Laman sosial media akhir-akhir ini semakin rawan saja. Kasus terakhir yang cukup heboh adalah diunggahnya foto-foto mesum anak usia SD dan SMP di ranjang. Kata-kata yang menyertai juga sangat tak bisa dibilang sopan. Gerakan jari netizen pun seolah dipandu serentak untuk menekan tombol bagi atau share. Meskipun maksudnya adalah sebagai bentuk keprihatinan, tapi nyatanya kemaksiatan yang terkandung di dalamnya ikut menyebar.
Bunda salihah, itulah kenapa internet terutama fasilitas media sosial di dalamnya sangat riskan untuk diakses oleh anak-anak kita. Memang, tak bisa dipungkiri bahwa era teknologi informasi sudah berkembang sedemikian pesat. Tapi tetap yang harus diingat adalah, selalu ada bahaya mengintai di balik gemerlap kecepatan perkembangan teknologi ini.
Di saat telepon semakin pintar dengan model smart phone-nya, manusia semakin dibodohkan dengan konten dari netizen yang tak bermoral. Ketika kamera di ujung jari tinggal klik apapun aktivitasnya, orang-orang kurang akal dan anak-anak kurang kasih sayang menyalahgunakannya. Perkembangan teknologi yang tak diikuti dengan bertambahnya keimanan hanya akan memakan korban. Semoga saja anak-anak kita tak termasuk ke dalam golongan ini, insya Allah.
Belum lagi tentang fenomean bully-membully yang baru saja terjadi menimpa salah satu penulis kondang negeri ini. Seolah menemukan sasaran empuk, isi media sosial langsung seolah terbagi dalam dua kubu, penyerang yang terdiri dari segenap hater-nya dan pembela dari golongan fans-nya. Omong kosong yang namanya kritik karena kata yang keluar sangat kotor, menjijikkan dan isi kebun binatang keluar semua. Itu semua dilengkap dengan ketawa-ketawa tak jelas untuk menunjukkan upayanya dalam menhina dan merendahkan sasaran bully.
Menakutkan sekali bukan, bunda? Ini semua adalah hal yang tak seharusnya diakses oleh putra-putri kita. Karena itu sesibuk apapun bunda beraktivitas, dampingilah anak dalam berselancar di hutan rimba internet ini. Kita tak akan tahu bahaya apa yang mengancam buah hati kita dalam bentuk kata, gambar atau bahkan unggahan video. Anak sampai usia remaja pun, adalah fase meniru yang handal. Jangan sampai kita abai karena resikonya malah akan lebih besar nantinya.
Dampingi dan nasehati putra-putri kita agar selalu waspada dengan hutan rimba bernama internet ini. Yakinkan mereka bahwa apa saja bisa ditanyakan dan didiskusikan pada ayah bunda di rumah bila ada sesuatu yang membuat mereka penasaran. Jangan sampai anak-anak mendapat penjelasan dari sumber yang tidak bertanggung jawab. Dan yang utama dari semua itu adalah panjatan doa yang tak putus dari orang tua untuk anak-anak. Karena sebaik-baik bekal bagi mereka adalah bekal doa dari orang tua yang menyayangi mereka. Wallahu alam. (riafariana/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google