari kita ketika sudah gede. Main ke mall bersama teman-teman ketika ada telepon dari Ayah atau Ibu, hiraukan saja! Pura nggak denger. Semakin asyik, photobox, lalu fotonya bersama teman-teman dipajang di dompet. Padahal belum tentu ada foto orang tua yang mulai renta di dompetnya. Pulang tanpa salam dan cerita langsung masuk saja ke kamar. Tiduran dan gadget-an. Padahal seorang ibu selalu mengkhawatirkan anaknya ketika sedang pergi. Kepulangannya ke rumah adalah saat yang sangat dinantikan. Aduh kamu! Gimana sih? Mudah-mudahan bukan kamu!
Yup, kita jangan seperti peribahasa, kulit lupa pada kacangnya, jadi kacangnya berjatuhan deh. Eh! Ya, sejenis peribahasa seperti itulah. Intinya mampukah kita menghapus begitu saja pengorbanan yang telah kedua orang tua kita lakukan? Kemana pun kita melangkah kita tidak dapat melupakannya. Bahkan di hari pertanggungjawaban, kelak akan ditanyakan pada kita, bagaimana kita berbakti pada kedua orang tua kita?
Berbakti kepada kedua orang tua kita ternyata adalah suatu kewajiban. Sebagaimana firman Allah:
“Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia, dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sanyang dan ucapkanlah, ‘Wahai Rabbku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.’” (TQS. Al- Israa : 23).
Kalam Illahi yang indah telah menuntun kita untuk bersikap baik kepada kedua orang tua kita. Ketika umur kita beranjak dewasa bukan berarti semakin jauh pula jarak antara kita dengan mereka. Dengan segala kesibukan yang kita miliki kita tetap harus berusaha memperhatikan mereka. Jangan sampai kita membuat mereka bersedih hati.
Sampai kapanpun kita tidak akan pernah bisa membalas jasa-jasa mereka berdua. Seandainya bumi dan seisinya ini milik kita lalu kita berikan sebagai ganti atas jasa mereka, tetap tidak akan pernah bisa. Allah telah memerintahkan kita untuk hanya berbakti kepadanya. Mereka hanya memiliki hak untuk kita taat dan kita berbakti kepada mereka.
Untuk itu sudah seharusnya bagi kita untuk selalu menjadi anak yang sholih. Patuh kepada hukum Islam saja. Karena doa anak yang sholih menjadi pahala tak terputus bagi kedua orang tuanya walau mereka berdua telah tiada.
Semoga Allah mengumpulkan kita bersama kedua orang tua kita di JannahNya. Aamiin. [syahid/voa-islam.com]
Penulis: Erni susanti
(Pembimbing Asrama Putri HSG Khoiru Ummah Tanjungsari Sumedang)