View Full Version
Senin, 25 Apr 2016

Muslimah Ditengah Arus Pusaran Sekularisme

Oleh: Irfan Saeful Wathon*

Sepanjang sejarahnya, muslimah selalu memiliki andil dan peran sebagai pilar dari bangkitnya peradaban. Bahkan beberapa diantaranya juga turut hadir ke medan peperangan untuk menegakkan risalah kebenaran ini.

Keberadaan muslimah pun tidak bisa diremehkan. Bahkan Nabi Saw. Menegaskan bahwa keberadaan muslimah sendiri dikatakan sebagai perhiasan terbaik, namun di satu sisi juga dikatakan sebagai fitnah dunia. Maka bisa dipastikan bahwa keberadaan muslimah sangat menentukan bangkit atau terpuruknya sebuah peradaban.

Berbekal dengan keyakinan itu, para musuh Islam pun berusaha merobohkan cahaya peradaban Islam melalui para kaum hawa. Salah satunya dengan sekularisme, yaitu pemisahan antara dunia dengan rambu-rambu Diinul Islam.

Sekularisme pun dengan mudahnya menjalar ke dalam kehidupan para muslimah. Dengan perlahan namun pasti, banyak muslimah hari ini yang meninggalkan urusan agamanya untuk dilibatkan dalam setiap aktifitas kesehariannya. Bahkan tidak jarang yang akhirnya memerangi ayat-ayat Allah dengan memaklumi paham sekularisme ini.

Maimon Herawati, Dosen Jurnalistik di Universitas Padjajaran Bandung yang juga seorang penulis dengan berbagai karyanya pun turut berkomentar terkait sekularisme yang menjajah kehidupan para muslimah hari ini.

“Muslimah hari ini adalah muslimah yang memiliki banyak kesempatan untuk beraktivitas dimana saja, namun juga memiliki tantangan yang jauh lebih sulit dibandingkan ketika saya remaja dulu,” katanya kepada penulis setelah menghadiri seminar “Muslimah Fair 2” Universitas Pasundan Bandung, yang juga mengangkat tema sekularisme, beliau pun hadir sebagai pembicara.

Ia pun mengatakan, bahwa sekularisme ini cepat menyebar ke berbagai belahan dunia karena gerakan ini bukanlah suatu pekerjaan yang dilakukan dengan setengah hati. “Ini adalah gerakan yang mengumpulkan kekuatan dari berbagai belahan dunia untuk mendanai gerakan ini.

Kita pikir, K-Pop itu dari korea, namun pada kenyataannya K-Pop itu adalah setting by design dariHollywood. Jadi dia meminjam tangan korea untuk menyebarkan nilai-nilai Hollywood. Jadi bagi orang korea sendiri (yang berpikir kritis) merasa bahwa mereka juga disekularkan dengan nilai serta paham dari Hollywood, bahkan mereka sendiri bertanya bagaimana generasi berikutnya jika terus seperti ini. Jadi kalau ditanya mengapa sekularisme ini mudah menyebar jawabannya adalah karena ini adalah gerakan yang diusahakan dengan maksimal dan dipersiapkan dengan matang.”

Beliau pun turut memberikan saran kepada para umat muslim hari ini untuk lebih dalam mengkaji Islam, mengenal hakikat diri, untuk apa kita hidup, sehingga bisa lebih kuat memegang bara api sebagaimana yang disabdakan Rasulullah Saw.

Juga kepada para aktivis da’wah Islam, beliau menyarankan agar mereka terlebih dahulu memahami pemahaman da’wah secara utuh, serta jauh dari sekularisme itu sendiri. “Karena tidak mungkin memberi apabila tidak mempunyai. Mana mungkin kita menda’wahi orang untuk menegakkan syari’at Allah sementara syari’at Allah tidak tegak dalam diri kita,” tambahnya.

Tak cukup kepada para da’i, beliau pun mengatakan betapa pentingnya peran para jurnalis muslim dalam memerangi sekularisme itu sendiri. “Sekarang kalau berperang, senjata bom nuklir sekali pun bukanlah senjata yang paling hebat. Siapa yang menguasai media, dialah yang memenangkan perang ini. Jadi kalau ditanya bagaimana peran seorang jurnalis, peran mereka ini sangat sangat sangat penting. Karena mereka harus menghadirkan wacana yang berbeda dari wacanamainstream.”

Di samping itu beliau menegaskan bahwa sedikit apa pun yang mereka tulis dan kemudian menghadirkan nilai Islam di dalamnya, mereka memiliki kesempatan untuk mengubah wacanamainstream tersebut sehingga perhatian lebih mendekat kepada wacana yang kita harapkan.

Terkait sekularisme ini, beliau pun sedang berencana untuk mengumpulkan seluruh karya tulisan beliau untuk dijadikan sebuah buku. “Saya sedang diminta mahasiswa saya untuk mengumpulkan tulisan saya di media massa untuk dijadikan buku untuk membantu perempuan muda/dewasa agar bisa kokoh dan tidak hanyut dalam arus sekularisme.”

*IMahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Pasundan (Unpas). Penulis aktif berkegiatan di DKM Ulul Abshar Unpas


latestnews

View Full Version