View Full Version
Sabtu, 15 Oct 2016

Kebahagiaan Wanita Sejati adalah Kembali pada Islam

Sahabat Muslimah VOA-Islam...

Kementerian Agama (Kemenag) mencemaskan tren peningkatan kasus cerai gugat di masyarakat. Tim dari Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Kehidupan Keagamaan langsung diturunkan untuk menelusuri apa saja penyebabnya. Sejumlah rekomendasi dikeluarkan untuk melindungi keluarga dari perceraian.

Tahun 2013 BKKBN menyatakan tingkat perceraian di Indonesia sudah menempati urutan tertinggi se-Asia Pasifik, ternyata di tahun-tahun berikutnya jumlah perceraian tetap semakin meningkat. Melihat data pernikahan dan perceraian di Indonesia yang dirilis oleh Kementrian Agama RI, tampak pernikahan relatif tetap di angka dua juta duaratusan ribu setiap tahun, sementara perceraian selalu meningkat hingga tembus di atas tigaratus ribu kejadian setiap tahunnya.

Muharam Marzuki (Kepala Puslitbang Kehidupan Keagamaan Kemenag) mengatakan penelitian angka cerai gugat ini diawali dengan hipotesa bahwa fenomena kesetaraan perempuan dengan laki-laki. Banyak perempuan yang sudah memiliki akses pekerjaan seperi laki-laki. Mereka merasa tidak ada lagi perbedaan status sosial ekonomi yang mendiskriminasi kaum wanita menjadi salah satu alasan wanita berani mengajukan tuntutan cerai kepada suami. Saat ini banyak wanita yang memiliki penghasilan lebih baik daripada pasangannya, ini semakin memperkuat posisi wanita untuk mengajukan gugatan cerai lebih dahulu.

Jika kita lebih dalam menghayati fenomena ini, apakah benar kesetaraan gender yang berujung perceraian ini bisa membuat para wanita menemukan kebahagiaan hakikinya? Nyatanya ini bukanlah solusi yang mampu menyelesaikan permasalahan kaum perempuan hingga tuntas. Ini justru menjadi penyebab munculnya sejumlah masalah sekaligus menambah keruwetan yang ada. Seperti tidak sempat mengurus dan mendidik anak sehingga anak kekurangan kasih sayang dan pendidikan. Semua itu tidak dapat digantikan oleh seorang pembantu atau pun seorang guru.

Justru yang didapati anak adalah seorang ibu yang pulang dalam keadaan letih dan tidak sempat lagi memperhatikan pendidikan anak-anaknya. Bekerja sebagai single parent menyebabkan hilangnya sifat dan karakteristik kewanitaannya, menjadi asing dengan tugas rumah tangga dan kurangnya perhatian terhadap anaknya. Kesetaraan gender akan menyeret sedikit demi sedikit kaum Muslimah untuk meninggalkan kewajiban utamanya sebagai ibu dan pengatur rumah tangga, lalu akhirnya sukarela meninggalkannya.

Secara umum, Islam memandang laki-laki dan wanita dalam posisi yang sama, tanpa ada perbedaan. Masing-masing adalah ciptaan Allah yang dibebani dengan tanggungjawab melaksanakan ibadah kepada-Nya, menunaikan titah-titah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Hampir seluruh syariat Islam dan hukum-hukumnya berlaku untuk kaum Adam dan kaum Hawa secara seimbang. Begitu pun dengan janji pahala dan ancaman siksaan. Tidak dibedakan satu dengan yang lainnya. Masing-masing dari mereka memiliki kewajiban dan hak yang sama dihadapan Allah sebagai hamba-hamba-Nya. 

Laki-laki dan perempuan adalah partner untuk saling melengkapi dan mendukung satu sama lain. Dengan segala potensi mereka yang berbeda itu, mereka harus bekerja sama untuk membangun masyarakat dan peradaban. Karena berbagai perbedaan itu jugalah Islam menghadirkan hukum-hukum yang berbeda antara keduanya. Apalagi wanita dengan tabiatnya melakukan proses reproduksi, mengandung, melahirkan, menyusui, menstruasi, sementara laki-laki tidak. Adalah tidak adil jika kita kemudian memaksakan suatu peran yang tidak sesuai dengan tabiat dan kecenderungan dasar dari masing-masing jenis tersebut.

Hukum-hukum Islam justru diarahkan untuk membawa kemaslahatan bagi perempuan. Misalnya, dengan kewajiban menutup aurat, perempuan akan terjaga dari berbagai pelecehan. Islam juga menetapkan perempuan menjadi pengatur rumah tangga, sesuai dengan karakteristik mereka yang keibuan, penuh dengan kasih sayang. Islam membolehkan perempuan ke ranah publik selama hal itu tidak bertentangan dengan hukum Islam dan tidak melalaikan tugas utama sebagai ibu dan pengatur rumah tangga.

Islam memerintahkan wanita untuk menjadi madrasah pertama dan utama untuk anak-anak mereka, sehingga generasi yang dihasilkan adalah generasi terbaik dibawah pengawasan ibunya. Islam juga memerintahkan wanita untuk taat pada suaminya dalam ketaatan pada Allah, sehingga membuat suami nyaman berada didekatnya. Ini akan mengikis habis bibit perselingkuhan. Dengan kata lain, Islamlah satu-satunya yang dapat memberikan kebahagiaan hakiki, karena Islam berasal dari sang Khaliq, Pencipta dan Pengatur manusia. Wallahu’alam bish shawab. [syahid/voa-islam.com]

Penulis: Innama (Ibu Rumah Tangga di Ujung Berung Bandung)


latestnews

View Full Version