View Full Version
Selasa, 05 Apr 2016

Umiyati Kembali 'ke Kampung Halaman untuk Berdakwah

JAKARTA (voa-islam.com) - ‘’Terima kasih. Saya mau pulang kampung untuk berdakwah di sana. Doakan juga saya mendapat suami muslim,’’ kata Umiyati Nenohai, usai menerima bantuan biaya transportasi di kantor LAZIS Dewan Dakwah, Jakarta Pusat, Kamis (31/3).

Umiyati pemudi dari Desa Belle, Kecamatan Amanuban Timur, Kab Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur. Sejak kecil ia galau dengan kehidupan di kampungnya.

Di desanya, jumlah keluarga muslim secara statistik memang mencapai 50% (sekitar 45 KK). Tapi, mereka kurang terbina agamanya. Sholat misalnya, hanya ada waktu sholat Jumat

Di desanya, jumlah keluarga muslim secara statistik memang mencapai 50% (sekitar 45 KK). Tapi, mereka kurang terbina agamanya. Sholat misalnya, hanya ada waktu sholat Jumat.

Karena itu, Umiyati bersemangat ketika mendapat beasiswa nyantri di Pondok Pesantren Miftahuddin Oe-Ekam, Amanuban Timur.

Pesantren ini didirikan pada 1993 oleh tokoh dakwah NTT seperti M Tamrin Manu, M Akhyar Liunokas, Ali Tatang Sone, Ali Yudha, dan Usman Sole. 

Lahirnya Pesantren Miftahuddin diawali dengan berdirinya Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Timor pada tahun l982 di Bandung, Jawa Barat. Setahun kemudian organisasi ini ditingkatkan statusnya menjadi Yayasan Kesejahteraan Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Timor (IPMAT). Sepuluh tahun kemudian, yayasan ini membuka Pesantren Miftahuddin Oe-Ekam.

Selepas mondok di Miftahuddin, Umiyati melanjutkan ke Tarbiyatul Muallimin Al-Islamiyyah 4 (Putri) Pesantren Husnayain Kabandungan, Sukabumi, Jawa Barat. TMI 4 Husnayain ini didirikan oleh KH Ahmad Cholil Ridwan Lc, pimpinan Pesantren Husnayain, pada 1989.

Alumni Pesantren Putri Husnayain ini diharapkan menjadi ibu rumah tangga yang ustadzah, da’iyah, sholehah, dan mukhlishoh.

Tamat dari TMI Husnayain, Umiyati Nenohai kuliah di Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah, Institut Pembina Rohani Islam Jakarta (IPRIJA).

Iprija didirikan pada 1973 oleh Kolonel H. Abjan Solaeman (almarhum), yang saat itu Kepala Dinas Rawatan Rohani Islam Angkatan Darat (Disrohis AD). Pendirian direstui Kepala Staf Angkatan Darat waktu itu yang sekaligus menjadi pembimbing utama.

Iprija semula bernama Akademi Ilmu Dinas Rohani (Aidri) yang bernaung di bawah Yayasan Kesejahteraan Disrohis AD atau Yakadi. Selanjutnya mulai 29 Januari 1973, nama Aidri diubah menjadi Akademi Pembina Rohani Islam Jakarta.

Sejak 1975 Akprija mendapat status terdaftar untuk Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Ilmu Agama, tingkat Sarjana Muda.

Akprija bertujuan mencetak sarjana muslim yang memiliki kemantapan akidah, menguasai ilmu dan teknologi, berakhlak mulia, dan dewasa dalam bersikap. Juga sarjana muslim yang berwawasan luas dan sanggup mengabdi pada masyarakat sesuai dengan profesinya.

Kini, setelah diwisuda dari Akprija, Umiyati ingin segera pulang kampung untuk mengabdikan diri di sana. Sasaran dakwah pertamanya adalah keluarganya sendiri.

‘’Emak saya sudah bertahun-tahun jadi muslimah, tapi belum bisa baca Qur’an. Bukankah saya harus mengajarinya,’’ tutur Umiyati sendu.

Ia juga mengisahkan ketiga saudara perempuannya yang sudah berpaling keyakinan. ‘’Saudara-saudara saya menikah dengan pria lain agama, dan mereka akhirnya ikut agama suami,’’ ungkapnya sambil menahan tangis.

Tak heran jika gadis ini sangat mohon do’a agar dipertemukan jodoh yang muslim, lebih-lebih yang punya semangat berdakwah. [nurbowo/syahid/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version