View Full Version
Selasa, 27 Sep 2016

Mencintaimu yang Telah Dimilikinya

Salah satu teman mengungkapkan kegelisahan hatinya. Ia diminta menjadi istri oleh seseorang yang telah memiliki istri alias menjadi yang kedua.

“Kamu sendiri bagaimana perasaanmu ke dia?”

“Suka dan merasa cocok. Kalau aku nggak suka, nggak mungkinlah aku galau. Sedari awal pasti aku sudah menolaknya,” jawabnya.

Muslimah ini adalah seorang teman yang sedang dalam proses hijrah. Ia baru saja berhijab dan membutuhkan sosok suami yang bisa memimpin dan mengajarinya tentang agama dengan lebih baik. Pada saat yang sama, ia juga menyukai laki-laki yang dewasa dan kebapakan. Kriteria ini menurut dia ada pada sosok laki-laki yang saat ini sedang mendekati dirinya. Hanya saja, laki-laki ini telah memunyai istri dan beberapa anak.

“Kamu siap dengan segala konsekuensi menjadi istri kedua?”

“Ya. Bukankah di dalam Islam hal itu jelas diperbolehkan?” ia menegaskan dalam bentuk tanya.

“Baiklah, kalau kamu merasa telah siap untuk itu. Tapi satu hal sebelum kamu mengiyakan pinangannya, pastikan bahwa kamu tidak menjadi istri simpanan dia. Istri pertamanya berhak tahu, begitu juga dengan anak-anaknya.”

...Muslimah yang sedang berproses di jalan hijrahnya ini, saya yakinkan dia bahwa akan ada laki-laki salih untuknya satu ketika nanti, insya Allah...

“Bagaimana caranya?”

“Mintalah diperkenalkan dengan keluarganya dengan baik-baik, jujur dan terus terang. Karena jangan sampai rumah tanggamu dengannya nanti menghancurkan rumah yang sebelumnya telah dibangun. Jangan jadi perempuan yang seperti itu.”

Sang teman ini pun setuju. Setelah beberapa saat, dia pun kembali menghubungi dan curhat lagi.

“Aku sudah memberinya syarat yaitu minta diperkenalkan dengan keluarganya terutama istrinya.”

“Apa jawabnya?”

“Dia tidak bisa memenuhi permintaanku,” katanya sedih.

“Baiklah. Dengan jawaban itu kamu sudah tahu jenis laki-laki macam apa orang ini kan?” Dia mengangguk.

“Dan kamu juga sudah tahu sikap apa yang harus kamu ambil?”

“Iya. Aku harus mulai menjauhinya. Aku harus mulai menghapus rasa sukaku terhadapnya. Ternyata dia bukan laki-laki seperti yang kuharapkan,” katanya penuh tekad.

Dan sang teman ini, muslimah yang sedang berproses di jalan hijrahnya ini, kabar terakhir yang saya tahu dia tetap lajang hingga kisah ini saya tulis. Saya yakinkan dia bahwa akan ada laki-laki salih untuknya satu ketika nanti, insya Allah.

Karena laki-laki yang baik itu, dia tidak akan menikah dengan perempuan lain di  belakang istrinya.

Karena laki-laki baik itu, dia akan mempersaudarakan para istrinya bila memang dia memunyai keinginan dan kemampuan untuk berpoligami. Wallahu alam. (riafariana/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version