Dulu, menjaga anak perempuan katanya lebih berat daripada menjaga anak laki-laki. Tapi saat ini, menjaga anak laki-laki pun sama beratnya dengan menjaga anak perempuan. Bagaimana tidak bila predator seksual di luar sana tidak lagi memilih jenis kelamin tertentu untuk memuaskan nafsu setannya. Mereka juga tidak lagi pilih-pilih usia sehingga anak-anak yang lucu dan menggemaskan pun disantap juga. Naudzubillah.
Kasus terbaru yang terekspos (bisa jadi ada banyak kasus lain yang tidak terungkap media) adalah meninggalnya anak usia 4 tahun setelah dinodai secara seksual kemudian dibakar oleh si predator. Pelakunya pun dikenal tetangga dekat rumah yang sudah dianggap seperti saudara sendiri. Dari peristiwa ini, semoga saja membuat kita terutama yang memunyai anak balita semakin mawas diri.
Saya ingat ketika main ke rumah teman yang memunyai putra berusia 4,5 tahun. Jadi ibunya ini sedang bersusah payah mendisiplinkan sang anak agar tidak bermain keluar rumah terlalu jauh. Selain itu batas waktu pun ditetapkan agar ibunya bisa mengawasi di waktu-waktu tersebut. Tidak mudah, tentunya. Tapi seorang ibu pantang menyerah bila itu demi kebaikan anaknya. Sayangnya, solusi agar anak betah di rumah seringkali menjadi sangat pragmatis dan kurang mendidik bagi sebagian anak-anak tersebut.
Aturan yang menjadi longgar tentang waktu menonton TV, misalnya. Kemudian penggunaan gadget dengan alasan agar anak lebih betah di rumah. Jangan-jangan, sebagai orang tua kita melepaskan anak dari terkaman singa untuk masuk ke mulut buaya?
Menjadi orang tua memang tidak pernah mudah, apalagi di zaman sekarang ketika teknologi semakin canggih tapi tidak disertai dengan keimanan yang cukup. Tapi tidak mudahnya menjadi orang tua, jangan sampai membuat kita berhenti untuk belajar. Begitu juga ketika kita berusaha menyelamatkan anak dari bahaya predator seksual yang merajalela. Teruslah belajar Bunda, demi keselamatan dan masa depan putra-putri kita sendiri.
...Menjadi orang tua memang tidak pernah mudah, apalagi di zaman sekarang ketika teknologi semakin canggih tapi tidak disertai dengan keimanan yang cukup. Tapi tidak mudahnya menjadi orang tua, jangan sampai membuat kita berhenti untuk belajar...
Jalin hubungan yang dekat dan hangat dengan sang buah hati. Ketika anak merasa dekat dan hangat maka mereka lebih mudah untuk dinasehati agar berhati-hati. Selain menjalin hubungan yang erat dengan orang tua, ajari anak untuk menjalin hubungan yang baik dengan Allah. Karena tanpa bantuan dari Allah, kepada siapa lagi manusia meminta pertolongan?
Menjalin ikatan dengan Allah adalah keharusan. Selain itu memperkenalkan aturan yang diberikan Allah pada manusia juga menjadi satu kebutuhan. Ajari anak untuk paham batasan aurat dan kapan harus menutupnya. Siapa-siapa saja yang boleh atau tidak boleh melihat atau menyentuhnya juga harus diberitahukan secara detil.
Sudah tidak zaman lagi memberi pakaian pada balita kita dengan baju yang mengumbar aurat agar terlihat lucu. Hindari dengan sangat membiarkan balita kita hanya memakai (maaf) celana dalam dan kaos singlet saja saat bermain-main di luar rumah atau ada orang lain di sana. Pengawasan penuh dari orang tua tetap harus tercurah bagi balita. Itu karena di usia ini mereka masih belum mampu membela dirinya sendiri bila terjadi apa-apa.
Ketika ikhtiyar maksimal untuk melindungi sang buah hati telah dilakukan, jangan lupa sertai selalu dengan dzikrullah. Dzikir inilah yang insya Allah akan selalu melindungi kita dan putra-putri kita dari marabahaya predator seksual ataupun kejahatan lain yang mengintai. Di saat hukum yang diterapkan negara masih tak jelas seperti ini, siapa lagi yang akan menjaga anak-anak kita bila bukan kita sendiri? Wallahu alam. (riafariana/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google