Jauh hari sebelum ilmu pengetahuan berkembang sebagaimana zaman sekarang, Islam telah menjadikan kedudukan ibu sangat tinggi. Selain disebut tiga kali lebih banyak daripada ayah dalam salah satu hadits, dipilihkan ibu yang baik juga merupakan hak anak. Terbukti, baik buruknya kualitas anak ada di tangan ibu sebagai pendidik pertama sang anak.
Universitas Stanford melakukan penelitian terbaru tentang hubungan antara suara ibu dengan perkembangan otak anak. Di situ ditemukan bahwa otak merespon dengan sangat kuat ketika yang didengar oleh sang anak adalah suara ibu tercinta. Respon ini berkaitan dengan kemampuan anak berkomunikasi, proses emosi dan rasa dihargai, fungsi sosial, mendeteksi apa yang penting bagi si anak dan pengenalan wajah.
“Kondisi emosi, kemampuan berbahasa dan rasa sosial kita itu didapat dengan mendengarkan suara ibu kita,” kata Daniel Abrams PhD, instruktur ilmu perilaku dan psikiatri.
Ketika seorang anak merespon suara ibunya dengan antusias, masih terus diteliti apakah karena faktor auditori saja ataukah ada emosi terlibat di dalamnya.
...Universitas Stanford melakukan penelitian terbaru tentang hubungan antara suara ibu dengan perkembangan otak anak. Di situ ditemukan bahwa otak merespon dengan sangat kuat ketika yang didengar oleh sang anak adalah suara ibu tercinta...
Dari sini saja sudah terlihat bahwa kondisi emosi seorang ibu akan secara otomatis tersalur kepada anaknya. Entah itu dalam bentuk suara, ekspresi wajah atau bahkan sekadar suasana hati. Oleh karena itu seorang ibu, baik yang sedang mengandung, usai melahirkan atau bahkan sedang menyusui sangat dianjurkan untuk sering membaca ayat-ayat Al Quran. Lantunan suara si ibu yang sedang melantunkan kalam Ilahi akan menjadi memori indah bagi sang janin ataupun bayi.
Lebih jauh lagi, potensi dahsyatnya suara ibu bagi perkembangan anak saat ini sedang dijajagi sebagai sarana untuk mengatasi anak autis. Jadi para bunda salihah, jangan remehkan kekuatan suara seorang ibu. Lantunan ayat-ayat suci yang keluar dari bibir sang bunda serta jalinan komunikasi yang intens akan memberi kekuatan emosi dan kenyamanan pada diri anak untuk menghadapi masa depan kelak. Teruslah ajak bicara anak terutama dalam proses mengenalkan Tuhannya dan mencintai Nabinya, serta patuh pada seluruh syariatNya.
Insya Allah, dari seorang bunda salihah yang tak pelit mengajak komunikasi anak meskipun masih berupa janin atau bayi yang baru lahir, akan hadir nanti generasi hebat yang bagus kemampuan komunikasinya, mantap emosinya, dan teguh imannya. Wallahu alam. (riafariana/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google